Moira tidak tahu harus kemana. Ia tidak ingin pulang. Ia tidak ingin bertemu abang - abangnya namun malam kian datang. Rumah menjadi tempat yang menakutkan baginya tapi kediaman saudara ayah ibunya pun tidak ada yang dekat. Hanya Shana yang ada di pikirannya. Shana satu - satunya orang yang akan menerimanya.
Moira berkali - kali mencoba menelepon ponsel Shana namun tak ada jawaban. Ia menghubungi sabahatnya itu sambil melangkah di trotoar.
Setelah panggilan ke sepuluh akhirnya Shana menjawabnya.
"Moi, maaf nanti ku telp balik ya, aku lagi ga bisa ngobrol sekarang"
TUUT TUUT TUUT
Shana memutuskan telepon begitu saja tanpa sempat mendengarkan satu patah katapun dari Moira.
Seketika kaki Moira lemah tidak berdaya. Hatinya begitu sakit dan ia menangis karena diabaikan Shana di saat ia sangat membutuhkannya. Ia berjongkok di trotoar sambil menyeka matanya berkali - kali. Ia merasa sendirian dan tidak bisa berbuat apa - apa.
Harapan terakhir adalah Pharel. Teman setia yang hampir menjadi kacungnua yang akan langsung datang saat di panggil. Moira menelpon Pharel segera.
"Iya Moi" Nada suara Pharel terdengar ramah dan santai. Ia sedang bermain game di rumahnya.
"Pharel..."panggil Moira. "Shanaa....heuuu" Moira kembali menangis.
"Kenapa? Shana kenapa? Eh jangan nangis dong" Pharel menjadi sedikit panik.
"Shana ngacuhin aku Rel" Moira mengadu meski sebenarnya bukan hanya aitu yang membuatnya menangis.
"Bentar deh, kamu kenapa dulu?" Pharel tidak mood lagi memainkan game-nya. "Kamu dijalan?" Ia mendengar suara - suara bising mesin kendaraan yang lalu lalang di dekat Moira. "Moira, ini udah gelap, kenapa kamu masih keliaran diluar?!"
Moira diam karena Pharel terdengar sedang mengomelinya.
Pharel sangat khawatir karena sebelumnya ia pernah bertemu Moira di depan sebuah Club dan ia merasa sesuatu sedang terjadi lagi hingga Moira menangis. "Kamu dimana? Aku jemput sekarang ya"
Moira memberikan alamat kantor Alpha pada Pharel. Ia masih tidak jauh dari sana. Dan ia akan menunggu Pharel hingga datang. Ia akan memutuskan akan kemana setelah Pharel datang. setidaknya ia tidak akan menangis sendirian meksipun ia tidak mungkin menceritakan kejadian dikantor Alpha. Pharel memang sahabatnya, namun ia seorang laki - laki dan Moira tidak akan bisa menceritakan kejadian barusan pada teman laki - lakinya. Tidak akan bisa.
Pharel benar - benar datang. Ia muncul dengan motor maticnya. Ia mencari - cari sosok Moira di pinggir jalan. Dan ia kembali di kejutkan karena Moira masih mengenakan seragam yang di lapisi sweater tipis berwarna merah di bawah langit yang telah gelap itu.
Moira sudah berhenti menangis tapi matanya terlihat sembab.
"Kenapa ga langsung pulang sih?" Pharel mengomel. Ia takut temannya kenapa - kenapa.
"Aku ga mau pulang"jawab Moira tegas namun pelan.
"Sebenarnya ada apa sih Moi?"
Moira menggeleng karena ia tidak mampu meneceritakannya. "Shana.." ucapnya pelan. "Anterin aku tempat Shana please"
Pharel sangat penasaran dan khawatir dengan apa yang di alami Moira. Ia dapat menduga Moira mengalami masalah dirumah tapi ia bahkan tidak bisa menebaknya sedikitpun.
"Shana ga jawab telp aku dan ngacuhin aku Rel, aku ga tau dia kenapa"
"ya udah naik dulu gih, ntar ku ceritain"
Moira menurut dan naik ke atas motor bersama Pharel. Mereka melaju menuju suatu tempat dimana Shana berada.
Motor melaju di jalur kearah rumah Shana namun mereka berhenti di depan sebuah restoran. Pharel memarkirkan motornya di tempat parkir yang terseida di sana. Ia tidak berkata apa - apa di jalan mengenai tujuannya ini. Namun Moira menunggu cerita yang akan Pharel sampaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
H.O.M.E
General FictionYang terlihat di luar hanyalah sebuah cerita yang indah. Rumah megah itu menyimpan cerita yang sebenarnya. Moira : "Mereka membenciku meski papa berkata aku adalah malaikat. Rumah ini, aku akan mengembalikannya seperti yang seharusnya. " Edwin : "Se...