Revolver

11 2 0
                                    

“Apa mama bilang barusan? Moi pulang sama Alpha?!!” kali ini Tuan Raffa yang mengamuk.

Mama mengerjap terheran dengan reaksi berlebihan suaminya. Ia masih menduga itu hanya efek samping dari penyakitnya. Seseorang yang sudah tua ddan sakit memang selalu lebih sensitif.

“Papa sudah bilang dia harus tinggal disini dengan kita!!”

“Kita juga akan pulang kamis depan, hanya beda lima hari jadi papa tidak perlu khawatir”

“Siapa yang mengijinkannya pulang?!”

“Papa ga usah terlalu mikirin itu, Moi sudah bisa jaga diri dan mama percaya sama dia. Apalagi Alpha sudah janji buat ngawasin dia”

Alpha lagi, Alpha lagi. Pria tua itu tiba – tiba membenci puteranya sendiri. Ia sudah memarahinya tapi Alpha tidak tahu malu dan pulang dengan Moira. Ia pikir hanya kata – kata tidak mempan untuk Alpha.
“Bilang ke dokter Chen buatkan surat izin keluar. Kita harus pulang secepatnya!”

“Papa?!”

“Ini sangat penting!”

“Papa nyembunyiin apa dari mama?”

Tuan Raffa memalingkan wajah. Ia bisa ketahuan kalau terus ngotot. “Pokoknya papa cuma mau pulang! Papa mau di rawat di Jakarta saja!”

Mama terdiam. Ia hanya bisa menyetujui permintaan suaminya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia akan menunggu suaminya itu bercerita tentang apa yang mengganggu pikirannya. Ia berharap hal itu bukan hal yang buruk.

Alpha dan Moira tiba di rumah setelah di antarkan Kevin. Alpha yang lelah tetap membantu membawa tas milik Moira hingga ke kamar gadis itu. Mereka tidak tahu Edwin sejak semalam berada di rumah.

“Papa ga ada ngirim pesan?” tanya Alpha di depan kamar Moira sebelum ia pergi ke kamarnya sendiri.

“Ga ada”

“Bersiap – siap aja, pasti dia marah karena kamu pulang. Mulai sekarang kita bakal ngadepin banyak rintangan”

“Gimana kalo papa ngeluarin kakak perusahaan?”

Pertanyaan yang sulit. Tujuan Alpha sejak kecil memang memiliki seluruh perusahaan ayahnya, sangat sulit jika ia harus meninggalkan posisinya.  Tapi ia sudah lama memikirkan semenjak ia memiliki perasaan sebagai pria terhadap Moira. Ia harus rela melepaskan ambisi dan keserakahannya jika Moira menerimanya.

“Kakak punya simpanan kok, kamu ga usah khawatir”

Moira menatap abangnya dengan sayu. Ia tahu impian abangnya itu. Dan ia tahu di banding Edwin, Alpha lebih mumpuni untuk menggantikan ayah mereka. perusahaannya mungkin akan mengalam kemerosotan dan keluarganya berantakan. Tapi Alpha rela melepaskan impiannya demo Moira, dan Moira jadi ingin mengorbankan keluarganya demi pria itu.

“Kalian ngomongin apa sih?”Edwin muncul tiba – tiba dari kamarnya yang berada di lorong yang sama.

“Kamu sudah puas main di luar rupanya!” sindir Alpha sambil melewati Edwin.

“Brengsek! Aku yang mau tanya! Sudah puas kalian semua bermain di belakangku?!”

Alpha menoleh pada adik laki – lakinya itu.

“Kami ga pernah main – main kayak kamu!’
Moira yang ketakutan masuk keddalam kamar dan segera mengunci pintu sambil mendengarkan mereka.

“Oh ya? Kalian benar – benar mau mendepakku?!"

“Jangan ngomong omong kosong! Pikirkan saja cara menebus kesalahanmu!” Alpha kembali melangkah kee arah kamarnya di ujung lorong.

“Aku ga akan main – main lagi! lihat saja nanti!!” Edwin setengah berteriak pada abangnya yang membelakanginya. Ia geram, abangnya masuk kamar tanpa menghiraukannya. “Lihat saja nanti!” lanjutnya pelan seraya menggertakkan gigi – giginya.

H.O.M.E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang