Angin Sebelum Badai

13 2 0
                                    

“Aku berdebar karenamu, aku jatuh cinta padamu, kenapa kamu terus mengujiku?”

Moira merasa melambung mendengar pernyataan barusan. wajahnya langsung merah padam dan pipinya panas. Ia segera merebut dan menyeruput es sodanya demi mendinginkan diri. yang ia dengarkan barusan terlalu blak – blak an. Ia tidak menduga kakaknya bisa se-kerdus ini. karena malu, ia berjalan dengan cepat mendahului Alpha tanpa tujuan. Ia pikir ia akan meleleh terlalu sering berdekatan dengan pria itu.

Moira bertemu dengan pria yang di tunjuk Elena sebagai pacarnya ketika ia menuju toilet. Moira masih mengenalinya dari setelan yang ia kenakan. Pria itu tampak gundah dan cemas sambil memegang sebuket bunga ungu. Ia melangkah bolak balik seperti orang kebingungan. Moira menduga pria itu mungkin akan melamar Elena. Moira ikut senang melihatnya. Membayangkannya saja sudah membuat Moira ikut tersipu.

Ia pura – pura tidak tahu dan melewati pria itu.

“Permisi”

Pria itu tiba – tiba memanggil Moira.

“Saya?”

“Boleh aku minta tolong?”

“iya?”

Pria itu menyodorkan bunga itu pada Moira. “Bisakah kamu  berikan ini ke perempuan yang lagi di dalam sana?”

Moira bingung kenapa ia harus menyerahkannya.

“Namanya Elena, ciri – cirinya rambutnya sebahu dan kecokelatan”

“Saya kenal sama kak Elena kok. Kenapa kakak ga ngasih sendiri aja?”

“Aku musti pergi. Aku minta tolong ya, please”

Moira meraih buket bunga itu. ia dapat melihat sepucuk memo terlipat terselip di dalamnya.

“Terima kasih banyak”

Pria itu dengan cepat menghilang setelah menyerahkan bunga itu pada Moira.

Moira yang kebingungan tetap masuk ke dalam ruang toilet khusus wanita. Ia menemukan Elena sedang membenarkan tatanan rambut dan make-upnya.

Elena yang melihat Moira masuk langsung menyapanya. “Kita ketemu lagi”

“Kak.. eh” Moira ragu. Firasatnya mengatakan hal buruk akan terjadi. “Aku diminta ngasih ini ke kak Elena” ia memberikan bunga titipan itu.

Elena memandang heran ke arah bunga itu. kedua tangannya berhenti ssaat ingin menyapukan kembali lipstiknya. Ia juga mendapat firasat tidak baik.

“Ini dari pacar kakak” sambung Moira.
Elena mengambil bunga itu dengan ragu. Bunga itu masih tampak segar dan begitu cantik.

Setelah menyerahkannya Moira masuk ke dalam salah satu kamar kecil.

Elena melihat memo yang di selipkan di dalam buket. Ia membukanya dan mebaca pesan dari Robi, pacarnya yang sangat ia sayangi.

Ia membacanya dalam diam. tangannya gemetar dan airmatanya tiba – tiba keluar begitu saja. mengalir di wajahnya yang indah.

Moira sudah selesai buang air kecil dan keluar dari kamar kecil. Elena sudah tidak ada disana. Moira melanjutkan mencuci tangannya dan mengambil tisu. Ia terkejut saat akan membuang kertas tisu itu. Ia menemukan bunga yang tadi di titipkan untuk Elena menyembul keluar dari tempat sampah kecil disana.

Pertanyaan muncul dalam benaknya. Kenapa Elena malah mebuangnya?

Moira sangat penasaran dengan yang terjadi. Ia mengambil kembali bunga yang masih dalam keadaan baik itu. “Sayangnya...” ia hanya ingin menyentuh bunga yang indah itu dan mengembalikkannya ke tempat sampah lagi. Ia melihat kertas kumal di dalamnya. Warna dan jenis kertasnya mirip dengan memo untuk Elena tadi. Ia sangat penasaran hingga mengambil memo yang sudah ringsek itu sambil meminta maaf dalam hati karena ingin tahu apa yang di tulis pacarnya Elena.

H.O.M.E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang