Hari untuk Shani

4.7K 406 19
                                    

Author POV

Perjalanan Gracia dan Shani hari ini dimulai dengan menyambangi sebuah perusahaan rumahan yang memproduksi pakaian. Bukan tanpa alasan, Gracia perlu menyelesaikan pekerjaannya untuk memotret produk untuk konten iklan media sosial. Dirinya membawa Shani untuk melihatnya bekerja dan menepis sendiri ketakutannya.

“Gracia Mbak, teman Kak Yanuar.” Gracia mengenalkan namanya pada Mbak Yona, pemilik produk.

“Oh iya, langsung aja ya Gracia. Kemarin konsepnya udah selesai didiskusikan ya. Kita ada enam model pakaian, dipakai dua model berbeda. Nanti kamu arahin aja mereka langsung. Manda, Michele, ganti baju sekarang ya,” katanya tangkas memberi perintah.

Yona memandang Shani disamping Gracia dengan tatapan sulit diartikan. Anehnya hal itu membuat Shani takut, karena lama tidak berinteraksi dengan orang asing.

“Oh iya mbak, ini kakak ipar saya, Shani. Dia nggak papa kan ikut nemenin saya?”

Shani mengulurkan tangannya disambut jabatan tangan dari Yona. “Nggakpapa, nggak masalah. Wajahnya tapi kaya nggak asing ya? Ah tapi lupa pernah lihat dimana.”

“Mungkin di majalah fashion beberapa tahun lalu, Mbak. Kalau nggak di instagram, dia selebgram Mbak.” Gracia malah mempromosikan Shani.

“Wah, Shani model? Pantesan ya wajahnya photogenic gitu. Coba lihat instagramnya apa?”
Shani mengetikkan akun instagramnya pada kolom pencarian di ponsel Yona.

“Followersnya banyak banget. Terima endorse nggak nih?” Yona tertarik setelah melihat pengikut sekaligus interaksi di postingan Shani.

“Dulu sempat terima kalau pakaian gitu, Mbak.” Shani pelan menjawab Yona.

“Sekarang udah nggak? Wah sayang banget. Kalau boleh tahu kenapa soalnya?”

Sembari menunggu jawaban Shani, Gracia menyadari dua model yang sudah bersiap dengan setelan pakaian mereka. Dia memberi kode Shani untuk segera berpindah ruangan. Alhasil, tinggal Shani hanya berdua dengan Yona.

“Saya udah melahirkan, mbak. Mungkin nanti pengaruhnya udah nggak kaya dulu lagi. Badan saya juga udah nggak bagus buat foto-foto gitu.” Shani menunduk sambil tetap melirihkan volume suaranya.

“Nggak terlalu lah, bagus aja kok. Ini kamu juga pasti rutin olahraga kan? Kalau kelebihan berat badan dari biasanya nggak bisa dibilang gemuk juga kok. Naluriah kalau habis melahirkan memang gitu, tapi secara visual kamu masih oke. Tapi aku nggak maksa sih, kamu kabarin aja kalau mau.”

“Ah iya, Mbak. Makasih ya tawarannya, nanti saya pikirin lagi. Bukan gimana-gimana, cuma saya yang nggak percaya diri aja sama badan saya sekarang.”

“Santai aja Shan. Udah yuk masuk, lihat kerjanya Gracia.”

Keduanya pun masuk, melihat sesi foto oleh arahan Gracia. Beberapa kali setelah kedatangan Yona, Gracia harus merevisi jepretannya dan menunggu hingga Yona menunjukkan jempolnya. Baru kemudian, ganti pada pakaian berikutnya. Gracia sempat menghela nafas lelah ketika Yona tak juga puas dengan hasil kerjanya. Untungnya Shani ikut menemani dan berinisiatif memberikan sebotol minuman untuk mengembalikan kesabaran Gracia.

Setelah semuanya selesai, Gracia mengemasi peralatan seperti tripod dan lighting dibantu Shani. Dia tersenyum melihat Shani turut membantunya hari ini.

“Daripada jadi model, mending jadi staffku aja dari dulu hehe,” usul Gracia yang dihadiahi cubitan Shani pada perutnya.

“Iya tahu yang udah nggak cocok lagi,” sungut Shani membuat Gracia merasa bersalah.

“Bukan gitu, maksudnya kamu serba bisa banget. Tangkas lagi. Mungkin mau cari pengalaman baru, gitu,” jelasnya yang sudah tidak didengarkan lagi oleh Shani.

Step CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang