Angel sudah bekerja di perusahaan keluarga Basit semenjak ia lulus kuliah. Ia cukup mengerti seluk beluk pekerjaannya hingga mudah baginya membantu Edwin beradaptasi. Dan mudah baginya menarik perhatian bosnya itu. Meski ia tahu Edwin tidak menganggapnya serius tapi ia sangat berharap suatu saat Edwin berniat serius dan membawanya masuk kedalam keluarga Edwin yang kaya raya.
Baginya Edwin tidak buruk. Ia berpikir ia akan menaklukannya tanpa ia menyadari ia sudah takluk lebih dahulu. Pria itu memujanya hingga saat dimana ia menutup tirai ruangan untuk pertama kalinya.
Angel tidak mungkin tidak peka dengan sikap berbeda Edwin yang mengacuhkannya. Edwin lebih sering menghabiskan waktu di luar kantor. Edwin juga jarang berdiskusi dengan tim selama sebulan terakhir. Ia juga tahu setiap kali Jamie datang, mereka selalu melebarkan tirai untuk menutup akses pandang kedalam ruang itu.
Sesekali Angel melewati ruangan kerja Edwin untuk sekedar menguping sedikit pembicaraan mereka. Sudah setengah jam berlalu sejak Jamie mengunjungi bosnya. Meja kerjanya hanya berjarak tiga meter dari ruangan itu. Jika mereka sedang berdiskusi setidaknya Angel dapat seddikit mendengan suara – suara pembicaraan meski tidak terlalu jelas. Namun ruangan itu terlalu senyap. Angel tak ingin mengetahuinya, ia takut untuk memastikannya.
Ia sudah mencurigai mereka dan bukan hanya sekali Edwin pernah mencumbunya di dalam ruang itu. Ia sangat tahu Edwin pintar sekali membungkam mulut perempuan. Bahkan Edwin bisa dengan mudah membuat perempuan terdiam dan pasrah. Angel sangat tahu arti kesenyapan di dalam sana. Dan ia tak bisa berbuat apa – apa kecuali menahan sakit hatinya.
Akhirnya Angel hanya berdiri disana meratapi dirinya yang memang hanyalah mainan Edwin saja.
☆☆☆
Moira tak pernah merasa sedamai ini selama sebulan penuh. Ia tak mendapat gangguan hingga kedua orang tuanya kembali dari Jepang. Bahkan hubungannya dengan teman – temanya lancar. Sekolahnya juga berjalan dengan sangat baik. Ia bahkan menjalani pra ujian dengan baik.
Namun ibunya tak pernah sesibuk sekarang. Moira seakan kehilangannya. Mama selalu pulang kemalaman atau kembali dengan lelah. Saat – saat ini adalah saat yang penting dan ia butuh dukungan juga perhatian terutama dari sang nyonya rumah untuk menghadapi ujian. Namun tampaknya keadaan perusahaan pun tidak terlalu stabil. Dan mama yang memiliki segudang prestasi harus turun tangan langsung untuk membantunya.
Moira menekan – nekan tombol remote Tv dengan acak, mencari – cari saluran yang menayangkan tayangan menarik baginya. Ia sedang tidak mood belajar, Ia juga malas keluar karena hujan, dan ia cukup bosan tapi juga belum bisa tidur karena masih jam delapan malam.
Biasanya ia bisa bercengkrama dengan ibunya, berbagi pengalaman atau hanya sekedar bercanda gurau di ruangan besar itu. Moira duduk di sofa lebar yang menghadap LED lima puluh inch yang terpasang di dinding.
Ia juga sedikit bosan karena tak ada Edwin yang suka mengganggunya. Edwin belum pulang. Kadang ia memang tidak pulang kerumah. Apalagi Alpha, ia sama sibuknya dengan orang tuanya. Mereka semua workaholic. Shana tidak membalas chat dan Moira juga tidak mau sering – sering chat dengan Pharel, ia takut membuat Pharel kegeeran karena ia nge-chat duluan setiap malam. Meski ia hanya ingin teman bicara. Lalu teman yang lain, Moira tidak punya alasan yang cukup untuk mengajak mereka bicara panjang lebar.
Kedua kelopak mata Moira gemetar, seketika matanya terbuka dan berkedip – kedip. Ia tersadar dan tengah berada di sofa lebar yang menghadap ke layar lebar yang sedang menyala dan menayangkan film The Choice. Ia mengira – ngira berapa lama ia telah tertidur. Tadi ia sedang menonton film lain, dan sekarang sudah di gantikan dengan film lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
H.O.M.E
General FictionYang terlihat di luar hanyalah sebuah cerita yang indah. Rumah megah itu menyimpan cerita yang sebenarnya. Moira : "Mereka membenciku meski papa berkata aku adalah malaikat. Rumah ini, aku akan mengembalikannya seperti yang seharusnya. " Edwin : "Se...