empat

13.4K 1.4K 135
                                    

Setelah berada di dalam cafe, Aden masih berdiri di ambang pintu, laki-laki itu mengedarkan pandangan, mencari keberadaan Pandu. Beberapa orang yang lewat di dekatnya melihat Aden dengan tatapan yang aneh. Ada juga yang saling berbisik satu sama lain. Entah apa yang mereka bicarakan, Aden berusaha cuek dan tidak peduli.

Senyum Aden mengembang, saat bola matanya sudah menemukan sosok remaja yang ia cari. Dengan langkah yang cepat Aden berjalan mendekati kursi, di mana Pandu dan teman-temannya sedang duduk.

Tidak lama kemudian, Aden sudah berdiri di dekat meja, yang ia tuju.

"Pandu."

Suara Aden membuat semua yang sedang duduk, mendongak dan menoleh padanya. Pandu dibuat tersentak hingga mengerutkan keningnya. Ia seperti tidak percaya dengan kehadiran Aden yang tiba-tiba. Namun wajah terkejutnya seketika berubah berseri, dan senyumnya mengembang.

"Aden. Lo di sini? Ngapain?" Pandu berdiri dari duduknya, kemudian ia berjalan mendekati Aden.

Berbeda dengan Pandu yang terlihat senang dengan kehadiran Aden, lain halnya dengan keempat wanita seksi itu. Mereka melihat Aden dengan tatapan yang aneh, mulut mereka meringis seperti merasa jijik.

Lukman, Jonathan, Roby, Alex, dan Aldo, mereka hanya merasa heran. Karena sudah tahu siapa Aden, jadi mereka juga sama seperti Pandu. Sedikit terkejut dengan kehadiran penjual cilok itu.

Cuma Tristant yang biasa saja, wajahnya datar tanpa ekspresi. Toh ia juga baru pertama kali gabung dengan kumpulan cowok-cowok keren itu. Jadi ia tidak terlalu ambil pusing, apa Aden juga akan gabung atau tidak, terserah. Yang penting banginya ia bisa nongkrong bareng mereka, dan melancarkan PDKT nya dengan Pandu.

Pandu dan Aden kini sudah berhadapan, jaraknya hanya dua jengkal, keduanya memberikan senyum ciri khasnya masing-masing.

Melihat Pandu dan Aden yang sedang berdiri berdekatan, bagi wanita-wanita seksi situ rasanya seperti sedang melihat majikan dengan pembantu, seperti melihat berlian dengan batu sungai, dan seperti melihat artis dengan asistennya. Perbedaannya sangat kontras, bagaikan langit ketuju, dengan dasar laut yang paling dalam. Sangat jauh.

Untung saja Pandu tidak mempermasalahkan penampilan Aden. Ia sudah terbiasa melihat Aden seperti itu. Di mata Pandu, Aden tetap terlihat manis, senyumnya juga khas. Dan bagi Pandu, Aden adalah sosok mutiara yang terpendam. Hatinya sudah berdesir sejak pertama kali ia melihat Aden.

"Eh, siapa sih?" Seorang wanita yang mempunyai ukuran dada paling besar bertanya sambil memukul pelan paha Jonathan. "Kok Pandu bisa kenal sama orang udik begitu?"

Jonathan mendekatkan wajahnya pada wanita yang bertanya. Menggunakan telapak tangan IA  menutupi mulutnya yang akan mengatakan sesuatu. "Tukang cilok depan Sekolah," jawab Jonathan sedikit berbisik.

"Oooh..." wanita itu terkejut hingga membulatkan bola mata dan mulutnya juga terbuka lebar.

"Lo ngapain di sini?" Pandu mengulang pertanyaannya.

"Aku lagi jualan di pinggir jalan sana, kebetulan liat kamu, jadi aku kesini." Jawab Aden.

"Trus, mau ngapain lo kesini?" tanya Seorang wanita yang sedang duduk di belakang Pandu.

Aden mendongakan kepalanya, melihat sekilas wanita itu. Hatinya langsung tidak nyaman karena wanita itu melihatnya dengan gaya yang jutek. Mengabaikan itu, Aden kembali menatap Pandu, ia mencoba tersenyum sambil membuka retsleting tas pinggangnya.

"Ini tadi siang kamu kan buru-buru, jadi aku belum sempet balikin uang kembaliannya," ujar Aden sambil menyerahkan uang yang sudah ia gulung dan diikat menggunakan karet gelang.

CASM {Mamang Cilok}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang