TIGA PULUH DELAPAN

2.1K 200 13
                                    

Alaika yang saat ini sudah menjabat sebagai pengurus inti hanya perlu memantau jalannya kegiatan karena panitia pelaksana adalah adik tingkatnya dan Alaika beserta teman-teman pengurus inti hanya perlu memantau dan memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan berada tepat pada jalurnya.

Alaika menghela napas, entah mengapa ia merasa bosan hanya duduk memantau sedangkan biasanya dia begitu sibuk kesana kemari mengurus jalannya kegiatan.

"Ngapa lo? Rindu Abram?"

Alaika mendelik kesal pada teman sekelasnya yang sekaligus menjabat posisi ketua HIMA.

"Fitnah aja kerjaannya!" balas Alaika kesal.

"La, Abram nggak kesini?" Nisrina duduk disamping Alaika yang sedang duduk sambil mengunyah lemper didepan komputer salah satu panitia bidang operator.

"Kok nanya aku sih? Mana aku tau!"

Nisrina menaikan sebelah alisnya mendengar nada ketus Alaika.

"Betul ya La kata orang, kalau orang lagi rindu tuh jadi mudah terkena darah tinggi" ucap Nisrina sambil tertawa.

Alaika mendelik kesal. "Siapa yang rindu?!"

"Kamu lah yang rindu. Masa aku? Aku udah ada pawangnya La" jawab Nisrina.

"Aku rindu Abram? Mana mungkin!" ucap Alaika dengan wajahnya yang cemberut.

"Mana mungkin nggak rindu ya, La?"

Alaika menoleh dan melihat sosok Abram sudah berdiri dibelakangnya. Abram menarik kursi kosong milik peserta yang mungkin memang tidak ada orangnya dan kemudian duduk disamping Alaika namun agak condong kebelakang.

Alaika menggerutu mendengar ucapan Abram. "Itu kursi kosong tadi ada yang punya, abang aja yang nggak bisa lihat. Hati-hati kesurupan loh"

Abram tersenyum. "Tenang aja, uang kas BEM ada banyak. Cukuplah untuk manggil orang buat ruqyah abang. Untuk resepsi kita juga cukup kok" balas Abram.

"Alaika mau skripsi bukan resepsi" balas Alaika sambil menatap Abram kesal namun pria itu tersenyum manis yang entah mengapa membuat Alaika sedikit gugup.

"Resepsi dulu baru skripsi kan bisa? Dosen nggak ngelarang" balas Abram.

"Mama Papa Larang" kilah Alaika.

"Coba abang ketemu dulu ya sama calon mama dan papa mertua. Siapa tau bisa abang rayu biar kita bisa langsung resepsi" ucap Abram dengan segala kemampuannya bernegosiasi.

Alaika melipat tangannya didepan dada dan menatap mata Abram lurus-lurus dan Abram membalas tatapan Alaika dengan serius.

"Masa resepsinya pakai uang BEM? Nanti baru juga sedetik nikah, abang pasti langsung ditangkap karena korupsi uang BEM" protes Alaika dan Abram tertawa.

"Berarti kalau nggak pakai uang BEM, setuju ya? Deal!" tandas Abram yang membuat bola mata Alaika membulat.

"Cie! Alaika dilamar cuy!" heboh Nisrina yang membuat aula bergema riuh. Alaika melotot kesal menatap Nisrina.

"Abang curang ih lamaran diam-diam. Didepan umum dong sekalian. Nggak usah mau La! Masa lamarannya diam-diam gitu! Sekelas Abram harus berani lamaran sambil berorasi" kompor temannya yang lainnya membuat Alaika rasanya ingin menangis malu.

"Udah ishoma kan?" tanya Abram.

"Udah bang. Udah pada sholat mereka. Lagi makan tuh" jawab panitia pelaksana.

Abram berdiri dan menghampiri operator sambil membawa gitar lalu berjalan menuju panggung sambil menyunggingkan senyum miringnya pada Alaika. Jantung Alaika rasanya sudah akan berhenti berdetak mengingat ia tau betapa gilanya Abram dalam bertindak secara mendadak. Dan Alaika betul-betul memiliki firasat yang buruk.

