Tubuh Moira terasa membeku seakan di hipnotis oleh tatapan itu. Ia memberanikan diri membalas Alpha. Ia tidak ingin Alpha mengintimidasinya dengan tatapan itu. Ia akan membuktikan jika ia kuat dengan itu Alpha tidak akan berbuat macam – macam. Namun Moira sedikit menyesal. Ia justru terpana oleh sosok pria dewasa itu.
Tubuh Alpha tidak seatletis Edwin namun siluet badannya terlihat sempurna karena cahaya yang menerobos lewat jendela. Wajahnya juga tampan. Moira mengakuinya, abangnya tidak kalah dengan oppa – oppa yang yang selalu di kaguminya. Alpha juga pekerja keras.
Ia tidak pernah memperhatikan pria itu sedekat ini.
Melihat Moira membuat hati Alpha pedih. Ia menatap lekat – lekat wajah kecil itu. Wajah yang lebih mirip ke ibu tirinya terutama matanya. Namun bentuk wajahnya menyerupai ayahnya. Gadis itu memiliki darah yang yang sama dengannya. Tapi perasaan yang ia miliki persis saat ia bertemu dengan cinta pertamanya.
Otaknya terus berteriak berhenti menatapnya tapi tubuhnya tidak menurut.
Otaknya berkata ia akan jatuh lebih dalam lagi jika tidak berhenti. Tapi yang Alpha lakukan adalah menarik kursi yang diduduki Moira agar lebih dekat padanya.
Moira di depannya sekarang dan terdiam.
Kedua tangan Alpha bergerak pelan menyentuh wajah Moira. Ia terperangah karena gadis itu tidak menghindar.
Ini sangat aneh. Moira merasakan sesuatu mengalir dari sentuhan Alpha. Ia mencoba mencari tahu apakah arti dari rasa itu. Ia ingin membiarkan Alpha melakukan apapun. Rasa penasarannya lebih besar dari rasa takutnya. Moira melepaskan buku yang ia baca ke pangkuannya. Tangannya terangkat menuju wajahnya dan menyentuh jemari abangnya itu
Respon Moira membuat Alpha ingin berbuat lebih. Ia kembali memberontak. Persetan otaknya berkata jangan. Ia mendekatkan wajahnya sambil menatap bibir Moira yang menjadi tujuannya.
Gadis itu mulai memejamkan matanya.
Sekejap kemudian bibir Alpha sudah hinggap di bibir Moira. Bibir bawahnya menyapu bibir Moira dengan lembut. Gadis itu dengan suka rela diam dan merasakan sensasi berciuman dengan abangnya. Alpha melihat mata Moira masih tertutup seakan menikmati ciuman lembutnya. Ia juga tidak perlu membuka paksa mulut gadis itu, Moira sudah mengerti meski ia belum berpengalaman. Lidah Alpha dengan pelan membelai bibir Moira yang begitu lembut.
Alpha berhenti untuk mengecek keadaan Moira. Ia melepaskan Moira dan menatap kembali gadis itu.
Moira membuka kedua matanya. Ia tersengal dan mengambil napas yang dalam. Wajahnya berubah memerah karena tersipu malu. Ia merasakan panas di kedua pipinya sambil bertanya – tanya salahkah yang telah ia lakukan. Apakah Alpha akan menganggapnya buruk karena ia pasrah dengan ciuman barusan. Ia tidak bisa membaca arti tatapan Alpha, pria itu terlihat marah.
Ternyata ia salah. Alpha justru berdiri dan menarik dirinya dari kursi. Ia mengangkat gadis itu untuk duduk di meja. Ia mengintimidasinya dengan menghalangi akses Moira untuk menghindar dengan kedua lengannya yang jenjang.
Bibir Moira hampir terbuka ingin bertanya, namun tak satupun kata – kata yang keluar dari mulutnya. Ia justru di sambut ciuman Alpha yang lebih bergairah lagi. Mulut pria itu melumat bibir Moira lebih intens dari sebelumnya. Lidahnya bergerak lebih liar. Kedua tangannya merangkul tubuh gadis yang seharusnya ia lindungi itu.
Alpha tidak dapat menahan dirinya. Ia menarik tubuh Moira untuk mendekapnya lebih erat. Mengabaikan kode etiknya sebagai keluarga karena tak pernah sekalipun ia menganggap Moira sebagai adiknya. Selama delapan belas tahun ia menganggap Moira orang lain sehingga ia berakhir jatuh hati pada gadis itu.
Seandainya ia tidak pernah mengabaikannya mungkinkah perasaannya akan berbeda?
Moira tidak dapat mendengarkan musik yang keluar dari speaker mungil di pojok ruangan. Suara detak jantung mereka terdengar lebih keras seperti sedang bersahut – sahutan. Alpha tidak kunjung melepaskannya. Dan ciumannya malah semakin panas. Moira dapat merasakan tangan pria itu bergerak masuk ke balik kaos yang ia kenakan. Meraba kulit punggungnya yang sensitif. Ia ingin berhenti namun ia hanya gadis delapan belas tahun yang ingin mencoba segalanya hingga ia membiarkan dirinya hanyut dalam sentuhan itu. Ia juga merasakan tubuh Alpha yang hangat yang menempel padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
H.O.M.E
General FictionYang terlihat di luar hanyalah sebuah cerita yang indah. Rumah megah itu menyimpan cerita yang sebenarnya. Moira : "Mereka membenciku meski papa berkata aku adalah malaikat. Rumah ini, aku akan mengembalikannya seperti yang seharusnya. " Edwin : "Se...