CiLok tiga puluh

9.6K 907 263
                                    

~selamat membaca~

Hari sabtu, sekolah dipulangkan lebih pagi dari hari-hari yang lainnya. Pemilik Yayasan memang tidak meliburkan sekolah di hari sabtu, tapi sebagai gantinya, siswa diberi waktu belajar selama setengah hari.

Lantaran Aden sudah tinggal di tempat kos, tugas Dadang menjadi bertambah sejak Aden berjualan cilok di dalam kantin sekolah. Pagi hari, ia harus mengantar cilok sekalian membawa Anis ke kantin, lalu sorenya selepas berjualan Dadang harus menjemput Anis kembali. Tapi Dadang tidak merasa keberatan, karena hasil yang didapat dari hasil penjualan di kantin sangat sebanding dengan rasa lelah nya.

Baru beberapa hari ini Aden memang sudah menempati atau tinggal di tempat kosnya. Tapi ia masih sendiri, Pandu belum meminta ijin kepada ibu Veronica agar bisa tinggal lagi satu kos bersama Aden.

Pandu sedang mencari alasan yang tepat, supaya bu Veronica bisa memberi ijin.

Kemudian sesuai yang sudah dibicarakan sebelumnya, hari ini Pandu dan teman-temannya akan melakukan latihan basket di rumah Pandu. Namun karena keadaan Pandu yang kurang baik, Lukman dan yang lain terpaksa harus ikhlas, mengijinkan cowok itu tidak bermain basket. Mereka menyadari akan kondisi Pandu yang tidak boleh melakukan kegiatan— yang mungkin akan memperburuk kesehatan Pandu. Sebagai gantinya, atas usul dari Pandu, Aden masuk ke dalam anggota team mengisi posisi yang kosong.

Sedangkan posisi kapten basket diambil alih sama Lukman.

Awalnya Aden menolak untuk bergabung bersama mereka, selain tidak percaya diri, Aden tidak pernah bermain basket. Aden lebih sering dan suka bermain sepak bola sewaktu di kampung. Jika bergabung bersama mereka, Aden tidak ingin mengecewakan Pandu dan yang lain. Tapi karena bujukan dan dipaksa Pandu, akhirnya Aden tidak bisa menolak. Demi Pandu.

Di parkiran sekolah, Aden sudah duduk di atas motornya yang belum lunas. Masih kredit tinggal beberapa bulan lagi. Di belakang Aden, ada Pandu sedang berdiri sambil memasang pengait helm.

Selesai dengan urusan memakai helm, Pandu naik di atas motor duduk di belakang Aden. Mereka akan menuju ke rumah Pandu untuk latihan basket bersama.

"Mau berangkat bareng ama yang lain? Apa kita duluan?" Tanya Aden sebelum menghidupkan mesin motornya.

"Kita duluan aja, yang lain pada mau pulang dulu. Mereka nggak bawa kaos basket." Terang Pandu.

"Yaudah," ucap Aden sambil menghidupkan mesin motornya. Setelah suara mesin motor menyala, Aden tidak langsung menarik gas, ia melihat Pandu yang duduk di belakang melalaui spion. Melihat Pandu tidak memakai jaket, Aden melepas jaket miliknya lalu diserahkan kepada Pandu.

"Kamu yang pake jaket, panas soalnya."

"Udah nggak papa, kan lu yang di depan, ntar lu kepanasan, jadi item lagi." Tolak Pandu. Ia juga tidak ingin Aden kulitnya terbakar matahari, lagi pula Pandu bisa berlindung di balik tubuh Aden.

"Nggak papa, kan emang udah item. Cowok nggak boleh takut item." Aden kekeh memberikan jaketnya untuk Pandu.

"Gue juga nggak takut item. Lagian gue nggak bakal bisa item, biar kepansan seharian juga."

Aden memajukan bibirnya, "hem... sombong." Ledeknya sambil meletakkan jaketnya di pundak Pandu. "Pake... aku nggak mau kamunya kepanasan."

CASM {Mamang Cilok}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang