Kepercayaan

13 1 0
                                    

“Moi, kenapa kamu keluar dari sana?”

Moira terkejut bukan main. Jantungnya lebih berdebar dari sebelumnya karena suara barusan. Suara yang sangat ia hapal. Ia menyaksikan ibunya berdiri di lorong tepat di depan kamarnya.

“M-mama” Moira terbata. Ia buru – buru menghampiri ibunya seolah tidak ada yang terjadi barusan. “Mama kapan pulang?”

“Barusan.. mama nelepon kamu tapi ga di angkat”

“Handphone Moi lupa naro dimana, ini juga sambil nyari” tentu saja Moira berbohong. Ia ingat ponselnya berada di kamarnya.

Mama melihatnya dengan sedikit curiga. Tapi ia cukup lelah karena perjalanannya yang cukup lama. “Lalu kamu ngapain di kamar Alpha?”

“Bangunin kak Alpha, kak Alpha janji ngajak Moi ke Dufan hari ini”

“Dufan?” Mama terheran – heran. Yang ia tahu Alpha tidak pernah mengajak Moira bicara tapi sekarang mereka malah mau jalan bersama. Rasanya kurang masuk akal jika Alpha berubah. Tapi ia sedikit bersyukur jika mereka benar sudah akrab.

“i- iya”

“Sejak kapan kalian akrab?” mama masih curiga.

“Sejak kalian pergi – pergi terus”jawab Moira. setidaknya ia tidak berbohongkali ini. “Sebenarnya kak Ed,akhir – akhirnya bikin ulah terus jadi kak Alpha coba bantu Moi biar kak Ed ga ngusilin Moi lagi”

“Edwin bikin ulah lagi? kenapa kamu ga cerita sayang?!”

“Moi takut mama khawatir”

“Apa yang di lakukannya padamu? Kamu tidak di pukul kan?”

Belum sempat Moira menjawab, pintu kamar Alpha kembali terbuka. Alpha muncul dengan tambahan jas kasual warna kecokelatan. Ia sudah siap untuk pergi.

Alpha sangat terkejut melihat ibu tirinya. Sama seperti Moira, jantungnya juga hampir melompat mengingat hal buruk yang baru ia lakukan terhadap Moira.

Mama merasa curiga dengan respon mereka berdua. Tapi ia tidak pernah berpikir anak sulung dari suaminya akan berani menyentuh puterinya. Ia juga percaya Moira tahu moral dan berbudi pekerti yang baik.

“Alpha, kebetulan sekali, apa kita bisa bicara?” tanya mama pada si sulung.

Moira dan Alpha sama – sama khawatir dengan pembicaran yang akan di sampaikan mama. Mereka takut mama curiga dan menanyai hubungan mereka. Mereka bertukar pandangan. Moira lebih cemas.

“Moi, mama pinjem abangmu dulu ya, ada yang penting yang mau mama sampein” pinta mama. Ia pikir Moi cemas karena tidak jadi jalan – jalan.

Moira mengangguk pelan. Ia melihat mama menuruni tangga menuju tempat yang nyaman untuk bicara. Alpha melewatinya sambil mengelus kepalanya lalu turun menuju lantai bawah mengikuti mama. Dan ia masuk ke kamarnya untuk menunggu.

Sang Nyonya duduk di salah satu kursi di ruang tengah dan Alpha duduk di seberangnya. Ekspresi wanita itu sangat serius. Ia juga masih terlihat lelah. tentu saja, ia masih merasakan jetlag karena perjalannya.

“Aku sudah mendengar isu tentang Edwin tapi papa belum tahu. aku snegaja tidak memberitahunya” cerita mama.

Alpha mendengarkannya tanpa menatap wanita itu. ia tidak terlalu suka bicara dengannya. Bagaimanapun ia masih membenci ibu tirinya.

“Sebenarnya papa sedang dirawat”

Alpha terkejut. ia sama sekali tidak tahu. anehnya sekretaris ayahnya tidak bercerita padanya tentang keadaan itu padahal ia sudah berpesan agar berbagi informasi. “Sejak kapan? Bagaimana bisa kalian tidak memberitahuku?!”

H.O.M.E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang