Pagi – pagi sekali Bi Laras, salah satu ART yang lain di rumah sudah ngedumel di selasar dapur.Bi Jani bahkan bisa mendengarkan gerutuannya sambil menyiapkan sarapan pagi.
Bi Laras telah sampai di dapur untuk membantu agar pekerjaan Bi Jani bisa lebih cepat selesai. bi Jani melihat kaos oblong putih yang di kenakan rekannya itu telah setengah basah. Terlihat sekali Bi Laras habis kerja keras barusan.
“Kenapa to?” bi Jani penasaran oenyebab gerutuan bi Laras.
Bi Laras merapat dan berbisik “Mas Edwin bikin ulah lagi” serunya pelan sambil melotot. “Gara – gara dia aku ga bisa ngerjain yang lain – lain, karna harus bersihin kamar Moi”
“Mas Ed bikin apa disana?” Bi Jani terus penasaran sambil tangannya tidak berhenti mencampur bahan bumbu makanan di dalam panci sayur di hadapannya.
“Ranjangnya Moi itu penuh lumpur, sapa lagi kalo bukan kerjaan mas Ed?” Bi laras mengambil sesendok makan kuah di dalam panci dan pelan – pelan mencicipinya. Kemudian memberi isyarat dengan jempol tangan kirinya pada Bi Jani. “Moi pasti ga bisa tidur tadi malem” sambungnya.
“Sebelumnya malah lebih parah lagi mba yu” cerita Bi Jani. Kejadian tadi malam tidak lebih parah dari malam sebelumnya.
ART yang ikut tinggal di rumah itu memang hanya bi Jani dan satu pak Jun yang berjaga khusus di malam hari saja.
Ia ingat malam itu ia mendengar sesuatu dan berlari ke arah dapur. Ia melihat lantai kotor karena cipratan kopi dan menemukan satu cangkir yang masih hangat. Bi Jani juga sudah menerka Edwin melakukan sesuatu pada nona kecilnya sehingga keesokan harinya gadis itu terlihat pucat.
Bi Laras mendesah kesal. “Harusnya dia ga usah datang aja, dia bisa bikin rumah kacau dan ga damai lagi”
“Siapa yang kalian bilang mengacaukan rumah dan bikin ga damai?!!!”
“ASTAGA NAGA, JANTUNGKU COPOT MAK!!!”
Bi Laras hampir saja melompat ke arah panci panas di dekatnya.
Bi Jani dan Bi Laras sama – sama kaget dengan suara berat yang baru terdengar dari belakang tubuh mereka. Mereka berpaling berbarengan dan menemukan pemilik suara yang itu.
“Apa saya yang di maksud??”
“Owalaaaah Gusti... Pak Bimo...” Bi Jani dan Bi Laras merasa lega karena bukan Edwin yang memergoki mereka sedang bergosip. Jantung mereka selamat.
Sementara itu paman Bimo yang merupakan adik dari Tuan Raffa masih memasang raut penasaran tentang siapa yang mengacau di rumah itu. Ia menyesal tidak datang lebih cepat.
“Pak Bimo kapan datang? “ Bi laras mengalihkan pembicaraan.
“Tengah malam tadi” jawab paman Bimo dengan jujur.
Paman Bimo terlambat dalam acara jamuan tadi malam. Dan ia memilih rumah itu bukannya hotel untuk menginap di hotel. Ia kangen dengan keponakan cantiknya karena itu ia bermalam di rumah.
Nyonya rumah muncul di pagi yang cerah itu. Mama menghambur masuk ke ruang makan. Memperhatikan apakah ada yang kurang untuk sarapan pagi ini. setelah ia merasa semua persiapan aman ia menghampiri adik iparnya yang kelihatan sedang bercanda dengan para ART di dapur.
“Selamat pagi smuanya, keliatannya ada yang seru disini” ia menatap pada paman Bimo yang membuat suasana tampaknya menyenangkan. Ia tahu adik iparnya itu memang suka sekali bercanda dan pemecah kebosanan yang paling handal.
“Iya ada yang seru tapi mereka tidak mau berbagi rahasia seru itu” jawab paman Bimo sembari beralih pada Yolanda. Nyonya rumah itu semakin anggun dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
H.O.M.E
Fiksi UmumYang terlihat di luar hanyalah sebuah cerita yang indah. Rumah megah itu menyimpan cerita yang sebenarnya. Moira : "Mereka membenciku meski papa berkata aku adalah malaikat. Rumah ini, aku akan mengembalikannya seperti yang seharusnya. " Edwin : "Se...