Setiap kegiatan yang berakhir harus ada pembubaran panitia dan setiap pembubaran panitia selalu ada pembentukan panitia untuk kegiatan berikutnya. Udah hukum alam kali ya setiap yang pergi akan selalu datang yang lain untuk menggantikan. Baiklah ini sudah mulai melantur, nggak nyambung dan baper.
"Uwah pemandangan langka nih seorang Alaika didapur"
Alaika menghela nafasnya. Abram baru aja datang udah ngajak perang.
"Ngeledek?" tanya Alaika kesal.
"Banget" jawab Abram santai.
"Biasanya Ala keliatannya dimana, Bang?" timpal Nisrina yang menurut Alaika nggak penting sama sekali.
"Biasa sih tempat Alaika itu dihati abang" goda Abram yang membuat heboh seluruh wanita yang sedang berada didapur. Alaika mengabaikan godaan Abram.
"Pemandangan langka juga nih seorang Abram didapur" Alaika berusaha mengembalikan kata-kata Abram.
"Memang biasanya kamu lihat abang dimana?"
"Dimana-mana asal abang senang dan Ala sengsara" jawab Alaika ketus sementara Abram terkekeh.
"Kirain kamu mau bilang dihati kamu" ucap Abram.
"Dih halu" ketus Alaika.
"Kamu lagi sibuk ngapain sih? Kok di lab mulu kerjaannya?"
Abram masih memperhatikan Alaika yang mengiris-iris sayuran lalu menumbuk bumbu.
"Penelitian" jawab Alaika singkat.
"Penelitian apa?"
"Geologi dan Geomorfologi"
"Tentang?"
"Penelitian tentang jenis tanah terbaik untuk mengubur seorang Abram dan bentuk lahan apa yang bisa menyemayamkan seorang Abram" ucap Alaika pedas namun bukannya tersinggung Abram malah terkekeh.
"Pedasnya sampai ke mulut kamu ya itu cabenya" komentar Abram.
"Bang, mumpung Ala lagi megang ulekan nih. Betombok yok" ajak Alaika kesal.
"Nis, kawan kamu nih tadi sarapan pucuk ubi ya? Darahnya mudah banget sampai ubun-ubun" tanya Abram pada Nisrina yang sedang mencuci beras.
"Nggak bang. Ala belum makan, makanya resek" balas Nisrina sambil tertawa.
Alaika mengabaikan kebahagiaan Nisrina dan Abram.
"Masak apa sih kalian?" tanya Abram.
"Nasi goreng" jawab Nisrina setelah ia melihat Alaika tidak mungkin menjawab.
"Pembubaran panita cuma makan nasi goreng?" protes Abram.
"Makanya LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) kegiatan tuh ditanda tangani sambil dibaca betul-betul biar tau sisa uang kegiatan tuh berapa. Mau makan mewah sih bisa aja, sini nyetor. Kalau mau makan enak, ini nasi goreng dijamin enak" ucap Alaika sambil menatap Abram yang sedang menatapnya dengan senyum dikulum.
"Emang kamu bisa masak?" remeh Abram.
"Dih meremehkan. Bisa dong. Abang mau minta dimasakin apa? Dimasakin air?" tantang Alaika yang membuat Abram tergelak.
"Kalau masak air, anak SD juga bisa" balas Abram.
"Pokoknya nasi goreng buatan Alaika ini dijamin enak. Abang cuma boleh makan sesendok doang. Nggak boleh sepiring apalagi berpiring-piring"
Abram berhenti mengganggu Alaika setelah semua panitia senior dan junior datang memenuhi rumah kontrakan Kiki. Alaika akhirnya bisa memasak dengan tenang dan khidmat tanpa gangguan Abram karena sekarang pria itu sedang menikmati berita politik.
"Udah jadi...silahkan diambil piring dan sendoknya serta nasi gorengnya silahkan dicicip" ucap Alaika mempersilahkan dengan senyum puas melihat nasi goreng sewajan besar yang ia buat sudah jadi.
"Minumnya juga udah nih. Yang mau sirup atau air putih tinggal ambil aja" Nisrina juga ikut memberikan pengumuman.
"Pak Ketum silahkan" ucap Nisrina menggoda Abram. Abram maju yang paling pertama.
"Sesendok aja loh ya, bukan secentong" Alaika mengingatkan.
"Kok gitu? Sendok teh atau sendok makan, La" ucap Munarah sambil tertawa.
"Sendok teh lah, Kak. Kalau ada sendok anak bayi juga boleh" jawab Alaika pada Kabid PSDM.
"Sekalian aja sebutir La"celetuk Nisrina.
Alaika tertawa namun kemudian ia mengambil piring Abram dan mengisi piring tersebut dengan porsi yang layak.
"Boleh nambah gak nih?" tanya Abram.
"Itu udah porsi jumbo. Bagi-bagilah, yang lain ntar nggak kebagian"
"Itu bahan mentahnya masih ada" ucap Abram menunjuk bahan mentah yang memang sengaja Alaika sisihkan.
"Itu untuk Bang Adam dan Bang Haris. Abang-abang minta sisain karena ada urusan diluar bentar, makanya agak telat nanti datangnya" jawab Alaika.
Pembubaran panitia saat itu meskipun sederhana namun terasa hangat dan menyenangkan karena yang terpenting adalah kebersamaan.
Alaika mendelik saat Abram berdiri dan menambah nasi goreng buatan Alaika.
"Doyan tuh nampaknya" sindir Alaika ketika Abram duduk disampingnya.
"Enak. Udah bisalah ya masak untuk rumah tangga kita nanti" goda Abram yang membuat Alaika bergidik.
"Dih ngigau"
Selesai makan, Alaika langsung berdiri dan membuatkan nasi goreng untuk Adam dan Haris, meskipun nasi goreng tersebut memang terlalu banyak untuk kedua orang tersebut. Adam dan Haris datang tepat saat Alaika mematikan kompor gas.
"Bang Abang...udah jadi nih" ucap Alaika dengan senyum merekah melihat wajah Adam.
"Enak nih nampaknya, aromanya aja buat yang dari kenyang jadi laper" komentar Haris yang langsung disetujui oleh Adam.
"Abang ngapain bawa-bawa piring sama sendok? Habis makan tuh cuci piring sendiri" tanya Alaika bingung saat melihat Abram berdiri didepannya sambil menyerahkan piring dan sendoknya.
"Tambah, La"
Alaika bengong namun tetap saja mengambil piring Abram. Daripada nasi goreng ini mubazir lebih baik ditampung sama perut karet Abram.
"Ini udah piring ketiga loh ya, Nggak ada piring ke empat" ancam Alaika.
"Iya sayang" balas Abram.
Alaika menghela nafas, untung aja yang lain udah pulang. Tersisa Alaika, Kiki, Nisrina, Munarah, Abram, Adam dan Haris.
"Mau manggil sayang kek, bebeb kek, honey kok. Pokoknya tidak boleh nambah" ucap Alaika sambil menyerahkan piring Abram lalu mempersilahkan Adam dan Haris untuk menikmati nasi goreng buatannya.
Mereka semua duduk diruang TV. Alaika memberanikan diri untuk bertanya pada Adam.
"Bang Adam kok waktu kegiatan PDSG jarang keliatan, rapat jarang ikut pas kegiatan pun nggak ada" tanya Alaika yang berusaha menyembunyikan nada kecewanya karena bagaimanapun niat Alaika gabung di HIMA kan biar bisa sering-sering lihat Adam.
"Abang waktu itu sibuk sama kegiatan luar. Jadwal tandingnya bentrok dan harus latihan intensif" jawab Adam.
"Memang abang ikut apaan?" tanya Alaika penasaran.
"Silat" jawab Adam.
Alaika mengangguk-angguk. Ia paham alasan kenapa waktu itu jidat Adam terlihat memar. Ia kira Adam kejedot atau lebih parahnya berantem sama Abram. Maklum kayaknya waktu itu Abram sama Adam juga lagi konflik. Makanya pas rapat udah kayak kutub magnet yang saling tolak menolak.
Mata Alaika langsung berbinar-binar menyadari keahlian Adam dalam bela diri. "Wuihhh...keren dong. Pantas ya kalau dekat Abang tuh hati Alaika kayak tersilat-silat gitu"
"Luka dong" timpal Nisrina.
"Sakit tuh. Sini abang obati" Abram ikut menimpali.
Alaika mendelik tidak suka pada Nisrina dan Abram. Selalu aja ganggu rencana orang.
![](https://img.wattpad.com/cover/200089181-288-k25673.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)
RomanceTidak ada yang seabadi aksara dalam menyimpan sebuah cerita. Bahkan ketika ingatan mulai berkarat dihujani sang waktu... Bahkan ketika hati membeku setelah jutaan purnama berlalu... Kisah terakhir kita akan tersimpan dalam untaian kata. Kita kan sel...