Pagi berikutnya Alpha memboyong adiknya menuju bandara. Ini adalah perjalan terlama yang ia miliki bersama Moira. Ia memiliki kecemasan tentang pembicaraan yang akan di sampaikan ayahnya. Ia merasa tidak melakukan kesalahan kecuali memacari adiknya sendiri namun setahunya tak ada satupun yang mengetahui perbuatannya itu.
Tidak seperti Alpha, Moira lebih menikmati setiap waktu yang ia habiskan dengan Alpha. Ia tidak melepaskan tangan Alpha kecuali saat ke kamar kecil. Ia tidak pernah melakukan perjalanan jauh sendirian, ia juga belum pernah ke Singapura sebelumnya. Jadi ia hanya akan berpegang pada Alpha setiap saat. Ia juga sangat suka menggenggam tangan yang besar itu, tangan yang telah menyentuh sebagiaj besar permukaan kulitnya. Ia tahu saat mereka bersama mama dan papa mereka tidak akan bisa bermesraan lagi.
Sesampai di Changi Airport mereka langsung menaiki taksi menuju rumah sakit tempat ayah mereka di rawat.
Sementara itu tuan Raffa menerima pesan bahwa Alpha dan Moira sedang dalam perjalanan menuju kesana. Hatinya tiba - tiba sakit mengetahui mereka pergi berdua. Pikirannya melayang kemana - mana, membayangkan apa saja yang di lakukan dua anaknyaa itu selama perjalanan. Alpha benar - benar harus di beri pelajaran ulang.
Mereka sudah sampai.
Alpha membawa tasnya dan tas Moira masuk ke dalam lobi rumah sakit dan Moira mengekorinya di belakang. Mereka melihat mama menunggu disana.
Moira berlari kecil menghampiri ibunya dan memeluk wanita itu dengan erat.
"Apa kamu ngerasa jetlag?" tanya mama dengan lembut.
Moira menggeleng dengan cepat. Perjalanannya menyenangkan karena Alpha di sisinya.
"Kalian sudah makan?"
"Belum sih" jawab Moira.
"Kita pergi makan aja dulu, papa masih di ruang pemeriksaan untuk cek lanjutan, sebentar lagi selesai sih, sambil nunggu mending makan malam dulu" saran mama.
"Kalian pergi makan aja, saya mau nemuin papa" tutur Alpha.
Moira merengut karena harus berpisah dengan Alpha. Ia juga sebenarnya kangen dengan ayahnya. Tapi ia bisa bertemu habis makaan. Perutnya tidak bisa bohong ia memang lagi kelaparan. Moira merangkul leengan mama sambil tersenyum. "Ya udah ayok!"
"Kami akan cepat kembali, tunggu saja sebentar di atas" pesan mama pada Alpha sebelum mereka berpisah.
Alpha menemukan kamar tempat papa di rawat. Kamar itu kosong dan ia meletakkan kedua tas yang ia bawa. Ia hanya akan menunggu sebentar disana sampai papa kembali. Ia duduk di sofa yang tersedia disana sambil membaca salah satu buku yang ada di atas tempat tidur.
Papa kembali dalam waktu lima belas menit setelah kedatangan Alpha. Ia diantar seorang perawat dengan kursi roda. Ia melihat Alpha sudah ada di kamar. Ia menatap puteranya dengan amarah. Alpha bersyukur ayahnya tidak dalam keadaan yang buruk. Pria tua itu masih bisa berjalan sendiri dan tubuhnya tidak menyusut karena sakit.
Alpha berdiri dan ingin menghampiri papa."Apa pemeriksaannya lancar?" tanya Alpha dengan perhatian setelah sang perawat meninggalkan kamar itu.
Papa membelakangi Alpha menghadap ke ranjangnya. Ia ingin beristirahat saja dari pada mengeluarkan kemarahannya. Tapi ia tidak bisa menahan diri. Ka sangat murka. Di raihnya satu buku lain yang tergeletak di atas ranjang. Ia berbalik melihat puteranya dengan mata berkaca - kaca.Papa melempar buku itu tepat di wajah Alpha. Ia melemparkan buku tebal itu dengan kencang.
Alpha terdiam menerimanya. sakit memang. Dan lembar kertas yang tajam bahkan melukai pipinya. Ia tidak pernah melihat ayahnya semarah ini.
"Aku ingat tidak lupa mengajarkan moral pada kalian! Tapi apa yang kalian lakukaan di belakangku!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
H.O.M.E
General FictionYang terlihat di luar hanyalah sebuah cerita yang indah. Rumah megah itu menyimpan cerita yang sebenarnya. Moira : "Mereka membenciku meski papa berkata aku adalah malaikat. Rumah ini, aku akan mengembalikannya seperti yang seharusnya. " Edwin : "Se...