Alpha terkejut dengan hadiah kecupan itu. Ia tahu Moira adalah gadis yang berani sehingga membuatnya berharap lebih terhadap gadis itu.
Moira melepaskan cengkeramnya dari kerah kemeja Alpha. ia menatap Alpha dan pria itu membalas tatapannya dengan dalam dan tajam.
Tangan Alpha melingkar di pinggangnya untuk menarik tubuh gadis itu kedalam pelukannya. Ia mencumbu gadis itu untuk kesekian kalinya. Memagut bibir tipis yang lembut itu.
Kedua telapak kaki Moira reflek menjinjit mencoba mensejajarkan dirinya. Ia menggantungkan kedua lengannya ke leher Alpha sambil membalas ciuman lembut dari abangnya itu. Ia masih delapan belas tahun dan ia sudah lihat mencumbu berkat kakaknya.Mereka terbawa suasana romantis taman itu dan menghabiskan banyak waktu untuk sebuah ciuman.
Moira mabuk dalam ciuman Alpha yang semakin gila. Ia lupa bahwa mereka berada di tempat umum dan ia juga lupa ia belum menghentikan rekaman video di ponselnya.
Kemesraan mereka tidak berhenti disana. Mereka melanjutkan ciuman itu ketika tiba di dalam kamar hotel yang Alpha sewa. Alih – alih pulang ke apartemen orang tua mereka, mereka memutuskan untuk pergi tempat lain.
Akal sehat Alpha benar – benar sudah pergi. Ia berani menyewa kamar hotel hanya demi menghabiskan waktu dengan gadis yang di cintainya. Ia akan merasa bersalah jika ia menciumnya di apartemen orang tuanya. Ia tidak ingin terbebani oleh pikiran itu.
Ia segera menarik Moira ke pelukannya lagi setelah menutup pintu kamar. Mendekap wajah Moira dan menciumi bibirnya. Ia tidak peduli Moira berkeringat karena kewalahan menghadapinya. Kedua tangannya tidak berhenti menggerayangi pundak hingga pinggul gadis itu. Ia tidak membiarkan jarang satu centimeterpun diantara mereka.
Alpha mendorong pelan tubuh Moira keatas tempat tidur. Menatap gadis itu dengan buas. Ia melihat kepanikan yang tiba - tiba muncul di kedua mata Moira.“Kenapa? Sebelumnya kamu malah ga mau berhenti”
Moira tiba – tiba ragu karena baru saja bertemu kedua orangtuanya. Bayangan wajah papa dan mama melintas di kepalanya. “Eh.. M-Moi..”
Alpha membungkam mulut Moira sebelum gadis itu beralasan dan menolak. Ia pikir dengan begini Moira akan tetap menyukainya dan tidak akan meninggalkannya meski apapun yang terjadi. Ia terus mencumbu Moira meski mereka hampir kehilangan nafas. Kedua tangannya menyelip ke dalam kaos putih yang Moira kenakan dan memaksa mengerayangi bahkan meremas sepasang payudara kecil milik adiknya. Ia tidak bisa menahannya lagi meski beberapa saat yang lalu ayahnya sudah memberinya peringatan. Itu justru seperti bensin yang makin membuat api dalam dirinya membesar.
Yah.. Ia akan membakar dirinya bersama Moira dalam gairah mereka malam ini juga.
Sekarang Moira sudah terbaring dengan kikuk. Alpha mengurungnya dengan kedua kakinya yang berlutut disisi – sisi pinggul gadis itu. Rambut dan pakaian gadis itu tidak karuan karena perbuatannya. Wig yang sebelumnya menempel di kepalanya pun sudah terlepas.
Alpha melepas kemejanya sendiri dengan kasar sebelum Moira berubah pikiran. Sebelum kewarasan mereka kembali.
Moira merasa malu melihat abangnya yang bertelanjang dada. Ia segera menutup wajahnya tapi Alpha menarik lengannya ke samping.
“Lihat aku! Bukannya kamu menyukaiku?” Alpha menarik tangan kanan Moira untuk membelai pipinya. Ia memejamkan matanya merasakan belaian dari jemari Moira yang lembut.
“Moi suka..” jawab Moira lirih dan pipinya merona.
Mendengar jawaban itu Alpha menjatuhkan tubuhnya kearah Moira. Menciumi gadis itu lagi dengan buas. Badannya menutupi tubuh kecil Moira. Ia membuat Moira hampir tidak bisa berkutik di bawahnya. Gadis itu bahkan merasa sesak karena Alpha terlalu bersemangat menindih dan merangkulnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/200619487-288-k904233.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
H.O.M.E
Fiction généraleYang terlihat di luar hanyalah sebuah cerita yang indah. Rumah megah itu menyimpan cerita yang sebenarnya. Moira : "Mereka membenciku meski papa berkata aku adalah malaikat. Rumah ini, aku akan mengembalikannya seperti yang seharusnya. " Edwin : "Se...