Rinai hujan yang membelai jendela
Membuat pilu semakin meraja
Lalu menjelma sebagai tetesan air mataPena yang tak mampu lagi bercerita
Aksara yang tak lagi mampu memberi penjelasan
Angin Selatan yang tak lagi sanggup menyampaikan
Dan kata yang tak dapat lagi berdusta
Semua tak lagi seiramaKemana lagi harus kulabuhkan?
Sementara tempatnya pulang telah berantakan
tak menyisakan ruang untuk dikenangNamun, selalu kubentangkan harapan
agar Ia tahu betapa mencekamnya kerinduan
yang hanya bertemankan sepi,
Kerinduan yang tak lagi pernah mendapat sapaan
Bahkan kehadirannya tak pernah diharapkanAkan tetapi, rasa yang telah terpatri pada hati
Haruskah selalu diutarakan?
Atau ini memang terkhusus
sebagai bahan obrolanku dengan Tuhan
Hanya kepada-Nya tempat berpulang
segala rindu yang tak bertuan(Tembilahan, 6 Juni 2019)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersemayam di Kaki Bulan
PoetrySebelum malam menetak hari Senja perlahan menyeka cahaya jingga Menyediakan waktu untukku mengarak langkah menuju timur Walau barat lebih tampak menyilaukan Aku berupaya berdamai dengan dunia dan seisinya Lantas aku bersemayam di kaki bulan bersama...