Gracia POV
Malam ini memasuki pekan terakhir di bulan sepuluh, namun hujan belum juga mau turun. Entahlah sudah sampai mana angin muson barat. Tapi ya bicara tentang musim penghujan, aku belum pernah bersama Ci Shani di musim itu. Aku jadi mengingat hubunganku dan Ci Shani yang baru berusia sekitar empat hingga lima bulan? Haha bahkan belum genap semusim, tapi rasanya aku sudah menjadi gila karena mengenalnya.
"Ge, keluar yuk, sekalian cari makan." Ci Shani bersiap dengan setelan kaos putih dan jeans juga riasan tipis di wajahnya.
"Cewek Jogja memang selalu ayu gitu ya Ci?" kataku membuat pipi Ci Shani bersemu.
"Udah cepat siap-siap, aku tunggu depan ya." Dia melengos meninggalkanku lebih dulu.
Tak sampai lima menit, aku menyusul Ci Shani yang menunggu di depan. Aku mengaitkan tanganku di lengannya.
"Takut hilang, kan nggak tahu Jogja hehe.." kekehku mengada-ada alasan. Ci Shani hanya geleng-geleng heran sambil tersenyum.
"Malioboro yuk? Nggak jauh kok. Tapi ya kamu capek nggak kalau jalan?"
"Nggakpapa, aku seneng banget jalan-jalan malam kaya gini. Tapi nanti naik delman yaa.."
"Haha nggak usahlah, kasihan kudanya. Dia kerja lembur bagai kuda."
"Kan dia memang kuda, Ci."
"Nggak lucu ya? Itu leluconnya member JKT, lupa siapa namanya."
"Nggak jelas deh Ci Shan," akhirku sambil tetap bergelayut manja di lengannya.
Kami menikmati udara malam, diselingi tawa dari cerita masa kecil Ci Shani. Ternyata dulunya Ci Shani sedikit bengal ketika SMP sampai pernah nyaris dikeluarkan, kemudian SMA dia berubah menjadi penurut karena mengagumi salah satu gurunya. Namanya Bu Imel katanya. Sesekali aku juga berbagi cerita masa kecilku, keinginanku menjadi penyanyi dan hobiku menari. Meskipun begitu aku cukup tomboy dibandingkan Kak Ve, makanya aku lebih dekat dengan Kak Redha.
"Aku merasa Ci Shan adalah Kak Ve versi agak lepas sekrupnya hehe. Tapi aku senang banget sih bisa kenal kamu, karena gimana ya, kamu ternyata seru banget orangnya."
"Beda ya sama first impression kamu ke aku? Coba cerita kesan pertama ketemu aku dong."
Aku diam sejenak, melihat langit yang gelap dan mulai memanggil ingatan tentang cerita lampau itu.
"Sebenarnya aku udah tahu dari jaman gadis sampul, tapi ketika pertama lihat di ruang make up ya waktu itu? Kesannya ya sempurna banget, sumpah aku nggak pernah iri sama kehidupan Kak Redha kecuali satu hal ini."
Ci Shani menghentikan langkahnya sejenak, menatapku lekat. Kalian perlu tahu, tatapan Ci Shani itu menikam tepat di mata siapa saja yang dilihatnya, membuatmu tidak bisa beranjak. Sesaat kemudian tanpa mengatakan apapun dia membuang nafasnya kasar dan mengajakku duduk di sebuah kursi. Kulihat keramaian sekitar, aku tidak menyangka sudah sampai di titik nol.
"Kamu suka aku?" tanyanya pelan, masih dengan menatap mataku.
"Maksudnya gimana?" Aku berpura-pura tidak mengerti arah bicaranya.
"Kamu paham maksudku."
Tiba-tiba ponsel Ci Shani berbunyi, menginterupsi suasana canggung di sekitar kami. Nama kontaknya Suami dengan imbuhan emoji hati dibelakang. Ci Shan secara mengejutkan menolak panggilan itu dan mengaktifkan mode pesawat.
"Aku suka kamu, apa itu masalah?"
Shani POV
Lampu jalanan seakan menjadi pengganti hilangnya matahari di malam hari, dia menjadi penerang ketika langit ingin gelap. Aku secara tak tertahankan membuat Gracia terdiam karena ungkapan cintaku yang terburu-buru. Aku tidak dapat lagi memikirkan waktu yang tepat, memilih mengakhiri saja keresahan hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Closer
FanfictionShani Indira jatuh cinta pada adik iparnya. -aku bermimpi memilikimu, Ci. (Gre) -memilikimu hanya mimpi, kenyataannya mendekatlah dan menjadi rekat satu sama lain. (Shani)