Chapter 42

194K 9.1K 502
                                    

Seorang cewek sedang duduk dibalkon kamarnya. Pikirannya sedang berkelana kemana-mana. Banyak hal yang ia ketahui, hanya saja daya ingatnya kurang kuat untuk kembali mengingat apa yang pernah terjadi.

"Amanda" Panggil seorang pria paruh baya sambil memegang pelan pundak anak tunggalnya.

"Pah, Amanda pengen cerita" Ucap cewek itu tiba-tiba.

"Cerita aja" Ucap Novaldo, ayah Amanda itu sambil mendudukkan dirinya.

"Papah sering nelpon tante Adriana gak?" Tanya Amanda.

"Gak sering lagi. Tantemu itu jarang menerima telpon dari Papah" Jawab Novaldo apa adanya.

Mendengar itu, Amanda terlihat menghela nafas.

"Kenapa tanyain Adriana?" Tanya Novaldo menatap putri semata wayangnya.

"Amanda pengen tanyain kabar Alka, Pah" Jawab Amanda dengan wajah murung.

"Kenapa gak telpon sekarang aja"

"Seperti ucapan Papah, tante gak jawab telpon dari Manda"

Novaldo hanya mangut-mangut.

"Emm... Pah, Manda tanya satu lagi" Ucap Amanda menatap serius Ayahnya.

"Heem"

"Papah kenal sama orang tua Nayya?" Tanya Amanda dengan kerutan serius didahinya.

"Nayya?" Beo Novaldo sambil menatap langit-langit pagi seraya berpikir.

"Kenapa kamu tanyain itu" Kini Novaldo yang bertanya.

"Manda kayak gak asing dengan nama cewek itu, perasaan pernah Papah bahas sama Mamah" Jawab Amanda dengan ekspresi yang sama.

"Dia anak dari temen Papah" Ucap Novaldo sambil memalingkan wajahnya yang teringat kejadian waktu dulu. Sedetik kemudian, tangannya terkepal kuat.

"Terus?" Tanya Amanda penasaran.

"Udah ya, Manda. Papah mau berangkat, kamu mending cepet mandi" Ucap Novaldo menyudahi percakapan dan beranjak dari duduknya lalu meninggalkan kamar Amanda.

"Siapapun gak boleh deketin Alka, gue akan singkirkan mereka" Ucap Amanda sambil menyeringai.

...

Alka masih merebahkan tubuhnya diatas kasur king size kamar hotel itu, dengan mata terpejam dan tangan memegang kepala, antara mengantuk dan hal lain yang sedang dipikirkannya.

Akhir-akhir ini, kepalanya memang terasa sakit, pikirannya itu tengah bergelut antara perasaan dan logika. Perasaan yang mulai ingin berteman dengan Nayya dan ego tingginya yang terus meracuni pikirannya agar tetap ditempat.

Cowok itu terus menghela nafas, hingga membuat Andra yang sedang bermain ponsel mengalihkan perhatiannya pada Alka.

"Lo kenapa, boy?" Tanya Andra dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Gak pa pa" Ucap Alka lalu beranjak menuju balkon kamarnya.

"Gak ada tapi gue liat kaya orang susah banget" Ucap Andra yang menyusul Alka lalu duduk didepannya.

Alka tidak merespon, lagi-lagi ia menghela nafas. Hingga matanya menyipit memperhatikan seorang cewek yang sedang diganggu seseorang. Dengan mata melotot, Alka langsung berlari keluar kamar tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Andra.

Dilain tempat, kini Nayya sedang berjalan kaki menuju minimarket kecil didekat hotel itu untuk membeli ice cream dan beberapa snack kesukaannya. Tapi saat ia menuju pulang, seseorang dengan badan besar terus menghadang jalannya yang membuat cewek itu gelisah.

ALKANA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang