Chapter 44

189K 9.1K 511
                                    

Nayya melangkahkan kakinya menuju lift bersama dengan Alka. Keduanya saling bungkam, tidak ada percakapan yang meriuhkan suasana. Mereka hanya sibuk dengan ponselnya masing-masing. Hingga karena kesibukan itu, membuat Nayya hampir tersungkur didepan lift saat dirinya ingin keluar dari sana.

Sebelum hal itu terjadi, tangan kokoh Alka sudah lebih dulu menahan tubuhnya, lagi lagi membuat cewek itu tidak bisa berkutik dengan tindakan yang Alka lakukan.

Kedua mata indah itu lagi-lagi kembali bertemu. Tatapan tajam dari Alka seperti menusuk kedalam hatinya, seakan berusaha membocorkan rasa keyakinannya untuk menentang bahwa cowok dihadapannya ini hanyalah sesuatu yang biasa yang tidak mungkin berpengaruh untuknya. Tapi pada kenyataannya, pikiran itu hanyalah harapan yang mungkin tidak akan terwujud. Karena dirinya sudah tertusuk terlalu dalam.

Dengan dada naik turun menahan kegugupan, Nayya langsung menjauhkan dirinya dari tubuh Alka.

"Lo itu emang bego dan gak punya mata" Ucap Alka dingin.

"Kaki lo tuh yang ngadangin jalan gue" Sewot Nayya.

"Eh, lo makanya liat jalan"

"Masalah buat lo" Ucap Nayya sambil menjulurkan lidahnya bermaksud mengejek Alka dan meninggal cowok itu.

Alka tersenyum tipis untuk menanggapi tingkah Nayya. Cewek didepannya tadi cukup pandai membuat mood-nya berubah-ubah.

Saat Alka memasuki kamar Nayya, wangi aroma coffe menyeruak dihidungnya. Membuat cowok itu mendudukkan dirinya disofa yang tersedia didalam kamar tersebut.

"Nih" Ucap Nayya sambil memberikan secangkir cappuccino hangat pada Alka.

Tanpa banyak bicara, Alka menerimanya dengan senang hati.

"Lo mau bawa oleh oleh apa buat keluarga lo?" Tanya Nayya tiba-tiba.

"Gak ada" Jawab Alka seperlunya.

"Jahat banget, masa gak bawa oleh-oleh"

"Biarin" Jutek Alka.

Nayya kembali bungkam, cewek itu merasa kesal sendiri saat Alka memutuskan topik pembicaraan mereka.

"Btw, dimana bokap lo" Tanya Alka sambil melihat kearah Nayya.

"Dia di London, jalanin bisnis disana" Jawab Nayya sambil menyeruput cappuccino hangatnya.

"Kenapa lo gak ikut" Tanya Alka lagi.

"Gue cuma kurang nyaman aja"

"Lo punya masalah?" Alka menaikkan sebelah alisnya.

"Sama seperti lo, gue sedikit kecewa sama bokap gue"

Alka menghela nafas, berusaha mengerti dengan keadaan yang memang selama ini tengah dialaminya. Lama berpikir, membuat cowok dengan rahang kokoh itu perlahan memejamkan matanya karena perasaan ngantuk yang tiba-tiba menyerang.

"Al. Gue pengen cerita" Ucap Nayya sambil mengaduk-aduk isi didalam cangkirnya.

"Gue juga sama kea lo. Sama sama di posisi sulit" Ucap Nayya lagi.

"Terkadang gue bisa nasehatin orang lain. Tapi saat gue aplikasiin ke diri gue sendiri, itu rasanya sulit" Nayya masih terus berbicara.

Heran karena tidak mendapatkan balasan. Cewek itu menoleh kearah dimana Alka duduk. Sedetik kemudian, tatapannya berubah datar saat mengetahui lawan bicaranya sudah senyap terlelap tidur sejak tadi.

"Ganteng juga kalau gini" Gumam Nayya sambil terus memandangi wajah Alka.

"Al, gue gak tau. Apa lo bisa bantu jelasin kenapa perasaan gue mendadak aneh saat didekat lo"

ALKANA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang