Sebuah Fakta

17 3 0
                                    

Pintu kamar terbuka. Seorang dokter dan dua perawat lain menghambur masuk kedalam ruangan dan menghampiri Moira. Alpha segera menyingkir untuk memberikan tempat untuk mereka.

“Dok, ada apa dengannya? bukankan dia baik – baik saja?” Alpha panik karena Moira menjadi aneh.

Mereka tidak menjawab karena tidak mengerti maksud Alpha. Dokter memeriksa tekanan darah, detak jantung dan pupil Moira. Semuanya baik – baik saja.

“Apa yang kamu rasakan sekarang?” tanya dokter yang masih cukup muda itu.

“Dok, kenapa saya ada disini?” tanya Moira perlahan.

Dokter itu menghela nafas. Respon Moira adalah yang paling ia cemaskan. Ia harus memindai otak Moira lagi untuk memastikan tidak ada yang salah. Yang ia takutkan Moira mengalami trauma dan harus menjalani pengobatan oleh psikiatri.

“Moira tidak ingat?” ia bertanya dengan hati – hati.

“Kepala saya pusing” ucap Moira. “Sebenarnya saya sakit apa?”

Dokter yang prihatin melihat moira tidak dapat menjawab. “Moira ga papa kok, tapi kita periksa lagi setelah ini” ia berusaha agar Moira tidak terlalu cemas. Dokter itu memberi perintah kepada perawat untuk menyiapkan ruangan pemeriksaan.

“Dok, adik saya kenapa?” tanya Alpha lagi.

“Kita akan lakukan pemeriksaan lagi. Mohon tunggu, dan silahkan hubungi orang tua anda. Saya akan memberi tahukan hasil pemeriksaannya nanti kepada kalian” jawab dokter itu lalu ia membantu perawat untuk menurunkan Moira dan mendudukkanya di sebuah kursi roda. Mereka segera meninggalkan kamar dengan cepat.

Alpha hanya dapat pasrah dan menuruti apa kata dokter. Ia memberitahukan ayahnya bahwa Moira sudah sadar dan menunggu hasil pemeriksaan.

Keadaan Moira tidak sesehat fisiknya. Keluarga itu harus dihadapkan dengan kepahitan yang lain. Moira kehilangan ingatan terakhirnya dan kembali di waktu sebelum Edwin pulang. Otaknya memilih untuk membuang ingatan yang buruk karena syok yang di alaminya.

Alpha, papa dan mama berkumpul di ruang dokter yang menajdi penanggung jawab Moira. Dokter memberikan hasil pemeriksaan otak Moira. Dan semua baik – baik saja. Apa yang terjadi pada gadis itu murni karena traumatis hebat yang di alaminya.

“Saya sudah membuatkan janji dengan psikiatri untuk memulihkan ingatannya. Tapi kita tidak dapat berharap banyak. Ingatannya bisa pulih tapi mungkin juga tidak sama sekali. Semua tergantung kepada niat Moira sendiri untuk memulihkannya. Dan itu juga harus di bantu oleh kalian sebagai keluarga terdekatnya”

Mama menangis tanpa suara membayangkan apa yang di alami puterinya sehingga Moira memilih tidak mengingatnya. Separah apa perlakuan bajingan yang mencoba memperkosa gadisnya itu. Di sampingnya papa menggeram menahan emosi. Dan Alpha yang berdiri di belakang mereka sangat terpukul. Moira kehilangan ingatannya. Gadis itu tidak ingat hubungan mereka. gadis itu lupa bahwa mereka saling menyayangi sebagai pria dan wanita.

“Kita tidak tahu ingatan yang terakhir Moira ingat. Sejak kapan dan sampai kapan ingatan yang hilang dari otaknya. Kita akan mengetahuinya secara perlahan. Dan kalian bisa mengisinya dengan ingatan kalian”

Pasangan di depan dokter itu masih terdiam. Mereka menyesali bahwa mereka akhir – akhir ini tidak bersama Moira. mereka tidak tahu harus mengisinya dengan apa. Mereka sering meninggalkannya. bahkan saat ujian.

Mereka keluar dari ruangan dokter dengan perasaan yang sama – sama terpukul. Tapi juga mensyukuri Moira sudah kembali sadar dan sehat.

“Mama pikir ini yang terbaik” ungkap mama saat di perjalanan menuju kamar Moira. “Mungkin leebih baik Moi tidak perlu mengingatnya. Mungkin kejadian itu terlalu buruk. Mama ga mau Moi inget itu lagi” ia mengutarakan pendapatnya kepada papa dengan mata yang masih berkaca – kaca.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

H.O.M.E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang