TIGA PULUH EMPAT

2K 201 7
                                    

Abram dan Alaika duduk bersama menatap debur ombak dengan pikiran yang berkecambuk dalam benak mereka masing-masing.

Alaika menghela nafas dan bertanya untuk memecah keheningan yang menyesakkan diantara mereka.

"Kok abang bisa tau Alaika disini?"

Abram tersenyum tipis.

"Abang juga terkejut menemukan seorang yang begitu abang kenal disini" ucap Abram sambil menatap Alaika.

"Abang terkejut karena ternyata abang mengenal kamu sedalam ini. Kamu yang menyukai pantai jadi abang mengikuti naluri abang yang mengatakan kamu ada disini"

Alaika menatap mata teduh Abram dan tersenyum. "Memalukan"

"Tidak ada yang memalukan. Ala kan cuma menangis dan itu wajar. Kalau orang sedang sedih sangat wajar untuk menangis. Kecuali kalau kamu di sini pakai bikini baru memalukan secara ini bukan pantai Dewata dan berbini sangat tabu disini" ucap Abram sambil tertawa kecil. Alaika juga ikut tertawa mendengar ucapan Abram.

"Kamu nggak mau nangis lagi?" tanya Abram. Alaika hanya menaikkan alisnya dan Abram seolah memahami pertanyaan dalam benak Alaika.

"Soalnya abang selalu siap sedia minjamin kamu dada bidang abang"

Alaika tertawa. "Bidang apaan, lemak semua itu"

"Eitsss....menghina, lemak itu adalah otot yang tertunda. Tapi betulan dada abang bidang loh. Sini buktikan kalau nggak percaya"

"Nggak usah modus deh" balas Alaika.

"Orang tulus dibilang modus" protes Abram.

"Terserah abanglah" ucap Alaika enggan berkonfrontasi lebih jauh dengan Abram. Alaika tersenyum sambil duduk memeluk kedua lututnya.

"Jadi sekarang kamu udah nggak benci lagi dengan abang?"

Alaika menatap Abram bingung.

"Sam bocor"

Alaika langsung menutup matanya dan merutuki Samsudin dalam diam. Abram tertawa.

"Sebelum kejadian itu, abang juga bisa merasakan ketidaksukaan kamu kok dari awal kita ketemu" ucap Abram.

"Habis abang nyebelin sih" ucap Alaika mengingat-ingat pertemuan pertama mereka dan hari-hari yang mereka lalui dengan konfrontasi yang intens.

"Kalau nggak begitu kita nggak mungkin bisa sedekat ini kan?" tanya Abram dan Alaika tersenyum. Ia menyadari kebenaran ucapan Abram. Dia adalah Alaika yang terkenal pendiam dan introvet. Dia adalah Alaika yang terkenal dingin namun tidak ada yang tau bahwa sesungguhnya seorang Alaika adalah wanita yang cerewet dan bawel jika bersama seseorang yang telah berhasil menyentuh zona nyamannya.

Alaika terdiam sejenak dan menyadari satu hal bahwa satu-satunya pria yang mengenalnya dengan begitu baik hanyalah Abram. Abram Rajaswara.

SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang