Rasa Tak Bernama

7.1K 641 18
                                    

Gracia POV

Hari ini aku hanya bimbingan dosen mengenai skripsiku. Aku mengambil tema pola komunikasi member JKT48 kepada fans menjelang pemilihan single. Selepas itu aku tidak ada kegiatan, janjiku ingin membuat sesuatu yang istimewa untuk Ci Shani.

"Ci Des, temenin belanja yuk!" seruku.

"Belanja apaan sih?"

"Bahan buat masak, aku aja masih bingung mau masak apaan. Makanya bantuin yuk."

"Nggak ah Ge, ada pemotretan dua jam lagi. Bareng Okta aja, kalau nggak Anin."

"Okta sama Anin nggak kampus hari ini Ci. Ayo dong," bujukku setengah merengek.

"Eh sebentar, ini ada panggilan dari Lala."

Lala? Ah iya, aku baru ingat belum add line nya, kemarin dia mengirim lewat dm.

"Gimana La?"

"....."

"Wah aku nggak bisa La, sebentar deh ini ada Gre juga kok."

"....."

"Gre kamu nggak ada jadwal kan hari ini?" Aku mengingat sebentar, kemudian menggeleng.

"Gre bisa kok La, nanti aku kasih kontaknya ke kamu ya.."

"....."

"Siap."

Ci Desy menutup panggilan. Dia terlalu sering menyebut namaku tanpa menjelaskan duduk masalahnya.

"Kenapa sih Ci?"

"Ini loh Gre, Lala minta ketemu buat belanja apa gitu. Ya sekalian aja aku bilang kamu, soalnya kan kamu dari tadi rewel minta temenin."

"Yaa tapi kan aku sama Lala belum kenal Ci, masa sih aku pergi belanja cuma berdua bareng dia aja."

Eh tiba-tiba layar ponselku menyala, "Kak Gre? Ini aku Lala."

"Ci Des kasih kontakku ke Lala ya? Kok nggak izin sih?"

"Ih kamu rewel banget deh, udah ya aku mau jalan dulu nanti keburu telat."

Aku termenung membaca pesan di aplikasi chat itu, Lala dan aku belum sekalipun bertemu. Hanya sesekali berbalas pesan di instagram. Pasti akan canggung sekali.
--

Seseorang menungguku dengan minuman di tangannya. Imut dan menggemaskan, aku ingin mencubit pipinya hehe.

"La?"

"Halo Kak Gre!" sapanya ramah dengan senyum yang.. manis?

"Jalan yuk." Dia riang menggenggam tanganku.

Aku tersenyum, sepertinya hari ini akan cukup menyenangkan. Dia anak yang ramah dan gemar tersenyum. Dan aku suka gadis kecil menggemaskan sepertinya.

Hingga tak terasa aku telah menghabiskan banyak waktuku dengannya. Kami belanja, bermain di game zone, hingga karaoke bersama.
"Kak Gre suaranya bagus deh," pujinya.

"Hehe makasih La, mau jadi member JKT nggak jadi nih."

"Wah seriusan? Aku mau daftar JKT juga padahal."

"Serius La? Aku bakal dukung kamu banget deh!"

"Tapi umurku udah tua sih, hampir delapan belas."

"Nggakpapa La, pokoknya aku dukung kamu. Nanti aku ke theater demi kamu deh.."

"Hehe Kak Gre nih ngeledek terus.." Dia menyenggol bahuku sambil tersenyum malu. Sekali lagi, menggemaskan!
--

Author POV

Gracia pulang bersama Lala disampingnya, dia mendapati Shani sudah lebih dulu ada di apartment miliknya. Shani melihat asing pada Lala, matanya mengisyaratkan perasaan sedikit terganggu karena harus berbagi ruang dengan orang lain selain Gracia.

"Kok Ci Shani udah pulang? Gagal dong bikin kejutan buat Ci Shan."

Shani diam sejenak, "Nggak gagal kok Ge, ini aku terkejut," balasnya dengan wajah datar.

"Hehe Ci Shan nih bisa aja sih. Oh iya, kenalin Ci ini namanya Lala."

Lala mengulurkan tangannya, "Lala."
Shani menjabat tangannya dingin lalu sedetik kemudian dilepaskan, "Ini yang dibilang lucu dan menggemaskan kemarin?"

Gracia menggaruk rambutnya yang tak gatal dan menyeringai malu.

"Eh Kak Gre bilang apa tentang aku? Kan kita baru ketemu hari ini juga."

"Aku suka stalking kamu, lucu gitu.. Gemas!"

Pipi Lala bersemu mendengar pujian malu-malu Gracia. Sementara di hadapannya, Shani mendingin karena suasana yang dipancingnya sendiri. Entah perasaan apa, dia tidak mau menamai itu sebagai cemburu. Dia benci takluk pada orang lain.

"Aku ke kamar dulu Ge," ujar Shani memecah hening.

Gracia melihat punggung Shani yang menjauh, "Selamat malam Ci Shan."

Shani POV

Perasaan ini semakin tak bernama, aku benci untuk merasakannya. Gracia tengil itu mampu membuat hatiku kian berdebar, sanggup membuat pipiku memerah dan tidak menyukai kehadiran seorang asing di sisinya.

Mengakhiri ketidaknyamananku dengan kehadiran orang lain itu, aku memilih menuju kamarku lebih dulu. Kuambil ponselku dan menelepon Redha di seberang sana. Aku berharap kakaknya bisa meredakan kesal yang memuncak karena ulah tak sengaja adiknya.

Setelah mengobrol satu jam ternyata tidak memperbaiki sesuatu. Aku meredupkan ruangan dan menaikan selimut. Hendak memejamkan mata, sebelum jantungku berdegup kencang. Karena ranjangku berderit seperti ada pergerakan seseorang disana.

"Ci, ini Gre. Maaf nggak ngetuk pintu dan asal masuk," suaranya samar terdengar sembari dia menempatkan dirinya di bagian ranjang yang lain.

Aku menghadap arahnya, melihat wajahnya dalam pencahayaan minim, "Ngapain?"

"Maaf ya Ci udah bawa sembarang orang masuk. Harusnya aku izin sama Ci Shan kalau mau ngajakin orang asing ke rumah. Karena gimanapun ini kan tempatnya Cici. Maaf ya Ci.."

Aku diam saja, sambil mengamati wajah bersalahnya. "Ci, jangan liatin begitu. Takut.."

Dalam remang aku khidmat memandang teduh wajahnya. Malam ini saja, takluk padaku ya?

--tbc.

Step CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang