Cilok tujuh belas

10.1K 967 150
                                    

Gue rela digalakin sama elu, yang penting lu nggak kemana-mana. Tetep di sini aja sama gue.

~selamat membaca~

Aldo menekan klakson mobil, isyarat supaya Tristant yang sedang menunggu di depan pintu gerbang segera masuk kedalam mobilnya.

Dengan langkah yang malas dan raut wajah ditekuk, Tristant berjalan mendekati pintu mobil Aldo. Tristant membuka pintu bagian depan dan menutup kembali pintu mobil setelah ia berada dan duduk di jok.

"Lu kenapa Trist?" Aldo mengerutkan kening, ia merasa heran dengan ekspresi wajah Tristant yang terlihat murung. "Kalau keberatan gue main ke rumah lu nggak papa kok, gue bisa batalin."

"Eh... enggak, bukan gitu kak," Tristant gelagapan, ia meringis sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Gue cuma lagi kesel sama tugas sekolah, banyak banget, mana harus dikumpul besok lagi." Akhirnya Tristant bisa spontan menemukan ide untuk berbohong.

"Oh..." untungnya Aldo bisa langsung percaya begitu saja.

Sebenarnya Tristant cuma kepikiran sama Lukman saja. Bagaimana tidak, hari ini Lukman akan pergi ke mall bersama Salsa, setelah itu mereka akan nonton berdua. Tristant membayangkan apa yang akan Lukman lakukan di dalam Bioskop dengan cahaya lampu yang gelap. Kesempatan emas buat cowok playboy seperti Lukman, untuk menggarap cewek secantik Salsa.

Lukman pasti akan merayu, kemudian memeluk, dan men... "tidaaaaaaaak!" Tristant langsung membuang jauh-jauh pikiran itu, membayangkan pun ia nyesek. Hingga tanpa sadar ia berteriak histeris, sampai membuat Aldo tersentak dan langsung menoleh ke arahnya.

"Trist lu kenapa?" Wajah Aldo terlihat sangat panik, hingga Ia membatalkan niatnya untuk menjalankan mobil.

Tristant terdiam dan bengong. Ia merasa sangat malu sampai mengerutkan wajah sambil menggigit bibir bawahnya. "Duh sorry kak, gue refleks, habis kesel banget gua sama pak Bondan," ucap Tristant, ia harus kembali berbohong untuk menutupi rasa malunya.

"Oh... pak Bondan, gue juga kesel sama guru itu." Ucap Aldo dengan gayanya yang cuek. Kemudian Aldo melanjutkan niatnya untuk menjalankan mobil.

Tristant menghela napas.

Sebenarnya wajar sih jika Tristant bersikap demikian. Karena sudah tiga kali, bagian tubuh Lukman yang paling sensitive dan pribadi sudah ia rasakan. Karena hal itu, Tristant jadi berharap banyak dengan Lukman. Ia jadi merasa ingin memiliki apa yang sudah pernah ia nikmati. Dan ia tidak ingin orang lain, ikut merasakannya. Apalagi Salsa.

Yah walaupun Tristant tidak tahu dianggap apa dirinya oleh Lukman. Tapi setidaknya, ia sudah mendapatkan dan merasakan bagian tubuh Lukman yang paling pribadi.

Belum satu meter mobil Aldo berjalan, tiba-tiba Aldo harus menginjak rem secara mendadak, karena ada seorang remaja yang menghadang tetap di depan mobilnya.

Tristant dan Aldo saling berpandangan sambil mengerutkan kening. Mereka heran dengan tingkah remaja yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapan mobil Aldo.

Lukman mengetuk kaca mobil di dekat Tristan duduk.

"Apaan?" Tanya Tristant setelah ia menurunkan kaca mobil.

"Eh Lukman lu mau mati ya?" Kata Aldo. Cowok itu merasa kesal karena dibuat terkejut oleh ulah Lukman.

"Buka pintunya," perintah Lukman tanpa menghiraukan kata-kata Aldo. "Gue mau ikut."

Sambil mendengkus Aldo membuka kunci pintu mobil dari tombol sentral yang ada di pintu bagian kemudi.

"Yaudah buka aja sih," perintah Tristant sambil menunjuk pintu bagian belakang.

"Gue depan, lu belakang."

CASM {Mamang Cilok}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang