Chapter 19

227K 9.4K 336
                                    

Siang ini, entah mengapa suhu Ibukota terasa sangat menyengat. Membuat beberapa siswa yang masih didalam kelas mendengus kesal.

Begitupun dengan Nayya dkk, sedari tadi Fitri terus ngedumel tidak jelas. Cewek itu terus mengelap keringat yang berada didahinya.

"Sebel banget sama tu guru. Gak kepanasan apa gimana" Celoteh Fitri yang kesekian kalinya.

"Tau, gue haus banget" Siska menimpali.

Mereka sedari tadi masih bergelut dengan penjelasan Bu Fatma selaku guru Matematika di sekolah mereka. Hawa yang panas ditambah lagi pelajaran maut yang hobinya bikin pusing, tentu saja membuat kepala mereka serasa di giling menggunakan mesin cuci.

"Jadi, kalian pangkatkan dulu, mak--"

Kriiing kriiing

"Finally!" Teriak Siska heboh tanpa sadar ia berdiri dari duduknya.

Seluruh pasang mata melihatnya aneh.

"Tidak, tidak. Ibu akan jelaskan sedikit lagi. Jadi kalian jangan keluar dulu" Ucap Bu Fatma yang masih memegang spidol di jari lentiknya.

"Gak bisa gitu dong, Bu. Saya laper banget, kepala saya juga pusing" Ucap Fitri tidak santai.

"Minum Paramax, Ibu ada bawa. Kamu mau?" Tawar Bu Fatma.

"Gausah, Bu. Buat Ibu aja deh" Tolak Fitri sambil mengipasi badannya menggunakan buku tulis.

"Saya ini tidak pusing, kamu yang sakit. Kenapa saya yang minum" Tanya Bu Fatma bingung.

"Mulut Ibu yang bikin kita semua pusing. Bahasnya rumus terus, coba sekali kali bahas masa depan Ibu" Celetuk Fitri santai.

Bu Fatma menatap tajam Fitri, yang ditatap hanya memasang tampang watadosnya.

Memang, Bu Fatma adalah satu-satunya guru yang masih single di sekolah mereka. Bukan hal yang asing lagi jika ia sering dicandai seperti ini, baik itu dari sesama guru atau siswa-siswi SMA NIS.

"Jaga omongan kamu, Ibu disini memberi kalian ilmu. Bukan menjadikan kalian biang gosip"

"Yaudah deh, Bu. Kita istirahat aja. Jam terakhir juga jamnya Ibu. Serakah banget" Kesal Siska.

"Baik, pertemuan kali ini selesai" Ucap Bu Fatma sambil membereskan buku-bukunya.

" Jangan lupa kerjakan tugas dihalaman 11 sampai 15. Lusa dikumpulkan ke meja saya"

Mereka semua yang awalnya senang, kini menganga dengan beragam ekspresi tidak percaya.

"Ibu gimana, sih. Emang Ibu kira pelajaran sekolah cuma Matematika aja. Kita juga punya PR yang lain" Ucap Dwi yang benar-benar kesal dengan guru single tersebut.

"Oke, sampai halaman 17"

"Kok naik, harusnya turun dong, Bu"

"18"

"Ck, 15 aja deh bu" Dwi mengerucutkan bibirnya.

Bu Fatma tersenyum singkat, "Baik, sampai jumpa dipertemuan selanjutnya" Ucap Bu Fatma sambil berlalu keluar kelas.

"Bodo amat, gue gak mau ketemu sama lo lagi" Kesal Dwi.

"Yaudah, yuk ke kantin" Ajak Nayya.

"Kalian duluan aja. Gue mau nyatet bentar"

"Lo yakin?" Tanya Fitri.

"Iya. Yaudah sana, gue pesenin kaya biasa"

Mereka mengangguk dan berlalu meninggalkan Siska sendirian didalam kelas.

ALKANA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang