Cilok satu

20.7K 1.7K 256
                                    

Aden...

'Takut'. Iya takut, kesan pertamakali aku melihatnya yang aku rasakan itu takut. Bukan apa-apa sih, menurut kabar yang beredar, aku dengar dari anak-anak yang suka membeli cilok denganku si Pandu ini terkenal anak yang nakal. Ohiya aku tahu namanya 'Pandu' dari pelanggan setiaku. Mereka sering menyebut namanya saat sedang bergosip di dekat-ku.

Aku takut karena aku tidak ingin berurusan dengan yang namanya keributan. Aku ingin tenang, dan damai berjualan di sini. Mungkin dia memang tidak usil denganku, tapi bisa saja kan? namanya anak nakal, pasti tidak melihat siapa yang akan menjadi korban kenakalannya.

Sebenarnya sih, kalau dipertemukan satu lawan satu, aku yakin aku bisa mengalahkan dia, jika sampai kami beradu fisik sepertinya aku akan mudah melumpuhkannya.

Tapi yang aku tahu dia anak orang kaya, bisa saja dia memanfaatkan kekayaannya itu, untuk mengganggku. Tapi untung saja dia tidak pernah usil denganku. Mungkin dia merasa tidak se level untuk berurusan denganku.

Tapi yang membuat hati dan perasaanku was-was, beberapa minggu terhir ini terlihat dia selalu meliriku. Terus terang aku merasa tidak nyaman, mungkinkah dia sedang merencanakan sesuatu untuk usil denganku? Entahlah. Semoga saja tidak.

Sampai hari ini tadi pagipun, dia masih melirik dan melihatku. Sampai akhirnya aku juga reflek ikut melihatnya, dan itu membuat pandangan kami bertemu. Dua kali, iya sudah dua kali tatapan mata kami bertemu. Ah... aku benar-benar gelisah. Semoga saja aku tidak akan menjadi korban kenakalan-nya.

~♡♡♡~

Bel tanda pulang berbunyi sangat nyaring. Bunyi bel itu dapat langsung mengubah keadaan kelas yang tadinya tenang, menjadi sangat ramai seperti pasar. Tanpa perintah seorang guru yang sedang mengajar, para siswa langsung berhamburan keluar kelas.

"Pulaaaaang......!!!"

Teriak penuh girang para siswa dan siswi.

Lukman berjalan cepat mengejar Pandu yang sudah berada di depannya. Ia mengalungkan tangan ke pundak Pandu setelah sampai tepat di samping  sahabatnya itu.

Pandu hanya menoleh sekilas, lantas berjalan sambil dirangkul oleh Lukman.

"Ndu, pulang bareng gue?" Tawar Lukman setelah mereka keluar dari kelas.

"Nggak gue dijemput," tolak Pandu. "Nyokap gue bakal marah kalau liat gue pulang naik motor."

Lukman mendengkus, kemudian ia berdecak sambil menggelang-gelengkan kepalanya heran.

"Gue nggak abis sama lo, secara, di satu sisi lo ditakutin sama anak-anak, tapi di sisi lain lo tuh kayak anak mamai. Masa nggak malu sih pulang sekolah masih diantar jemput?"

Begitulah Pandu, ia memang mampu menaklukan teman-temannya di Sekolah. Akan tetapi Pandu tidak akan pernah bisa menaklukan ibunya yang over protektif. Meski tampilannya bak preman, tapi di mata ibunya, Pandu adalah sosok anak yang manis. Ibunya Pandu tidak akan membiarkan kulit anak kesayangannya terbakar oleh sinar UV. Tidak hanya itu Semua keperluan Pandu harus dalam pengawasan ibu Veronica, ibunya Pandu. Termasuk jajanan atau makanan yang masuk ke perut Pandu, itu juga harus diketahui oleh ibu Veronica. Selain itu ibu Veronica juga mempersiapkan supir pribadi untuk mengantar jemput.

Walaupun sebenarnya Pandu tidak suka, tapi Pandu tidak punya daya untuk menolaknya. Karena semua fasilitas, kartu kredit, termasuk gadget, akan ditarik jika Pandu sampai ketahuan membangkang. Wanita sosialita yang doyan arisan berlian bersama teman-temannya itu memang sangat ketat dalam mengawasi Pandu.

Paling Pandu bisa keluar rumah untuk bermain dengan alasan belajar. Atau ia harus bekerjasama dengan sopir pribadinya.

"Bawel lu, kayak nggak tahu nyokap gue aja."

CASM {Mamang Cilok}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang