The Party

19 2 0
                                    

“Mama... aku kangen...”

Moira melompat kedalam pelukan mama saat sosok sang ibu  muncul dari balik pintu.

Nyonya rumah itu tertawa bahagia karena sambutan itu tidak seperti biasanya.  “Hei, mama baru pergi tiga hari, ada apa dengan kamu sayang”

Moira melepaskan rangkulannya. “aku cuma kangen mama”

“Lihat anakmu itu manja sekali” ledek papa. Ia membiarkan supirnya, pak Dimas dan penjaga rumahnya pak Jun membawa barang – barangnya dan isterinya untuk di bereskan.

Asisten rumah tangga mereka, bi Jani juga berada disana.

“Dimana Alpha dan Ed?” papa bertanya pada semua orang yang ada dirumah.

“Mas Edwin di kamar seharian, kalo mas Alpha baru saja pulang sebelum tuan datang” jawab bi Jani.

“Baguslah, kita harus makan malam bersama karena ada yang mau kami sampaikan” papa berseru tegas. Ia menunjukkan wajah serius.

“Mmmm, Moi juga punya sesuatu yang mau Moi omongin Pa” balas Moira. Matanya berbinar – binar di depan ayahnya. Ia bukannya ingin mengadu kejadian kemarin ia hanya terpikirkan untuk sementara tinggal berpisah demi ujiannya.

Meja makan hampir penuh oleh makanan kesukaan sang tuan rumah. Ayam dengan bumbu bali kesukaan papa dengan porsi yang sangat besar disertai lauk pelengkap lainnya. para asisten rumah tangga, Bi Jani dan Bi Kiyan mempersiapkannya dengan sempurna seperti biasa. Sekelompok buah – buahan berkumpul dalam satu wadah besar dan berada di tengah – tengah meja.

Alpha turun ke lantai dasar rumahnya menuju ruang makan. Sebenarnya ia malas untuk makan bersama ia lebih suka membawa makanannya ke dalam kamar dan makan sambil bekerja. Kali ini ia mengalah. Toh ia juga tidak akan melakukan apa – apa selain makan disana.

Sedangkan Edwin harus mengakhiri game-nya yang masih  belum ia menangkan. Ia meninggalkan pc-nya dalam keadaan menyala. Edwin memang cukup lapar. Dan ia sama malasnya dengan kakaknya.

Bertanya – tanya dalam hati kenapa mereka berpura – pura seperti keluarga bahagia saat tidak ada siapa – siapa dan saat tidak perlu membangun image itu seperti dulu.

Tuan Raffa, istrinya dan juga puterinya sudah duduk lebih dulu disana. Moira dan ibunya duduk berdampingan di sisi kiri ayahnya. Alpha mengambil kursi sebelah kanan tepat di sisi kiri ayahnya dan di lanjutkan oleh Edwin.

Beberapa menit berlalu. Dan Edwin telah menghabiskan isi makanan di piringnya.

“Aku selesai”

“Ed!” panggil papa sebelum Edwin mengangkat dirinya dari kursi. Edwin melihat kearah ayah mereka. “Sudah berapa lama kamu menganggur?”

“Ahh.. baru satu bulan. Santai saja pa, aku butuh mengistirahatkan otakku” jawab Edwin dengan santai.

“Jangan jadi tidak tahu diri. Kamu harus bekerja seperti kakakmu” seru papa.
Hal itu membuat Edwin tersenyum masam. Ia masih ingin bermalas – malasan dirumah.

“Papa akan menghentikan mengirimkan uang jajan padamu perbulan depan, memblokir kartu kredit mu. Jadi bulan depan kamu harus mendapat gaji sendiri dan kamu harus mulai bekerja besok di bawah pimpinan Alpha. Alpha, tolong kamu berikan satu posisi yang selevel dengannya” tuan Raffa beralih pada putera sulungnya.

“Maksud papa aku harus bekerja dengannya?”tanya Alpha dingin tanpa menatap balik pada ayahnya.

“Bukan seperti itu. Posisi yang selevel adalah yang setara dengan pengalamannya. Tentu saja itu jauh di bawahmu. Jangan biarkan ia bertindak seenaknya. Papa ingin melihat ia belajar dari hal yang paling kecil” jawab papa.

H.O.M.E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang