sepuluh

11.8K 1K 160
                                    

Lukman memberhentikan motor sebelum ia masuk ke dalam pintu gerbang sekolah. Laki-laki itu menoleh ke arah tempat di mana Aden biasa menjual ciloknya. Kening laki-laki itu berkerut lantaran tidak melihat mamang cilok disana.

Hanya kebetulan kah? atau memang ada sesuatu yang disembunyikan oleh Pandu. Pasalnya Aden tidak berjualan bertepatan dengan Pandu yang tidak masuk sekolah hari ini. Hal itu membuat ia memikirkan sesuatu. Entahlah, terkadang orang kalau sudah mempunyai pikiran negative, apapun memang selalu dikait-kaitkan.

Sekedar informasi, hari ini Lukman memang berhasil meyakinkan ibu Veronica agar Pandu tidak masuk sekolah. Laki-laki itu berbohong kepada ibu Veronica kalau hari ini akan ada pertandingan basket antara kelas sebelas dengan kelas dua belas. Hal itu membuat Ibu Veronica yang memang tidak pernah setuju jika Pandu berhubungan dengan yang namanya olahraga, termasuk basket, langsung percaya begitu saja dan mengizinkan anaknya untuk libur sekolah. Selain itu, hari ini ia terlalu sibuk dengan acara arisan hingga membuat ia tidak bisa berpikir jernih. Bagi ibu Veronica, yang terpenting jangan sampai Pandu bermain basket.

"Ngilatin apaan kak?" Tanya seorang remaja putra yang entah sejak kapan berada di belakang Lukman.

Lukman tersentak karenanya.

"Eh, kepo lu," ketus Lukman, setelah ia melihat siapa pelaku yang sudah menegurnya. "Ngagetin aja."

"Ye, cuma tanya doang, jutek amat jawabnya," protes Tristant. Merasa tidak ditanggapi dengan baik oleh Lukman, maka dari itu Tristant langsung berlalu meninggalkan laki-laki itu.

"Tris tunggu," panggil Lukman sambil menjalankan motor menggunakan kedua kaki. Laki-laki itu masih duduk di atas motornya.

"Apa?" tanya Tristant setelah ia berbalik badan dan menatap Lukman.

Lukam terdiam sambil mengamati wajah Tristant dengan seksama. Sebenarnya laki-laki itu cuma ingin bertanya kepada Tristant, apa rasa kagumnya terhadap Pandu masih bertahan dan sudah berpindah padanya. Hanya saja Lukman bingung harus memulainya dari mana.

"Lu," Lukman menjedah kalimatnya, membuat Tristant menatapnya Heran.

"Apaan sih?" Tanya Tristan lagi.

"Lu masih suka sama Pandu?"

Pertanyaan Lukman membuat Tristant menarik sebelah ujung bibirnya. Ia tersenyum menceng sambil tertawa singkat. Remaja itu merasa heran, sebenarnya apa sih maksudnya Lukman ini? Tristant Lukman ini benar-benar ambigu. Apa  sebenarnya laki-laki itu suka padanya, sampai-sampai entah bertanya berapa kali Lukman menanyakan hal itu kepada.

Jujur, sikap Lukman yang seperti itu malah membuat Tristant menjadi gede rasa. Ia jadi mengambil kesimpulan kalau Lukman menyukainya. Selain itu Lukman sudah dua kali memberikan sesuatu yang indah untuk Tristant. Tapi yang membuat Tristant terkadang membuang jauh-jauh pikiran itu lantaran Lukman selalu bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa, setelah mereka melakukan adegan itu.

Tristant bingung, sebenarnya maunya Lukman itu apa? Tristant terdiam, namun tingkah Lukman itu membuat Tristant jadi menemukan ide untuk menggoda laki-laki itu.

Tristant maju beberapa langkah, mendekati Lukman lantas menatap laki-laki itu dengan jarak yang sangat dekat. "Emang kenapa sih kak? lu suka sama gue?" Ledek Tristant dengan ekspresi wajah yang menggoda. "Lu cemburu, kalau gue masih suka sama kak Pandu?"

"Najis," potong Lukman. "Amit-amit deh gue suka sama lu."

Pernyataan Lukman sontak membuat Tristant mendengkus kesal, "trus kenapa kak Lukman nanyain itu terus?"

"Ya, gue," Lukman gelagapan menjawabnya. Ia mencoba menenangkan diri agar tidak terlihat gugup di hadapan Tristant sebelum akhirnya laki-laki itu berkata. "Gue kan cuma pingin tau doang, kalau masih ntar gue bantu deh," Ucap Lukman berbohong. Ia tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya kepada Tristan.

CASM {Mamang Cilok}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang