Setiap yang pergi,
Pasti akan kembali,
Jika memang telah ditakdirkan untuk saling memiliki.
. . ."Alaika"
Aku menoleh pada sumber suara yang memanggil namaku.
"Kakak" sapaku ramah sambil berjalan mendekat ke meja nya. Aku berjalan dengan canggung.
"Nyantai aja La. Pesta ini dibuat untuk kamu kok" ucap Kak Delina yang menjabat sebagai editor.
Aku tersenyum. "Iya kak. Makasih" jawabku sambil menyedot minuman yang memang sudah dipesankan untukku.
Tatapanku berkeliling menyapu setiap sisi dan sudut caffe. Aku heran kenapa juga harus diadakan pesta penyambutan begini. Apa setiap karyawan akan diperlakukan begini?
"Hai cantik"
Aku terperanjat saat seseorang dengan santainya meletakkan lengannya di bahuku. Mataku membulat terkejut melihat pelakunya adalah Aksa Ranggana.
"Kok kamu bisa ada disini?" Tanyaku kesal.
"Sepertinya kita memang ditakdirkan semesta untuk bersama-sama. Perkenalkan, aku adalah Aksa Ranggana yang akan menjadi editor karyamu yang satu ini" ucap Aksa dan aku merasakan bahwa kesialan sedang menimpaku.
"Aksa, jangan mengganggu anak baru. Kau kan sudah punya pacar!" Tegur Delina.
"Pacar?" Tanya Aksa.
"Ah aku lupa" ucapnya lalu memainkan handphonenya.
"Hallo sayang" ucap Aksa dengan santainya. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku melihat kelakuannya.
"Sayang, mulai hari ini kita putus. Mulai detik ini kita tidak punya hubungan apa-apa lagi"
Aku dan yang lainnya ternganga mendengar cara dan bagaimana santainya Aksa memutuskan hubungannya dengan kekasihnya.
"Kenapa?" Tanya Aksa sambil menoleh ke arahku.
"Karena aku sudah menemukan takdirku yang telah lama menghilang" jawab Aksa santai sambil menghujamkan tatapannya padaku lekat-lekat. Membuatku menelan ludah ngeri.
"Dan kali ini, aku akan serius memperjuangkannya" ucap Aksa mengakhiri sambungan teleponnya.
"Kau gila!" Ucapku kesal sampai rasanya aku ingin sekali mencakar-cakar wajah tampan Aksa.
"Kau yang paling tau itu" jawab Aksa santai.
"Udah udah La. Sabar. Aksa memang gitu. Untung berbakat kalau nggak udah di oper ke rumah sakit jiwa kayaknya oleh Abram"
Aku membeku mendengar ucapan Delina.
"Siapa?" Tanyaku untuk memastikan pendengaranku.
"Oh kamu belum pernah ketemu sama bos besar ya? Namanya Abram" jelas Delina.
Aku berusaha berpikir positif. Memangnya dibumi ini yang namanya Abram cuma dia seorang?!
"Bos kita itu, tampan luar biasa. Aksa sih kalah!" Ucap Valerie yang duduk disamping Delina.
Otakku secara otomatis langsung mengingat wajah Abram yang memang tampan.
"Siapa bilang aku kalah? Sorry ya ketampanan seorang Aksa nggak ada yang nandingi!" Jawab Aksa dengan percaya dirinya.
"Iya tapi akhlak kamu tuh jelek banget" timpal Delina dan aku hanya diam menyimak tanpa minat.
"Eh tapi si bos kan duda ya? Berarti ada yang salah dong dengan si bos makanya sampai cerai"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)
RomanceTidak ada yang seabadi aksara dalam menyimpan sebuah cerita. Bahkan ketika ingatan mulai berkarat dihujani sang waktu... Bahkan ketika hati membeku setelah jutaan purnama berlalu... Kisah terakhir kita akan tersimpan dalam untaian kata. Kita kan sel...