Cilok tiga puluh tiga

9K 906 290
                                    

~selamat membaca~

"Den..."

"Hem.."

"Lu udah ngantuk?"

"Belum, kenapa emangnya?"

Dugdug-dugdug-dugdug....!

Kira-kira seperti itu suara detak jantung Pandu yang berpacu, kala ia sedang berduaan dengan Aden, di dalam kamar kos yang gelap.

Saat ini keduanya sedang tidur miring, saling berhadapan dengan jarak wajah yang tidak lebih dari satu jengkal, lantaran mereka tidur hanya menggunakan satu bantal. Keduanya hanya menggunakan guling masing-masing yang sedang mereka peluk untuk membatasi jarak tubuh.

Ruang kamar yang sangat gelap, juga membuat keduanya sulit melihat dengan jelas wajah lawan bicaranya. Padahal sudah lebih dari tiga puluh menit lampu mati, namun mereka enggan beranjak guna mencari penerangan. Selain itu mereka juga tidak ada persiapan lilin atau sebagainya. HP mereka sengaja dimatikan, lantaran Lukman tidak henti-hentinya meneror dengan mengirimi gambar atau video porno.

"Dingin," keluh Pandu sembari mengeratkan pelukannya di guling.

"Iya, hujan soalnya." Aden juga melakukan apa yang dilakukan Pandu, memeluk erat gulingnya.

Sementara itu, miliknya yang masih berada di dalam celana, seperti tidak bisa diajak kompromi. Sudah sejak tadi benda berbentuk lonjong yang sudah mengeras itu, seperti sedang berteriak-teriak meminta ingin segera dilemaskan. Percaya atau tidak, menahan hasrat, dan berusaha suapaya yang berada di dalam celana itu agar bisa anteng dan mengecil sendiri, rasanya sangat sulit, sekaligus menyiksa.

Udara yang dingin disertai dengan rintik hujan, suasana kamar yang gelap gulita, ditambah dengan adegan seks di dalam video porno yang baru saja mereka tonton, sangat berpengaruh kuat, menambah tegangan tinggi dibagian pangkal paha mereka.

Tapi keduanya masih berusaha untuk menahan.

Pandu, ia tidak ingin bertindak ceroboh dengan melakukan kesalahan yang sama. Pukulan dari Aden beberapa hari yang lalu membuat Pandu menjadi lebih hati-hati dalam bertindak. Pandu tidak ingin dipukul lagi, walaupun saat ini ia tahu Aden juga menyukainya. Tapi ia ingin Aden memberikan itu tidak dengan paksaan. Pandu hanya ingin supaya Aden yang memulai lebih dulu.

Aden, meskipun yang di dalam celana sudah bereaksi sejak tadi, tapi ia masih bingung. Melampiaskannya bersama dengan lelaki, menurut Aden itu aneh, dan sulit diterima dengan akal sehatnya.

"Den..."

"Iya."

Pandu terdiam, ia benar-benar bingung dari mana ia harus memulai. Menarik napas dalam-dalam, kemudian Pandu menghembuskannya dengan sangat pelan.

"Lu nggak pingin bales dendam sama gue?"

"Bales dendam gimana? Kamu nggak pernah jahat sama aku."

"Lu ingetkan, waktu lu mukul gue, gue habis ngapain elu coba?"

Gue pernah nyium elu, sekarang gantian lu nyium gue. Sebenarnya itu yang ingin Pandu sampaikan kepada Aden. Tapi jika terlalu berterus terang seperti itu, rasanya terlalu frontal. Pandu mencoba memilih kosa kata yang halus dan tidak terlalu mengarah ke inti. Walaupun sebenarnya ia sangat ingin.

CASM {Mamang Cilok}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang