Tapi mungkin Moira akan kehilangan semuanya malam ini.
Ada pearasaan aneh yang merayapi tubuh Alpha. Perasaan tidak ingin melihat keceriaan itu hilang. Ia cukup sering melihat Moira menangis. Tapi malam ini seakan akan menjadi saat dimana Moira akan menangis selamanya.
"Bibi bereskan saja semuanya" serunya pada bi Jani dan malah pergi lebih dulu tanpa mengatakan apa - apa lagi. Ia membuat bi Jani tambah khawatir karena ia tidak mengatakan akan mencari Moira apa tidak.
Alpha kembali menuju garasi. Alih - alih beristirahat di kamarnya ia malah pergi meninggalkan rumah. Ia juga mengambil resiko dengan mencoba mnghubungi Edwin. Namun beberapa kali ia mencoba tapi Edwin tidak menjawab.
Musik yang hingar bingar meredupkan suara ponsel Edwin. Bersama suara riuh orang - orang yang menari di lantai dansa. Edwin menggandengnya sedari keluar dari mobil. Bagi orang lain ia seakan menggandengnya tapi kenyataanya ia sedang menarik Moira mengikuti langkahnya masuk ke J&J Moonlight, sebuah club malam di tengah kota.
Moira terkesima dengan suasana diskotik yang ada disana. Ini kali pertama ia menginjakkan kaki di tempat seperti itu. Musik kencang dan banyaknya orang - orang membuatnya berdebar - debar.
Inilah kehidupan yang dijalani abangnya. Bersenang - senang tanpa memikirkan hal lainnya. Dan yang membuat Moira terkejut ia berpikir disana hanya anak - anak muda yang tampak bahkan leebih muda darinya tapi ternyata juga banyak orang dewasa seperti ayahnya. Ruangan di penuhi berbagai bau yang Moira sama sekali tidak menyukainya, namun orang - orang tidak peduli, mereka tetap asik menggoyangkan badan, saling bercengkerama meski dengan berteriak atau hanya duduk merenung sendirian.
Edwin membawa Moira melewati jalan kecil menuju bar.
"Broooooother..." Edwin menyapa dua pria yang tengah duduk di depan meja.
Moira memandang mereka satu persatu. Yang pertama terlihat sangat nyentrik dan hanya mengenakan kaos belang - belang dengan celana jeans belel dan yang satu lagi tampak seperti bos geng motor atau gengster.
Si nyentrik menyapanya dengan senyuman lebar.
"Hai manis, gue Rayi temen abang lo." Ia bahkan melambai kecil pada Moira.
Dan teman disebelahnya hanya menatap kedatangan Edwin dan Moira. Ia menatap Moira lebih lama dari ujung kepala hingga kaki dengan mata tajam yang hampir tertutup rambut gondrongnya yang acak - acakan.
Membuat gadis itu merasa di lecehkan.
Moira jelas merasa tidak nyaman. Ia tidak dapat pergi atau menelepon. Ponselnya sekarang di sandera Edwin karena ia berusaha menelepon di perjalanan tadi. Dan cengkeraman Edwin semakin kuat jika ia berusaha melepaskan diri.
"Ini terlalu mendadak" seru pria menyeramkan itu. ia kembali menghadap ke depan kearah meja bar. Ia terlihat jutek tapi menyodorkan gelas minumannya pada Edwin.
"Demian kamu yang terbaik" Edwin menerima gelas itu dan segera meminumnya. Ia sangat kehausan dari tadi.
"Sekarang bukan jamannya lagi mencari yang perawan" tambah Demian.
Moira langsung menoleh pada Edwin. Kedua matanya terpaku pada Edwin. Ia ingin bertanya apa maksud dari hal yang baru saja ia dengar.
"Aah sepertinya ada telepon" Edwin mengalihkan perhatian. Ia memang baru merasakan nada dering ponselnya terngiang dari arah saku jas besarnya.
Nama Alpha muncul di layar. "Halo, bang?"
"Kamu dimana??"tanya Alpha cepat dan tegas.
"Apa?! Aku ga bisa denger!" balas Edwin dengan nada lantang. Ia benar - benar tidak mendengar pertanyaan tadi.
"KATAKAN KU DIMANA?!!!!" Akhirnya Alpha malah berteriak seperti orang panik.
"Ouh sepertinya abangku sedang marah.." Ed sama sekali tidak menggangpnya serius. "Ya ya aku sudah mendengar. Aku berada J&J Moonlight."
Tut tut tut...
Edwin kaget, Alpha langsung memutuskan teleponnya.
"Sampai mana permbicaraan kita tadi?"
"Kak, aku mau pulang!"seru Moira.
"Apa? Pulang?! Kita disini sampai pagi" jawab Edwin.
"Kak..."Moira memelas.
"Berhenti merengek bocah tengik!! Nikmati saja malam ini!" bentak Edwin. Kedua temannya menatapnya."Ed, Lo kejam amat sih! Bukannya dia adek Lo?!" Rayi memprotes Edwin.
"Jangan ikut campur deh!!" balas Edwin pada pria yang sering ia panggil Rayi itu. pria itu menatap Moira dnegan kasihan karena memiliki abang sperti Edwin.
Demian memutar kursinya untuk menghadap kearah mereka berdua. Ia tersenyum. Senyum yang sangat misterius dan membuat Moira bergidik.
"Daripada sama bos - bos tua gila mending lo jadi pacar gue aja"
Moira semakin terkejut. Bos tua gila?!!!!pekiknya dalam hati. Ia ingin berteriak minta tolong tapi di tengah keriuhan itu ia yakin tak akan ada yang mau mendengarnya.
"Menarik juga" jawab Edwin. Ia sedikit berpikir.
Menyerahkan Moira pada Demian akan lebih menghancurkan masa depan Moira. Demian bukan hanya ketua geng berandalan, Demian juga pecandu, ia bisa mengajak Moira dalam dunia yang gelap.
"Jadi berapa lo mau bayar barang bagus kayak gini"
★★★
Sengaja di bikin pendek biar penasaran...
Reader yang cakep n cantik...tinggalin jejak kalian yah...
Cukup kasih vote z biar author seneng..

KAMU SEDANG MEMBACA
H.O.M.E
Genel KurguYang terlihat di luar hanyalah sebuah cerita yang indah. Rumah megah itu menyimpan cerita yang sebenarnya. Moira : "Mereka membenciku meski papa berkata aku adalah malaikat. Rumah ini, aku akan mengembalikannya seperti yang seharusnya. " Edwin : "Se...