"Ma, titip ponakan kesayangan aku ya," kata Gracia usai berkemas.
Mama Gracia hanya cemberut sambil menyuapi cucunya, Darwis. "Kasihan Darwis, punya mama malah sibuk pacaran. Punya papa rock n roll, sibuk manggung. Darwis sama oma ya?"
Darwis yang baru saja masuk taman kanak-kanak itu ikut cemberut. "Emang Dawis nggak boleh ikut mama sama tante Gacia ya oma? Bukannya Dawis nggak sayang oma, tapi Dawis pengen ikut mama ke pantai."
Gracia menarik Darwis ke pangkuannya. "Mama Darwis sama tante dulu ya. Tiga hari kok, besoknya dibalikin. Ya?"
"Boleh sih tante, asal pulangnya bawain Dawis mobil-mobilan yang gede banget."
"Siap deh Darwis, minta apa aja tante beliin deh."
Shani datang dari luar setelah mengecek mobilnya. "Ish nggak boleh, mainan Darwis udah banyak. Ada mainan dari mama, papa, tante Gracia sama oma dan opa."
Darwis merengut mendengar mamanya memupuskan impiannya. "Ya udah mama nggak boleh pacalan sama tante Gacia!"
Darwis kecil belum memenuhi sepenuhnya frasa 'pacaran' seperti orang dewasa memahami betul maknanya. Suatu malam Darwis terbangun, anak kecil pandai itu bertanya pada mamanya.
"Ma, kenapa mama sama papa nggak tinggal baleng?"
"Mama udah nggak sama-sama papa lagi. Di dunia orang dewasa, kami udah nggak jadi pasangan. Tapi papa tetap papa Darwis," terang Shani mencoba mencari penjelasan yang mudah.
"Telus kenapa mama baleng tante Gacia telus? Itu namanya pasangan?"
"Darwis bakal paham kalau udah waktunya, sayang. Buat sementara mama kasih tahu ya, kita semua keluarga. Darwis, mama, papa, tante Gracia, oma dan opa di Jogja pokoknya semua keluarga."
"Dawis nggak paham ma, tapi mama sama tante Gacia itu apa? Adik kakak?"
Shani puyeng untuk menjelaskan. "Dalam dunia orang dewasa, bilangnya pacaran."
Darwis hanya mengangguk sok paham. Kantuknya datang dan dia tertidur dengan sebuah tanya yang akan dituai jawabannya kala dia menjelang dewasa nanti.
--
Angin pantai meniup ujung rambut panjang Gracia dan Shani. Keduanya berjalan saling menggandeng mesra dengan pakaian santai dan topi pantai. Orang-orang berlalu lalang dan menatap keduanya dengan tatapan sulit diartikan.
Gracia menciut. "Shani orang-orang lihatin kita.."
Shani menggenggam tangan Gracia lebih erat. "Mereka lihatin kamu karena kamu cantik."
Gracia tersenyum mendengar jawaban Shani. Kalau Shani siap menghadapi dunia, dia pun begitu kan? Dinding sekokoh mama papa saja bisa runtuh, apalagi hanya tatapan penuh ketidaktahuan dari orang-orang asing. Dunia memang tidak siap menampung mereka, tapi setidaknya mereka siap untuk menerima diri sendiri.
Selamanya mereka berpegang tanpa harus tahu kemana berujung. Shani teguh pada janjinya, tidak pergi dan tidak mengizinkan Gracia pergi. Dengan begitu, hingga akhir mereka saling bersama. Tapi untuk hubungan selanjutnya? Bersama adalah kata paling lazim yang paling bisa ditoleransi dunia.
"Apa kamu berpikir untuk menikahi Gracia?" tanya mama papa suatu hari.
Shani menatap sendu Gracia. "Tidak, kita tidak akan pernah menikah."
-akhirnya, selesai juga ya. terima kasih udah sampai akhir membaca cerita ini. seperti biasa, maaf kalau sering slow update dan ada salah-salah kata. dan seperti biasa juga, tolong kasih tahu kesan kamu selama membaca cerita ini.
terima kasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Closer
FanfictionShani Indira jatuh cinta pada adik iparnya. -aku bermimpi memilikimu, Ci. (Gre) -memilikimu hanya mimpi, kenyataannya mendekatlah dan menjadi rekat satu sama lain. (Shani)