Alaika menghela nafas diam-diam karena keengganannya melangkah menuju sang operator. Dengan langkah terpaksa tanpa kentara, Alaika melangkah menghampiri sang operator. Keengganan Alaika adalah karena sang operator itu adalah senior menyebalkan yang melemparnya dengan botol air mineral. Alaika punya firasat bahwa hidupnya tidak akan pernah tenang dan damai selama pria menyebalkan itu berada disekitarnya. Betul saja, alih-alih menyerahkan flashdisk Alaika dengan suka rela, senior menyebalkan itu malah menahannya.
"Ini flashdisk kelompok kamu" ucapnya dengan senyum miring sementara Alaika hanya mematung menatap flashdisknya. Didalam dadanya bergejolak kata 'ambil-jangan-ambil-jangan-jangan-ambil'.
"Nggak mau?" ulang senior menyebalkan itu dengan sebelah alisnya terangkat.
Alaika menghela nafas sebentar, mau bagaimana lagi, itu bukan flashdisknya melainkan flashdisk Nisrina. Nggak mungkin juga ia menyerahkan secara pasrah flashdisk orang lain tanpa persetujuan orang tersebut. Alaika meraih ujung flashdisk tersebut.
"Terimakasih" ucapnya basa-basi dengan nada pelan, malas bercampur lelah.
Namun benar saja dugaan Alaika. Flashdisk tersebut tidak diserahkan dengan begitu saja padahal flashdisk itu juga bukan milik si senior menyebalkan itu. Alaika menatap kesal pada wajah yang ya harus Alaika akui bahwa senior didepannya ini tampan tapi menyebalkan.
Alaika mengernyit setiap ia hendak menarik flashdisk itu namun senior menyebalkan itu menahannya.
"Presentasi kamu bagus tadi. Aku yakin kamu akan memenangkan lomba ini" pujinya.
"Terimakasih" ucap Alaika seadanya walaupun Alaika juga tidak menyangka bahwa ia bisa tampil sebaik tadi.
"Aku akan memberikan undangan khusus kepadamu untuk bergabung di HIMA" ucapnya lagi dengan masih menahan flashdisk Alaika.
"Tidak terimakasih. Saya tidak ingin undangan bergabung di HIMA. Saya hanya ingin flashdisk saya kembali" balas Alaika.
"Silahkan ambil flashdisk kamu dan selamat bergabung di HIMA" ucap senior menyebalkan itu sambil tersenyum ketika melepaskan flashdisk Alaika.
Alaika menyipit curiga sebelum berpaling dan pergi dari hadapan senior yang paling ia benci dan yang paling ia hindari.
"Harusnya ya kampus ini selain ngadain tes tertulis dan wawancara, harus ada tes kejiwaan biar yang sakit jiwa kayak dia itu nggak usah kuliah disini" omel Alaika sambil mencuci tangannya dengan sabun antiseptik yang selalu ia bawa ditasnya. Alaika mengocek sabun antiseptik tersebut dan hendak berjalan keluar dari WC agar bisa segera kembali ke barisan sebelum senior-senior yang menyebalkan itu menanyainya karena terlalu lama di WC, kan nggak mungkin dia bilang kalau dia lagi mandi kembang di WC kampus.
Alaika terburu-buru berjalan menuju barisannya namun karena tidak berhati-hati, Alaika menabrak seseorang. Yang ditabrak masih berdiri tegak sedangkan ia yang menabrak malah terduduk ditanah. Nampaknya ia terlalu lelah hari ini hingga dapat dengan mudah ditumbangkan begitu saja. Biasanya juga ia tidak mudah terjatuh.
'Duh kalau nabrak senior siap-siap digiling lagi deh nih hayati' batin Alaika.
"Kamu nggak apa-apa?"
Alaika memberanikan diri menatap sosok didepannya. Mata Alaika membulat menatap sosok didepannya. Rasanya tadi yang jatuh adalah raganya kenapa hatinya ikut-ikutan jatuh. Padahal biasanya ia tidak mudah terjatuh namun sepertinya Alaika merasakan bahwa ia akan segera jatuh cinta pada sosok didepannya ini.
'Tampan!' jerit hati Alaika kegirangan.
"Sini aku bantu berdiri. Nggak terluka kan?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya. Alaika menerima uluran tangan itu dengan linglung namun senang yang tak terlihat jelas.
"Nggak kok" jawab Alaika sambil dengan ekspresi terpesona dan malu-malu.
Pria itu tersenyum membuat Alaika secara otomatis juga menyunggingkan senyumnya.
'Ramah, baik hati dan tidak sombong yang paling penting Nggak Nyebelin, nggak kayak senior yang onoh' jerit lubuk hati Alaika.
Alaika mulai merasakan sedikit harapan bahwa mungkin saja kehidupan perkuliahannya tidak akan suram-suram amat. Amat aja nggak suram. Si Amat di kelasnya malah putih dan periang banget orangnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/200089181-288-k25673.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)
RomanceTidak ada yang seabadi aksara dalam menyimpan sebuah cerita. Bahkan ketika ingatan mulai berkarat dihujani sang waktu... Bahkan ketika hati membeku setelah jutaan purnama berlalu... Kisah terakhir kita akan tersimpan dalam untaian kata. Kita kan sel...