Abram mengetuk mic sebagai uji coba dan tanpa kata, pria itu mulai memainkan gitarnya. Tubuh Abram tidak menghadap peserta yang lain namun condong menghadap Alaika. Tubuh Alaika tiba-tiba menegang ketika tatapan Abram terkunci pada dirinya dan senyum jahil pria itu terbit dengan manisnya.

Arti cinta yang sesungguhnya
Kan kau dapat dari diriku
Meski aku bukanlah lelaki yang kau impi-impikan

Bukan kata apalagi harta
Tubuh jiwa pasti untukmu
Yang ku punya sejuta cinta yang kan
Membuatmu bahagia
Karena ku tau yang kau butuh hanya cinta

Suasana yang hening langsung bergemuruh dan gema terkuat tentu saja dari teman-teman seangkatan Alaika.

"Gila La! Abram manis banget! Wah! Lo gila sih kalau sampai nolaknya!" ucap Nisrina sambil menyenggol Alaika. Sementara Alaika meringis malu.

"Apa sih? Abram juga nggak bilang kan itu lagu buat gue" bisik Alaika.

"Lo buta apa?! Semua yang ada disini juga tau dari tadi yang dia tatap hanya lo. Ya kali dia nyanyiin gue tapi yang ditatap lo. Kan nggak nyambung!" tandas Nisrina.

Selama jantungku masih berdetak
Selama itu pula engkau milikku
Selama darahku masih mengalir
Cintaku pasti tak kan pernah berakhir

Segalanya bisa kau punya
Tapi apa arti hidupmu
Tanpa cinta didalam hati pasti hidupmu tak bermakna
Sambutlah aku. Dengar bisikan hatimu

Selama jantungku masih berdetak
Selama itu pula engkau milikku
Selama darahku masih mengalir
Cintaku pasti tak kan pernah berakhir

"ALAIKA!" Seru Abram dan aula kembali bergemuruh. Alaika menutup matanya. Gila! Abram udah kayak artis mana gitu yang lagi mengadakan konser tunggal. Meriah parah!

Sambutlah aku. Dengar bisikan hatimu
Selama jantungku masih berdetak
Selama itu pula engkau milikku
Selama darahku masih mengalir
Cintaku pasti tak kan pernah berakhir

Temukanlah arti cinta sejati didalam cintaku...

Abram berdiri dan membungkuk seolah ia sedang menutup konser tunggal yang sukses. Abram seperti mendalami penjiwaan Ari Lasso dalam menyanyikan lagu Arti Cinta. Abram tersenyum dengan senyum manisnya menatap Alaika.

"Alaika! Kalau ada yang dekat ngapain ngelirik yang jauh? Kalau ada yang serius ngapain nunggu yang modus? Kalau ada abang, ngapain masih ngarapin si dia? Move on atuh neng" goda Abram.

Alaika rasanya ingin sekali melempar Abram dengan mic yang dipakai pria itu. Rasanya Alaika ingin menangis saja melihat kegilaan Abram. Entah karena terharu atau karena malu.

"Alaika! Abang ada pantun nih. Dengarin ya" Abram kembali menggoda Alaika didepan umum dan Alaika hanya bisa menghela napasnya. Pasrah aja udah kalau lawannya modelan Abram, sang ketua BEM yang tidak akan pernah mau kalah.

Aku akan mencintaimu dengan berisik.
Hingga hatimu terusik.
Lalu mereka mengernyit.
Pada akhirnya dirimulah yang akan ku pingit.

Pantun Abram kembali mendapat sambutan yang luar biasa bahkan suit-suitan mulai bersahut-sahutan.

"La! Nggak mau kamu balas tuh pantun?" teriak Nisrina menggoda Alaika.

Alaika menghembuskan napasnya. 'Kalau udah terlanjur basah, mandi aja sekalian!' Itulah pribahasa yang dianut Alaika.

"Bang Abram nggak perlu pantunnya dibalas. Bang Abram hanya perlu perasaannya yang aku balas!" balas Alaika dan aula itu kembali ricuh. Alaika menatap Abram dengan tatapan kesal namun pria itu menatap balik Alaika dengan senyumannya yang menghanyutkan.

SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang