Kencan Buta

13 1 0
                                    

Rumah menjadi tempat yang menakutkan ketika papa dan mama tidak ada. Moira sendirian di dalam kamar, ia merasakan paranoid yang berlebihan. Ia tidak bisa belajar padahal ujian nasional seminggu lagi. Ia mengunci pintu kamar namun sedikit suara membuatnya cemas. Ia tidak lupa bagaimana Edwin menggedor pintu kamarnya atau bagaimana edwin menjambak rambutnya. Papa dan mama masih dalam perjalanan bisnis, dan Alpha masih di kantornya meski sudah lewat pukul tujuh. Moira tidak bisa konsentrasi, hanya menjawab satu contoh soal pun ia memeerlukan banyak waktu untuk berpikir.

Ia meraih ponselnya. Mencari nama Alpha dalam daftar kontak. Ia ingin tahu kapan abangnya pulang, setidaknya ia akan merasa sedikit aman jika abnag sulungnya ada di rumah. Tapi ia terlalu takut untuk menelponnya lebih dahulu.

Moira berpikir sejenak lalu beranjak untuk mengambil jaket dalam lemari. Ia memutuskan untuk pergi saja dari pada mempertaruhkan masa depannya jika Edwin pulang lebih dulu dari pada Alpha. Ia juga membawa buku kisi – kisi soal ujiannya yang dimasukkannya kedalam tas jinjing besar.

Seorang ojol telah tiba untuk menjemputnya. Supir papa mengambil cuti sementara papa berada di luar kota. Sedangkan ia sendiri tidak memiliki supir pribadi. Berangkat sekolah ia bisa menumpang di mobil papa atau bareng dengan sahabat sekaligus kacungnya, Pharel. Moira juga belum punya Sim A untuk mngendarai mobil sendiri, ia juga tidak berani untuk mengendarai motor di tengah jalan ramai.

Moira bermaksud berjalan sendiri menuju ruang abang sulungnya. Namun di depan lift ia bertemu Kevin yang keluar dari lift tersebut. Kevin sedang dalam perjalanan ingin pulang.

Sekretaris abangnya itu tersenyum dan menyapanya dengan sedikit canggung karena Moira jauh lebih muda darinya tapi gadis itu adalah adik dari bosnya, dan puteri kesayangan keluarga Basit.

“Selamat malam, Moira mau bertemu pak Alpha?” Kevin memutuskan memanggilnya dengan nama saja karena menurutnya gadis itu mungkin tidak suka di panggil dengan embel – embel nona.

Sedangkan Moira tidak peduli sama sekali bagaimanpun Kevin memanggilnya. Ia hanya menjawab “Iya”

“Pak Alpha sedang makan malam di luar dan beliau tidak berpesan akan balik ke kantor” jelas Kevin membuat Moira kecewa.

“Kalau anda mau saya bisa menghubungi pak Alpha sekarang”

Moira berpikir. Bisa saja Alpha melakukan makan malam penting dan ia hanya akan jadi pengganggu. “Ga, ga usah” ia menjawab tidak lama kemudian seraya berpikir ia akan pergi kemana sekarang.

Alpha benar sedang makan malam di sebuah restoran hotel bersama seseorang. ia memiliki janji temu yang sudah di atur yaitu dengan Elena, puteri semata wayang dari keluarga Brama yang di jodohkan dengannya. Atau dengan kata lain adalah wanita yang sedang di jadikan tumbal oleh keluarganya sendiri.

Elena duduk dengan anggun di seberang meja. Hanya melihat cara duduknya saja orang sudah tahu ia adalah wanita berkelas. Ia mengenakan dress elegan dan berdandan demi pertemuan ini. Bukan karena ia menyukai perjodohan itu tapi hanya sekedar menghormati lelaki yang di rencanakan untuk menikahinya.

Alpha sebenarnya juga tidak terlalu peduli dengan bagaimana wanita di depannya. Ia juga sama tidak menyukai perjodohan dan kencan buta ini. Meski wanita itu tidak bisa di katakan jelek.

Elena adalah tipe wanita berlevel tinggi. Badannya langsing sempurna dengan tubuh yang tidak pendek ataupun tinggi. Wajahnya cerah tapi kulitnya tidak putih pucat. Dan matanya, ia memiliki mata paling indah dari wanita – wanita yang pernah Alpha kenal. Rambutnya pendek sebahu dan berisi dengan warna hitam kecokelatan.

“Boleh aku jujur?” Elena berbicara setelah menghabiskan setengah dari steik yang di hidangkan kepadanya.

“Silahkan”

H.O.M.E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang