Edwin sedang duduk di dalam ruang kerjanya. Ia membaca laporan proyeknya sebelumnya bersama Jamie. Pekerjaannya menjadi mudah karena suasana hatinya yang baik akhir - akhir ini. Ia melakukan yang terbaik untuk Jamie. Ia memasukkan perasaan pribadinya dengan memanipulasi dana pengeluarannya. Dan juga memberi banyak hadiah dan sebenarnya membuat perusahaannya sendiri merugi. Edwin memikirkan berbagai cara agar divisi keuangan tidak mengetahui kecurangan yang ia lakukan.
Dan ia tidak sadar di luar ruangannya Angel menatapnya dengan tajam. Dengan benci dan pedih. Ia mengetuk pintu ruangan itu dan kemudian masuk kedalam.
"Aku tidak memanggilmu kan" Sahut Edwin dengan santai.
Angel tersenyum.
"Pak, hari ini adalah hari ulang tahun ibu Jamie. Apa pak Edwin mau memesan hadiah untuk dikirimkan ke Palma Hotel?"
Edwin terperangah. Sudah beberapa tahun dan ia sudah melupakan tanggal ulang tahun Jamie. "Benarkah?"
"Iya pak" jawab Angel dengan yakin. Ia sudah mencek ke profile Jamie. "tapi kita tidak ada janji pertemuan dengan tim mereka jadi bagaimana kalau kita kirim saja. saya bisa bantu memilihkan hadiah"
"Oh jangan" Edwin mengangkat tangannya menandakan Angel tidak perlu melakukannya. "Biar aku pilih sendiri" Edwin tersenyum.
Rencana memberikan Jamie kejutan terlintas begitu saja di kepalanya. Wanita menyukai kejutan dan keromantisan. Edwin akan memberikannya pada Jamie. Ia segera beranjak dari ruangannya meski jam kerjanya masih berlangsung. Siapa peduli ia ada di sana apa tidak hingga jam kerja berakhir. Ia melakukan pekerjaannya dengan suka - suka.
Angel hanya menatapnya pergi melalui pintu keluar dan menuju lift sambil bersiul. Ia dapat melihatnya lewat dinding - dinding kaca. Angel melihatnya dengan tenang namun geram.
Menyukai Edwin memang sebuah kekhilafan semata, tapi ia tidak bisa hanya diam melihat Ed bersenang - senang dengan wanita yang jelas - jeelas sudah mempunyai tunangan. Angel melihat bayangannya sendiri lewat dinding kaca, senyumannya melebar ketika sosok Edwin telah menghilang dari pandangannya.
Edwin segera meluncur bersama mobil sport berwarna merah yang sangat ia sayangi dan ia banggakan. Menuju Jamie. Ia mampir membeli buket bunga mawar merah berisi dua puluh enam tangkai mawar merah yang sedang merekah dan wangi. Jantungnya sedikit berdebar tidak sabar melihat respon bahagia Jamie nanti.
Wajah tampan, mobil mewah, setelan jas berkelas dengan sebuket bunga mawar merah di tangan. Tak ada yang dapat melewatkan pemandangan itu semenjak ia keluar dari toko bunga. Wanita manapun pasti bermimpi ia menjadi wanita beruntung yang akan mendapatkan bunga - bunga itu.
Pria itu masih mencuri perhatian hingga ia memasuki Palma Hotel. Ia tahu Jamie berada disana. Jamie memang masih sibuk dengan pengembangan hotelnya yang baru saja dibuka.
Edwin menebar senyum saat di depan resepsionis. Ia menaruh separuh lengan kirinya di atas meja dengan gaya yang memukamu. Hampir membuat para wanita yang berada di belakang meja salah tingkah. Tapi mereka tetap menyapa tamu itu dengan sopan dan senyum yang wajar.
"Aku mau ketemu ibu Jamie, apa dia di kantornya?" tanya Edwin pada staff disana.
"Saya mohon maaf apa bapak sudah buat janji temu?" tanya salah satunya.
"Ini sedikit mendadak. Tapi aku bisa menunggu di ruangannya jika beliau sedang ada meeting di luar" jawab Edwin dengan santai.
Kemudian salah satu dari tiga wanita disana berbisik mengenai informasi tamu pria di depan mereka.
"Apakah bapak dari Basit Group?"mereka mencoba memastikannya.
"Yaaah, kalian benar!!" kedua mata Edwin berbinar - binar.
KAMU SEDANG MEMBACA
H.O.M.E
General FictionYang terlihat di luar hanyalah sebuah cerita yang indah. Rumah megah itu menyimpan cerita yang sebenarnya. Moira : "Mereka membenciku meski papa berkata aku adalah malaikat. Rumah ini, aku akan mengembalikannya seperti yang seharusnya. " Edwin : "Se...