TUJUH BELAS

2.3K 203 1
                                    

"Nanti malam kita rapat"

Alaika rasanya ingin membanting hp nya ketika setiap malam minggu Hasan selalu mengiriminya pesan yang sama. Alaika merasa ia tidak punya kehidupan sosial yang layak. Seharusnya malam minggu ia mencuci mata dengan kumpul bersama teman-temannya. Oke ini berlebihan, seharusnya memang begitu. Tapi seorang Alaika pasti akan lebih memilih menempel dikasurnya daripada keluyuran tidak jelas.

"Akhir-akhir ini kita jarang menghabiskan waktu bersama ya? Aku hanya datang ketika lelah lalu tertidur. Aku tidak pernah lagi mengajakmu menonton drama korea atau nonton film india atau nonton kartun lagi. Kita juga sudah jarang sekali membaca novel bersama-sama" ucapnya terlungkup sambil mengelus-elus kasurnya yang berukuran single bed.

Alaika bangun dengan ogah-ogahan dari posisi rebahannya. Alaika mengambil botol lulurnya dan mulai meluluri tangan  dan kakinya. Malam ini harus wangi karena ia pasti akan bertemu Adam. Alaika lebih memilih luluran dikamarnya lalu membilasnya dikamar mandi sambil dia mandi. Kamar mandi di kos Alaika cuma satu jadi harus gantian dan saling pengertian.

~~~

Alaika diam sambil menunduk, iya badannya sih udah wangi semerbak namun entah kenapa wajah-wajah yang menghadiri rapat malam ini kecut sekecut kecutnya. Terutama wajah Adam dan Abram.

Alaika melirik Abram yang asik mengotak-atik laptopnya didepan pintu. Sementara ia duduk disamping Adam yang posisinya jauh dari Abram. Bisa dibilang walaupun mereka duduk sedepanan tapi kayak dari ujung ke ujung gitu.

"Bang..." ucap Alaika sambil menarik-narik sedikit lengan jaket kulit  yang dipakai Adam. Adam hanya menanggapi Alaika dengan suara singkat.

Cuy....Adam malam ini ganteng luar biasa. Udah kayak mau ngapelin anak orang buat diajak kencan aja. Celana jeans panjang berwarna biru gelap dengan baju kaos hitam dan jaket kulit hitam yang menyembunyikan otot minimalis milik Adam. Walaupun Adam luar biasa tampan dengan jaket kulit berwarna hitam itu, Alaika lebih senang Adam melepas jaket itu agar mata Alaika termajakan dengan otot minimalis milik Adam.

"Abang hot?"

Adam menoleh dengan pertanyaan ambigu Alaika. Tatapan Adam membuat Alaika sadar betapa ambigunya pertanyaan yang ia lemparkan. Iya sih Adam memang hot. Tapi cukup hatinya aja yang mengakui jangan mulutnya. Alaika meralat pertanyaannya.

"Ha-Ha-Ha-Ha...maksud Ala malam ini kok rasanya panas ya. Memangnya abang nggak kepanasan pakai jaket gitu didalam rumah gini?" tanya Alaika canggung.

"Ki...minta kipas dong. Panas nih" teriak Alaika pada Kiki yang rumah kontrakkannya dipakai untuk rapat malam ini.

"Pantas aja ya Bang, Bang Abram lebih memilih duduk didepan pintu" ucap Alaika yang entah kenapa malam ini susah diamnya.

"Nggak boleh gosipin orang dibelakang" ucap Abram tanpa mengalihkan tatapannya dari laptopnya.

"Bang Abram, coba sini ngadap Alaika" pinta Alaika yang ternyata dituruti oleh Abram.

"Tuh, Alaika nggak ngomong dibelakang. Tapi didepan nih" ucap Alaika sambil nyengir puas melihat ekspresi kesal Abram. Abram berbalik kembali ke posisi semula.

"Bang Abram, jangan duduk didepan pintu. Kata Mama Alaika, anak perawan nggak boleh duduk depan pintu, ntar jodohnya sulit" teriak Alaika yang membuat Abram mendelik tidak suka sementara mahasiswa yang lain menahan tawanya. Mana berani mereka menertawakan Ketum mereka.

"Ki...Ada lakban nggak? Kalau ada tolong dilakban dulu mulut Alaika nih" teriak Abram agar Kiki yang sedang mempersiapkan minuman didapur dapat mendengar permintaannya.

SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang