TIGA PULUH

2.1K 205 2
                                    

Rinai hujan mulai menyapa dengan malu-malu. Abram menatap wajah manis dihadapannya yang masih tersenyum dengan mata tertutup. Rambut panjang Alaika yang dikucir kuda itu sedikit menari dibelai semilir angin. Pandangan Abram jatuh pada bibir pucat tanpa polesan apa pun.

"Alaika"

Satu suara yang sangat dikenal Abram dan Alaika menyadarkan Abram dari lamunannya. Alaika membuka matanya, kepalanya secara refleks menoleh kesumber suara. Mata Alaika berbinar bahagia melihat sosok yang menyapanya dengan senyum luar biasa mempesona.

"Bang Adam!" sapa Alaika dengan riang. Sementara Abram mengernyit menyadari ada perasaan sedikit tidak suka didalam dirinya dengan nada riang Alaika menyebutkan nama Adam dan sedikit kecemburuan karena Alaika tidak pernah menatapnya sebahagia itu.

"Siapa yang nyuruh kamu buka mata?" ucap Abram ketus.

"Aihh...masa ada pemandangan indah didepan mata nggak dinikmati" jawab Alaika dengan tidak memalingkan pandangannya dari Adam.

Abram berjalan mundur dan berada tepat selangkah dibelakang Alaika.

"Lah kok gelap? Ih bang Abram..!" rengek Alaika dengan nada kesal saat kedua tangan Abram yang besar itu menutup pandangan matanya dengan rapat. Telapak tangan Abram melekat sempurna pada matanya.

"Kalau kamu nggak bisa nutup mata biar abang yang nutupin" jawab Abram masih dengan nada kesal.

"Kalian lagi OSPEK himpunan atau lagi pacaran sih?" tanya Adam dan berjalan mendekati Abram dan Alaika.

"Siapa juga yang lagi pacaran? Alaika nggak pacaran ya sama bang Abram" ralat Alaika cepat.

"Tapi kelakuaan kalian tuh lebih manis daripada orang pacaran" ucap Adam.

"Lebih manis daripada kelakuan kamu sama Cesslyn kan?" tanya Abram bercanda. Adam hanya tertawa.

"Tuh abang ingatkan ya Alaika, Adam itu udah punya Cesslyn" ucap Abram ditelinga Alaika. Bibir wanita itu mengerucut kesal.

"Selama janur kuning belum melengkung, abang bisa ditikung kok" jawab Adam dengan candaan.

"Tuh...selama bang Adam belum jabat tangan sama bapaknya Cesslyn didepan penghulu dan para saksi maka bapak Alaika juga punya kesempatan untuk menjabat tangannya bang Adam didepan para penghulu, saksi dan tamu undangan" cerocos Alaika yang membuat Adam tertawa. Adam tau persis bahwa Alaika hanya bercanda menanggapi candaannya yang tadi.

"Abang aja sini yang jabat tangan bapak kamu didepan penghulu daripada nungguin Adam jomblo kan lama mending sama abang. Abang udah jomblo duluan nih" jawab Abram tak terima kalah.

"Ya udah kalau mau jabat tangan sama bapak Ala, ini tangannya dilepasin dulu dari mata Ala" ucap Alaika sambil menepuk-nepuk punggung tangan Abram. Abram menurunkan tangannya dengan terpaksa.

"Abang dari mana aja? Kok baru sekarang keliatan?" tanya Alaika pada Adam.

"Dari Jogja. Nih abang bawain oleh-oleh kesukaan kamu" Adam menyerahkan goodie bag yang berisi 2 kotak bak pia kesukaan Alaika. Alaika yang memang mencintai makanan langsung berbinar bahagia menatap isi goodie bag yang dibawa Adam.

"Ahhh....abang kesayangannya Alaika emang paling top. Makasih abang" ucap Alaika semakin riang yang membuat Abram semakin gerah.

"Apa abang harus jadi bakpia biar kamu bisa memandang abang dengan perasaan bahagia?" tanya Abram dengan alisnya yang terangkat.

"Nggak perlu, wajah abang udah sebulat bakpia kok" ucap Alaika. Wajah Abram memang bulat bukan karena pria itu berisi namun memang bentuk wajahnya sudah begitu, meskipun wajahnya bulat tapi Abram memang tampan meskipun tetap ketampanan Adam berada diperingkat pertama.

"Bang, Ala boleh makan sekarang?" tanya Alaika dengan tatapan manisnya berharap Abram akan luluh dan mengizinkannya makan.

"Nggak...nggak boleh. Simpan aja buat dirumah. Nanti sore juga kita pulang" jawab Abram yang membuat Alaika menekuk bibirnya. Namun bukannya menurut, Alaika malah duduk santai direrumputan dan mulai membuka oleh-oleh Adam.

"Bang abang, ayo makan" tawar Alaika dan apa boleh buat, Adam dan Abram duduk disisi kanan dan kiri Alaika.

Alaika meletakkan sekotak bakpia rasa keju didepan mereka. Ia menikmati kenikmatan bakpia yang dibawa Adam.

"Kok cuma Ala sih yang dibawain?" Abram mulai memprotes sambil memakan bakpia Alaika.

"Buat kalian ada nanti aku bawain ke camp. Alaika juga datang ya besok malam, abang belikan brownis kesukaan Ala" ucap Adam yang membuat Alaika kembali berseri.

"Ya Allah Ya Allah Ya Allah...abang ya, pengen Alaika culik buat bawa ke KUA deh" ucap Alaika bahagia sebagai ucapan terimakasihnya. Abram mencibir.

"Dulu aja kelihatannya kamu ini wanita yang cool, kalem ternyata heboh dan bawel" nyinyir Abram.

"Alaika tuh emang kalem banget didepan orang yang jarang Alaika temui tapi kalau udah akrab begini sih ya jadinya begini, susah diamnya. Siapa suruh kerjaannya mepetin Alaika terus kan Alaika jadi nyaman ngomong dan ngoceh apapun" ucap Alaika sambil tertawa. Ia memang sadar karakternya seperti memiliki dua kepribadian. Didepan orang lain ia terlihat pendiam dan kaku sedangkan saat bersama orang yang sudah menyentuh zona nyamannya, Alaika jadi susah diam.

Alaika kembali mengambil sepotong bakpia dan memakannya.

"Bang....kaki Ala kram nih, kesemutan" ucap Alaika tiba-tiba.

"Kebanyakan bejalan nih" protes Alaika.

Abram mengeluarkan krim pereda nyeri otot dari tas nya dan memberikannya ke Alaika.

"Nih oles aja"

"Mau abang oleskan nggak? kan kamu lagi makan tuh. Abang udah selesai makannya" ucap Adam dan bersiap mengambil krim ditangan Alaika.

"Biar dia aja Dam. Dia juga punya tangan jangan dimanja" cegah Abram. Alaika hanya mendengus pelan.

"Alaika aja nggak apa-apa. Tapi bang Adam suapin ya?" kompor Alaika dan mulai mengoleskan krim pereda nyeri ke betisnya dan pergelangan kakinya.

"Nih bang udah" ucap Alaika sambil menyerahkan krim tadi ke Abram.

"Bang suapin, tolong" minta Alaika yang masih ingin melahap bakpianya.

Alaika membuka mulutnya namun bukan tangan Adam yang menyuapinya.

"Ih...Alaika minta bang Adam yang nyuapin bukan abang" protes Alaika pada Abram.

"Oh, abang kira tadi kamu minta tolong abang. Habis kamu cuma bilang 'Bang tolong suapin'" kilah Abram tanpa dosa.

"Dam kemaskan ini. Kita kembali ke camp siap-siap pulang ke Jakarta" titah Abram.

"kamu bisa jalan nggak?" tanya Abram.

"Gendong bisa?" tantang Alaika jahil.

"Nggak usah lebai deh, cuma kram juga bukan patah tulang" cibir Abram.

"Bang Adam, bantu berdiri" pinta Alaika.

"Sini abang bantu jalan sekalian" ucap Abram cepat.

"Bang, ini Ala nggak digendong-gendong ala-ala drama gitu. Apa tuh orang nyebutnya? Bridal style?" tanya Alaika mulai mengganggu Abram.

"Nggak. Kamu kan tau kamu berat" jawab Abram sambil mengulum senyumnya. Sementara Alaika langsung cemberut.

"Alaika berat bukan karena keberatan badan loh ya. Alaika berat karena kebanyakan dosa. Keberatan dosa. Belum sempat tobat" kilah Alaika mencari pembelaan yang membuat Abram tergelak.

Alaika mengamati wajah Abram beserta lekuk wajahnya.

"Bang kok Abang dari dekat kelihatan ganteng sih?" Alaika mulai menjahili Abram. Rasa-rasanya akhir-akhir ini posisi mereka terbalik, dulu Abram selalu menjahili Alaika, sekarang Alaika yang selalu menjahili Abram.

"Baguslah kalau akhirnya kamu sadar kalau Abang ini emang ganteng. Emang kalau dari jauh kelihatannya gimana?" Tanya Abram masih memapah Alaika.

"Kalau dari jauh kelihatannya Ala rindu" jawab Alaika riang entah maksud gombalannya tersampaikan atau tidak.

SAVE OUR LAST STORY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang