"Masa Depanmu Ada di Tanganku"

20 2 0
                                    

Waktu berjalan begitu cepat. Dan begitu tenang. Selama dua puluh hari begitu damai tanpa ada gangguan. Tidak ada masalah di perusahaan. Dan di rumah juga sangat tenang. Alpha jarang terlihat di rumah karena sibuk dengan kontrak – kontrak baru yang ia teken. Apalagi Edwin. Ia tidak berulah pada Moira karena sibuk dengan proyek pertamanya.

Moira harus bersyukur dengan kesibukan itu semua. Ia bisa belajar dengan tenang, bisa beristirahat tanpa takut Edwin muncul dan mengacaukan konsentrasinya.
Tapi itu mungkin hanya sementara.

Moira baru tiba di rumah di antar Pharel. Ia benar – benar kembali akrab dengan pharel meski tidak mengatakan rahasianya. Selama ia bisa menyimpannya ia akan menyimpannya selamanya.

Gadis itu menaiki tangga, berjalan pelan menuju kamarnya. Ia cukup lelah dengan pelajaran tambahan hari ini sehingga ia harus pulang jam empat sore. Ia akan memanfaatkan ketenangan ini dengan mengulang pelajaran lama.

Sayang sekali ia harus mengurungkan niatnya itu. Edwin ada di rumah.

Bersama seseorang.

Di dalam kamar tidur Moira.

“Kamu keterlaluan Ed..” suara seorang wanita terdengar dari kamar di lanjutkan dengan suara cekikikan pria.

Dan Moira saat itu baru sampai di anak tangga paling atas tapi ia dapat mendengarnya dengan pelan.

“SSShhhhh...” suara berikutnya adalah milik Edwin. Lalu tiba - tiba mereka terdiam.

Moira menghentikan langkah kakinya. Ia ragu untuk masuk kedalam kamarnya sendiri. Ia kesal kenapa abangnya membawa perempuan ke dalam kamar dan siapakah perempuan itu.

Dan kenapa harus di kamarnya??

“Ini ga bener... ga sopan tau, aku pulang aja lah..” suara wanita itu terdengar lirih dan manja. “Toh kamu juga ga mau mastiin status kita”

Terdengar suara langkah kaki. Semakin dekat kearah pintu. Dan  pintu kamar itu terbuka tepat saat Moira tiba disana.

“Angel....”panggil Edwin  kesal. Ia belum ingin perempuan itu pergi.

Perempuan itu tetap keluar dari kamar dan langsung bertatapan dengan Moira. Ia terkejut. Juga malu.

Moira melihatnya. Ia cantik. Pakaiannya rapi. Rambut panjangnya yang kcokelatan juga cantik dengan lipstik yang sedikit berantakan. Moira dapat menduga usianya yang masih pertengahan dua puluh hingga tiga puluh.

Angel mencoba merapikan setelannya di depan Moira meskipun sebenarnya ia tidak sepenuhnya berantakan. Pakaiannya tetap rapi karena blus yang di pakaiannya merupakan bahan anti kusut. Ia tersipu malu karena kepergok oleh si bungsu.

“Hai, kamu pasti Moira” ia tidak pernah bertemu langsung tapi ia cukup mengetahui anggota keluarga itu. Tentu saja ia karena ia salah satu karyawan dari perusahaan yang mereka kelola. Dan ia cukup tertarik dengan konglomereat.

Moira tidak tahu harus membalasnya dengan senyuman juga atau sebaliknya.

“Angel, tunggu!”

Edwin keluar dari kamar membuat Moira terkejut. Ia cukup takut melihat Edwin yang sedang memasang raut wajah kesal. Ia tidak ingin menjadi pelampiasan kekesalan atau kejahilan Edwin seperti biasa. Pria itu melotot pada Moira. Dan Angel malah melongos pergi tanpa peduli panggilan barusan.

“Moi ga akan cerita ke papa” ucap gadis itu dengan polos.

Edwin malah meringis “ngadu aja aku ga peduli kok!”  balas Edwin.

Bukannya ia ingin orangtuanya mengetahui perilakunya ini tapi ia bisa memanfaatkannya untuk memberi pelajaran pada Moira.

“Angel!!!”

H.O.M.E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang