Chapter 11

229K 10.1K 122
                                    

Sunyi. Gelap. Sendiri.

Itulah keadaan rumah Nayya sekarang. Ia menghela nafas, selalu saja seperti itu.

Tidak ada yang menyapanya saat pulang sekolah, tidak ada yang menyiapkan jus alpukat kesukaannya dan tidak ada kipas angin di depan TV saat ia malas dikamar.

Tidak ada yang bisa melakukan itu.

Selain Mila.

Nayya menghela nafas kasar menarik rambutnya kebelakang dan menaiki tangga kelantai dua rumahnya untuk menuju kamar tidurnya.

Nayya merebahkan tubuh rapuhnya di atas kasur king size miliknya. Berusaha untuk tidur, tetapi sangat sulit sekali untuk terpejam.

Ia beranjak dan menuju kearah meja belajar, membuka sebuah album foto keluarga yang terletak rapi disana. Nayya meraba setiap wajah di foto tersebut, terlihat Mila yang tengah tertawa tanpa beban saat melihat Wisnu ketumpahan jus alpukat di kemejanya, di hari ulang tahun Nayya.

Nayya membuka lembar demi lembar dan berhenti di salah satu foto yang sangat membekas di hatinya. Kebahagiaan waktu itu, Nayya belum bisa melupakannya. Bagi Nayya, itu merupakan hari yang paling bahagia seumur hidupnya. Dimana Wisnu memeluknya dan Mila mencubit pipi chubby Nayya serta Kai yang tertawa lebar. Terlihat seperti keluarga harmonis bukan?

Tapi sekarang? Jangankan akan bersama. Mendengar kabar bahkan tidak ada.

Itu hanya kenangan bagi Nayya, sedikit mustahil apa bila terjadi.

Ia menutup album itu sedikit kasar dan meletakkannya sembarangan. Air matanya mulai turun membasahi pipi chubby-nya. Ia sangat merindukan keluarganya, keluarga yang sangat ia cintai.

NAYYA MERINDUKAN ITU.

Nayya menghapus air matanya saat seseorang mengetuk pintu kamarnya dengan kasar.

"NAYYA?! NAY? Lo didalem?" Teriak Kai di sebrang sana.

Nayya tidak menjawab dan langsung membuka pintu kamarnya. Terlihat cowok gagah yang sedang berdiri dengan raut wajah khawatir. Kai langsung memeluk Nayya erat dan menangkup pipi adiknya.

"Lo ngapain sih didalem? Meditasi? Kok gak nyahut pas gue panggil?" Cemas Kai.

"Gue ketiduran" Alibi Nayya.

"Masa?" Kai memicingkan matanya dan menatap kearah mata Nayya yang terlihat sembab.

"Yakin tidur?" Tanya Kai memastikan jika adiknya itu tidak membohonginya.

"Heem"

"Lo mimpi apaan? Kayaknya serem banget" Tanya Kai sedikit tidak masuk akal.

Nayya mengernyit, menampilkan ekspresi bingungnya kepada abangnya.

"Lo sampe nangis, berarti bener dong kalo lo mimpi buruk" Kai menjelaskan.

Gue juga berharap kalo ini semua cuma mimpi buruk, bukan kenyataan. Batin Nayya.

"Woy! Diem bae. Ayo turun makan!" Teriak Kai.

Nayya mendongak dan mengangguk singkat.

...

"Nay, gue perhatiin lo sering melamun beberapa hari ini" Tanya Kai saat Nayya mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

"B aja"

"Lo gak bohongin gue kan?"

"Heem" Jawab Nayya seperlunya sambil mengunyah makanannya.

"Lo gak lagi mikirin Papa kan?" Tanya Kai hati-hati.

ALKANA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang