Lukman mengambil paksa buku komik yang sedang dibaca Aldo dan Tristant. Hal itu tentu saja membuat Tristant terkejut dan langsung menatap kesal kepada laki-laki itu.
Sedangkan Aldo terlihat biasa saja, bahkan ia nampak begitu tenang sambil tersenyum ia merasa tebakannya tepat. Lukman cemburu. Dengan santainya Aldo mengetuk-ngetukan sepuluh jarinya di atas meja kantin. Pandangannya ia tebarkan ke arah Pandu, Jonathan, Alex dan Roby secara bergantian dan terlihat heran dengan tingkah Lukman.
Aldo— yang sudah tahu Lukman dan Tristant pernah berbuat apa, ia terlihat sedang menunggu apa yang akan dilakukan oleh Lukman.
Tristant beranjak dari duduknya, kakinya melangkah melewati kursi panjang yang ia duduki barusan. Wajahnya terlihat sangat kesal, namun ia tidak ingin menatap wajah Lukman.
"Kak gue ke kelas duluan," ucap Tristant berpamitan.
"Lho kok? kenapa?" Tanya Jonathan.
"Marah kali? Lagi asik baca diganggu Lukman," serga Aldo.
"Nggak kok, gue lupa kalau ada tugas yang belum gue kerjain," ujar Tristant berbohong.
Tentu saja Jonathan, Alex, Roby dan Pandu percaya begitu saja dengan alasan Tristant. Tapi tidak dengan Aldo. Aldo merasa yakin sekali alasan Tristant meninggalkan tempat itu karena kehadiran Lukman.
Tapi meski Aldo sudah tahu jika ada sesuatu antara Tristant dan Lukman, namun ia belum paham apa yang membuat Tristant beberapa hari ini seperti anti pati kepada Lukman. Aldo juga penasaran dengan perubahan sikap Lukman akhir-akhir ini. Hal itu yang membuat ia ingin tahu ada masalah apa dengan mereka.
Lukman berdiri mematung, wajahnya terlihat sangat gelisah. Di satu sisi, Lukman ingin berbicara dengan Tristant, tapi di sisi lain, Lukman tidak ingin teman-temannya tahu apa yang sudah terjadi antara ia dengan remaja itu.
Wajar jika Lukman dilema, hubungan semacam itu tidak harus di publikasikan, dengan teman sekalipun. Lukman juga tidak sadar kalau sebenarnya Aldo sudah mengetahui apa yang telah terjadi
Rasanya Lukman ingin sekali menarik Tristant keluar kantin dan mengajaknya bicara. Tapi lelaki itu juga tidak ingin kalau apa yang akan ia lakukan, bisa membuat teman-teman nya berpikir yang macam-macam. Lukman hanya bisa diam dengan segala kebimbangan.
Terlihat Tristant menoleh ke arah Pandu, kemudian ia memberikan senyum semanis mungkin kepada anak paling populer di sekolahnya.
"Kak Pandu selamat ya, tadi gue udah liat foto-foto lu di majalah sama tabloid remaja. Keren, tau kak. Semoga lu makin sukses deh."
"Thank's ya," sahut Pandu sambil senyum.
Manik mata Tristant sekilas melirik ke arah Lukman, kemudian ia kembali menatap ke arah Pandu. "Kayaknya bentar lagi lu bakal terkenal deh kak, pasti makin banyak yang ngefans. Tapi ati-ati kak, biasanya banyak yang nggak suka liat kita sukses atau terkenal. Kakak harus waspada juga, bisa jadi orang yang sirik sama kita justru orang-orang terdeket. Biasannyakan musuh yang paling bahaya itu, orang yang terlihat baik di depan kita, padahal aslinya busuk! Srigala berbulu domba."
"Ha... ha..." Pandu terbahak mendengar kata-kata Tristant. "Lu bisa aja, gue belum apa-apa, gue juga nggak pingin terkenal."
Sindiran Tristant sangat terasa bagi Lukman, kalimatnya benar-benar sukses menohok hatinya. Dan itu membuat ia celingukan tidak jelas.
"Ya kali aja kan, yaudah deh gue ke kelas."
Tristant berlalu meninggalkan Pandu dan teman-temannya. Tapi sebelum itu ia sempet merampas komiknya yang dari tadi dipegang sama Lukman. "Balikin komik gue!" ucapnya ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
CASM {Mamang Cilok}
Novela JuvenilSampul; deerlu794 Lengkap sampai TAMAT Cuma penjual Cilok kok. kebetulan aja dia ganteng. Disukai sama remaja anak orang kaya cuma dia cowok juga. Pastinya gak mau dong penjual ciloknya kan normal. Gimna sih perjuangan anak orang kaya buat dapetin m...