Di taman kota, banyak cermin kesejahteraan yang pecah
Gadis mungil penjaja tisu hanya mampu duduk temangu sembari memeriksa barang dagangan
Sudah belasan jam ke sana ke mari mengharap keibaan dari orang yang lalu
Mata angkuh dan mata jenuh silih berganti menatap tubuh mungil berbalutkan pakaian usang
Hingga malam menyita kota, dagangannya masih utuh seperti sedia kala
Peluh keringat menyemburat dari balik kerudungnya yang agung
Bermandikan temaram lampu kota, tubuh mungilnya menguning keemasan
Wajah yang tadinya menunduk, kini ia hadapkan ke arakan awan untuk meminta belas kasihan pada rahim langit yang sebentar lagi akan menetaskan hujan
Namun, ia adalah si mungil yang tabah
Ia tidak pernah berselisih dengan hujan
tentang siapa yang lebih sering membasahi pipinya
Ia jua tidak pernah mencaci waktu yang kadang terlalu cepat menggiring orang-orang untuk terus berlalu, padahal ia sekedar ingin menawari tisu untuk membersihkan keringat para pengejar dunia
Wahai Tuan rumah kami, mohon perbaiki cermin ini
Sebelum retakan lain kian berupa(Pekanbaru, 3 November 2019)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersemayam di Kaki Bulan
PuisiSebelum malam menetak hari Senja perlahan menyeka cahaya jingga Menyediakan waktu untukku mengarak langkah menuju timur Walau barat lebih tampak menyilaukan Aku berupaya berdamai dengan dunia dan seisinya Lantas aku bersemayam di kaki bulan bersama...