~selamat membaca~
"Pandu..."
Suara ibu Veronica mengalun lembut setelah ia membuka pintu kamar anaknya. Pintu bisa langsung ia buka lantaran Pandu belum sempat menguncinya.
"Eh mami," Pandu bangkit dari tidurnya, ia duduk bersila sambil menatap ibunya yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. "Ada apa mi?" Tanya Pandu, setelah ibu Veronica baru saja mendudukan dirinya di tepi ranjang.
"Tadi mami liat Aden keluar, mau kemana?" Tanya ibu Veronica.
"Katanya si mau ngambil sesuatu di kontrakan kakaknya," jawab Pandu, ia mengatakan persis apa yang dikatakan Aden padanya saat berpamitan akan keluar. Aden melarang Pandu untuk ikut dengan alasan khawatir dengan kesehatan Pandu.
"Oh..." ucap ibu Veronica.
"Mami masuk kamar Pandu cuma mau nanyain Aden doang?" Tanya Pandu heran.
Senyum keibuan terbit dari bibir bergincu milik ibu Veronica, telapak tangannya yang mulus mengusap penuh kasih puncak kepala anaknya. "Mami mau ngasih kabar baik sama kamu."
"Kabar baik apa mi?" Tanya Pandu, ia mulai merasa penasaran.
"Tadi dokter pribadi kamu ngabarin ke mami, katanya ada orang yang mau menjual ginjalnya..."
"Trus," sergah Pandu, bola matanya berkilat-kilat, kabar itu benar-benar membuatnya bahagia.
"Tunggu dong, jangan dipotong, mami belum selesai ngomong," protes ibu Veronica.
"Iya... iya mi, sorry, Pandu semangat banget soalnya." Aku Pandu.
Ibu Veronica terdiam, bibirnya tersenyum simpul, tatapan matanya teduh menatap wajah putranya. Ia bisa merasakan jika anaknya itu benar-benar terlihat sangat bahagia. Sebenarnya ia juga merasa sangat bahagia, namun ibu Veronica mempunyai rasa khawatir tentang rencananya yang akan pindah keluar negeri setelah Pandu sehat.
"Mi..." tegur Pandu. "Kok malah diem, udah nggak sabar ni."
"Oh... iya. jadi gini, orang itu memang lagi butuh uang, jadi terpaksa menjual ginjalnya, dia tau kita butuh pendonor karena baca iklan yang mami pasang di koran. Trus setelah orang itu menemui dokter kamu, dan langsung diperiksa ternyata semuanya cocok."
Penuturan ibu Veronica membuat Pandu tidak bisa menahan senyum, ia terlalu bahagia bercampur haru hingga bola matanya sampai berkaca-kaca. Menggunakan punggung tangan, Pandu mengusap air matanya yang hampir lolos melewati pelupuk matanya.
"Tapi..." ibu Veronica terdiam, membuat Pandu mengerutkan kening.
"Tapi apa mi?"
"Tapi masih ada satu test pemeriksaan lagi," jawab ibu Veronica.
"Apa lagi mi?"
"Orang itu masih harus menjalani tes urin, diperiksa apa dia bebas rokok atau tidak. Kalo menurut pengakuannya sih, dia bukan perokok. Tapi tetep aja mami harus yakin dulu, mami nggak mau main-main." Jelas ibu Veronica. "Bisa aja kan orang itu bohong karena lagi butuh uang."
"Iya sih mi, tapi mudah-mudahan semua baik-baik aja ya mi. Pandu udah seneng banget soalnya."
Pandu menggeser tubuhnya, mendekat pada wanita yang ia panggil mami, ia melebarkan kedua tangannya, lalu memeluk erat ibu Veronica.
KAMU SEDANG MEMBACA
CASM {Mamang Cilok}
Ficção AdolescenteSampul; deerlu794 Lengkap sampai TAMAT Cuma penjual Cilok kok. kebetulan aja dia ganteng. Disukai sama remaja anak orang kaya cuma dia cowok juga. Pastinya gak mau dong penjual ciloknya kan normal. Gimna sih perjuangan anak orang kaya buat dapetin m...