Edwin membuka matanya setelah lama tertidur. Yang pertama ia raih adalah ponselnya yang tergelak di lantai di samping tempat tidur. Ponselnya dalam posisi mati dan ia segera menyalakannya kembali. Di lihatnya ke dinding kaca, di luar sudah gelap. Ia tidak sadar terlalu lama ia tertidur. Ia sengaja tidak bekerja hari ini karena tidak ingin menghentikan momen indahnya bersama wanita yang kini masih berbaring di sampingnya tanpa sehelai benang.
Jamie ikut terbangun. Ia melihat Edwin sudah duduk dan menatap keluar melalui dinding kaca hotel.
“Ngapain?”
Edwin terkejut dan menoleh. Jamie tampak sangat cantik dimatanya meski make upnya sudah luntur dan rambutnya yang berantakan. Wanita itu akan selalu cantik baginya. Ia menatap genit ke tubuh Jamie. Membuat wanita itu malu dan segera menaikan selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Ini bukan pertama kali ia melihatnya tapi Edwin bertindak seolah ia melihatnya untuk pertama kali.
“Kamu ga mau mandi?” tanya Jamie dari dalam selimut.
“Ini mau mandi” Edwin beranjak turun dari kasur dan berjalan ke sisi lainnnya tepat di sebelah Jamie.
Jamie membuka selimut untuk melihat apakah Edwin sudah ke kamar mandi atau belum. Ia cukup malu memperlihatkan wajahnya yang tersipu karena tatapan Edwin barusan. Ia terkejut karena Edwin masih disana dan menatap lurus kearahnya hanya dengan mengenakan boxer berwarna merah bata.
“Kamu bilang..”
Jamie belum sempat bicara dan Edwin merebut selimut itu dari Jamie dan membuangnya ke lantai.
Rasanya satu hari tidak cukup untuk mereka bersama. Edwin mencintai Jamie dan ia kini berada di atas tubuh wanita itu untuk bersiap mencumbunya...Lagi. Jamie hanya pasrah dan menerima ciuman panas dari lelaki itu. Ia membiarkan Edwin menciumi setiap sudut dari dirinya dan memberikan jejak panas yang membakar dirinya dari dalam. Ia juga mencintai Edwin, ia menginginkan Edwin untuk selalu di sisinya.
Satu deringan telepon menghentikan ciuman Edwin. Ia terhenti dan mengabaikannya. Ia masih ingin membelai tubuh Jamie dengan lidahnya. Ia senang saat Jamie mendesah dan menyebut namanya, pertanda bahwa Jamie menginginkan lebih dan lebih.
Ponsel Edwin berdering lagi. Edwin kehilangan moodnya sekarang. Ia beranjak untuk mengambil ponselnya lagi. Ia melihat nama Alpha di layar.
Jamie kembali menarik selimut untuk menutupi tubuh telajangbyanya saat Edwin meninggalkan kasur untuk menjawab telepon Alpha.
“Kemana saja kamu?!!” Alpha langsung mencecarnya.
“Aku.. cuman refreshing aja”
“Apa kamu ga nge cek website kita? Kamu ga nge cek email juga?”
“Handphone-ku baru baru nyala bang, jangan marah – marah dong!”
“Kamu tau yang kamu lakuin?!”
“Apa?”
“Aku udah chat kamu barusan, sekarang juga kamu kesini!!”
Alpha menutup teleponnya agar Edwin membaca pesannya. Ia menuliskan ancaman ia akan membongkar kecurangan Edwin demi Palma Hotel jika Edwin tidak datang secepatnya.
Edwin terpancing dan ia sudah benar – benar kehilangan nafsu bercintanya. Ia mengambil semua pakaiannya dan ke kamar mandi untuk sekedar membersihkan diri. Jamie hanya memandanginya dengan heran sambil menyisiri rambutnya yang kusut.
Edwin segera meninggalkan hotel setelah ia sudah berpakaian lengkap. Ia tidak lupa meninggalkan kecupan manis di kening Jamie. Ia menuju J&J Moonlight untuk bertemu Alpha.
KAMU SEDANG MEMBACA
H.O.M.E
Художественная прозаYang terlihat di luar hanyalah sebuah cerita yang indah. Rumah megah itu menyimpan cerita yang sebenarnya. Moira : "Mereka membenciku meski papa berkata aku adalah malaikat. Rumah ini, aku akan mengembalikannya seperti yang seharusnya. " Edwin : "Se...