~selamat membaca~
Lukman sedang duduk termenung di kantin sekolah. Sejak jam pertama dimulai, hingga waktu istirahat, ia sudah berada di kantin setelah mengumumkan permohonan maafnya melalui mikrofon sekolah. Ia sengaja bolos jam pelajaran, karena belum bisa berkonsentrasi. Jadi percuma saja, semua yang dijelaskan sama guru pasti tidak akan masuk ke otaknya. Selain itu ia belum siap, karena pasti akan menjadi pusat perhatian di kelas, setelah kenekatannya mengumumkan permintaan maaf melalui mikrofon, dan terdengar di seantero yayasan.Tapi mau bagaimana lagi? Lukman benar-benar menyesali perbuatannya, dan ingin memperbaiki kesalahannya. Hanya dengan cara seperti itu ia bisa membuktikan keseriusannya. Lukman tidak ingin dikucilkan teman-temannya.
Lukman membuang napas gusar, kedua pipinya mengumbung, dan tatapan matanya kosong memandang gelas berisi es jeruk yang tinggal setengah. Setengahnya sudah ia minum tadi.
"Woi!"
Teriakan Alex sambil mendorong punggungnya membuat Lukman terkejut dan langsung menoleh ke arah belakang. Selain Alex, ternyata sudah ada Aldo, Jonathan, Roby dan Pandu yang berdiri paling belakang, sehingga hanya kepalanya saja yang terlihat. Pandu memang paling tinggi diantara mereka, maklum ada keturunan Jermannya.
"Apaan sih ngagetin aja," ketus Lukman.
Alex mengalungkan tangannya di pundak Lukman sambil menempelkan pantatnya di dekat laki-laki itu. Kemudian diikuti Jonathan ikut duduk di sebelah Lukman. Sehingga Lukman berada di tengah-tengah antara Alex dan Jonathan. Sementara Roby dan Aldo masih berdiri di belakang sambil memegang pundak sahabatnya.
Pandu masih belum beranjak dari tempatnya. Ia melipat kedua tangannya di perut, lalu punggungnya menyandar pada tiang atau penyangga bangunan kantin. Tatapan matanya lurus ke arah teman-temannya.
"Cie yang lagi galau," goda Roby.
"Tau nggak sih, tadi gue geli banget denger suara Lukman di sound sistem," ucap Alex yang langsung membuat rona wajah Lukman memerah.
"Ha... ha... ha...!"
Gelak tawa langsung terdengar dari mulut Jonathan, Alex, dan Roby. Aldo hanya nyengir sambil menggelng-gelengkan kepala. Sementara Pandu hanya menarik ujung bibir sambil mengeluarkan suara desisan dari mulutnya.
"Gaya lu tuh udah kaya adegan di pilem derama, gue sempet ngebayangin muka lu tuh. Ngomong sambil akting sedih, trus air matanya sampe banjir," goda Alex, kemudian ia tergelak.
Pandu melepaskan lipatan tangannya, sambil berjalan mendekati teman-temannya.
Plak! Plak!
Pandu memukul pelan bagian belakang kepala Alex dan Roby, setelah ia sampai di dekat teman-teman.
"Aduuuh," Alex mengaduh walaupun pukulan Pandu tidak menggunakan tenaga. "Apaan si, Pandu? nggak bisa kalau nggak pake mukul?" Protesnya.
"Kalian yang apa-apaan?" Ketus Pandu. "Ada temen lagi berusaha minta maaf malah diketawain, bego. Hargain dong perjuangannya. Gue aja belum tentu berani kaya dia."
"Sory-sory, becanda doang," Alex membela diri.
Mendengar suara Pandu, Lukman berdiri dari duduknya, lalu ia memutar tubuh dan berhadapan dengan cowok itu.
"Ndu..." ucap Lukman.
"Hem," Pandu hanya bergumam.
"Maafin gue," wajah Lukman terlihat memohon.
"Nggak capek apa lu minta maaf melulu? Kuping gue masih sehat, tadi gue udah denger suara lu lewat audio."
"Tapi gue bakal ngomong terus, kalau lu belum maafin gue, sampe seratus kali, seribu bahkan sejuta kali, gue nggak peduli, gue nggak akan berhenti sampe lu maafin gue," ucap Lukman tulus dan penuh kesungguhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CASM {Mamang Cilok}
Teen FictionSampul; deerlu794 Lengkap sampai TAMAT Cuma penjual Cilok kok. kebetulan aja dia ganteng. Disukai sama remaja anak orang kaya cuma dia cowok juga. Pastinya gak mau dong penjual ciloknya kan normal. Gimna sih perjuangan anak orang kaya buat dapetin m...