Lima

13.9K 1.3K 107
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu oleh Pandu sudah tiba— yaitu hari senin. Tapi bukan karena Pandu saking semangatnya belajar, bukan karena Pandu anak teladan, bukan juga karena Pandu kangen sama guru-guru di Sekolah. Tapi karena sebelum hari senin itu adalah hari minggu, artinya ia harus libur sekolah dan secara otomatis Pandu tidak bisa bertemu dengan Aden, untuk meminta maaf.

Oleh karena itu, hari senin ini benar-benar sangat ditunggu sekali Pandu. Soalnya, sejak kejadian di cafe malam kemaren, niat Pandu mengejar Aden yang akan meminta maaf, namun Aden buru-buru pergi dan ia kesulitan mencarinya.

Lalu karena insiden di cafe itu pula, Pandu jadi kehilangan mood untuk clubing bersama teman-temannya. Alhasil, Pandu pulang ke rumah tanpa berpamitan, kemudian ia menghabiskan hari minggunya di rumah saja.

Begitupun dengan Lukman, Jonathan, Alex, Aldo dan Tristant. Mereka memutuskan untuk membatalkan dugem, hanya karena tidak ada Pandu bersama mereka.

Karena hal itu pula Tristant menjadi sangat dongkol, sedongkol-dongkolnya. Pasalnya remaja imut dan manis itu sudah mengorban dirinya demi untuk acara malam itu. Tapi nayatanya, semua gagal total dan ia belum bisa melanjutkan pendekatannya pada Pandu.

Pandu baru saja keluar dari kamarnya. Ia sudah terlihat sangat keren memakai seragam identitas sekolahnya. Pandu harus berjalan menuruni anak tangga lantaran kamarnya berada di lantai dua. Sesampainya di dasar tangga remaja itu sudah disambut oleh ibu Veronica.

"Pagi sayang."

Pagi itu, ibu Veronica sudah terlihat sangat anggun dengan balutan gamis kaftan ala Syharini. Wanita itu sedang membersihkan guci kesayangannya, di dekat tangga.

"Pagi mi," balas Pandu sambil loncat dari anak tangga. "Ohiya mi, papi udah on the way ke Luar Negeri?"

"Sudah dari subuh."

Pandu mengangguk pelan, "oh, yaudah kalau gitu, Pandu berangkat dulu."

"Eh, sarapan dulu Pandu," perintah ibu Veronica.

"Nggak usah mi, nanti aja dikantin. Lagian udah siang, takut telat." Sebenarnya Pandu sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Aden.

"Padahal, bi Munah sudah siapin nasi goreng kesukan kamu lho, sarapan dulu sana," bujuk ibu Veronica.

"Nggak mi, males," tolak Pandu.

Melipat kedua tanganny di peru ibu Veronica mendesah pelan menarik sambil menggelang-gelengkan kepala.

"Ya udah tapi inget, jangan bikin ulah lagi di sekolah, jangan bolos, jangan ikut ekskul olahraga, jangan capek-capek, jangan ngroko, dan—"

"Jangan jajan sembarangan," potong Pandu. Ia sudah sangat hapal dengan pesan yang selalu diberikan oleh ibu Veronica setiap pagi.

Entahlah, ibu Veronica sangat detail sekali untuk urusan atau apapun yang berhubungan dengan Pandu.  Meski kata teman-teman Pandu itu terkenal anak yang galak, tapi di mata ibunya Pandu tetap sosok anak yang manis.

Cup. Pandu mencium pipi kiri ibu Veronica, setelah itu ia berkata. "Jangan kuatir, Pandu udah gede, bukan bayi lagi. Udah ah Pandu berangkat dulu."

Pandu berjalan cepat meninggalkan ibunya, namun.

"Pandu."

Pandu menghentikan perjalanannya, ia memutar tubuh menghadap wanita yang ia panggil mami. "Ada apa lagi sih mi?"

"Jangan lupa, soal pesanan cilok mami ya? bilang sama pedagangnya, mami maunya yang masih Freesh , trus biar digoreng di sini aja. Jadi biar dia bawa yang mentahnya. Nanti biar mami yang siapin peralatannya. Oh iya untuk 25 porsi, em.. apa lagi ya?"

CASM {Mamang Cilok}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang