Gracia POV
Terhitung seminggu sejak aku pulang ke rumah. Hubunganku dan Ci Shani yang kupikir sudah dekat mulanya, ternyata hanya sekedar perasaanku saja. Dia tidak pernah mengirimiku pesan, bahkan tidak membalas reply di instastorynya. Ketika hari pertama, kedua, ketiga aku tidak mau mengambil pusing masalah sepele seperti ini. Tapi lama-kelamaan aku kepikiran juga, kenapa ya? Apa aku membuatnya kesal di hari terakhir kami? Atau aku sebenarnya terlampau merepotkan?
"Mikirin apa sih Gre?" Suara Ci Desy masuk telingaku.
"Nggak tahu deh, Ci. Eh, aku mau kenalin sama cowok dong Ci."
Yaa, beberapa saat yang lalu aku memutuskan untuk kembali mengenal pria. Aku ingin memiliki hubungan intens dengannya, sepertinya sedikit meringankan beban pikirku? Tapi alasan sebenarnya adalah..
"Kenapa Gre? Tumben banget."
"Kayanya seru banget gitu punya pacar, kebiasaan lihat instastory Kak Redha sama Ci Shani."
"Hahaha, akhirnya ada yang merangsang kamu pengen pacaran ya. Ada sih beberapa, nanti deh aku kenalin sama yang namanya Edricko."
"Okta juga mau dong Ci," timpal Okta.
"Kamu sama aku aja, Ta. Hehe," balas Ci Desy tengil.
Okta menampar pelan pipi Ci Desy, "Ngomongnya yang benar.." Ci Desy hanya tertawa hambar.
"Anin nggak mau sekalian?"
Gadis populer di kampus itu menggeleng tidak tertarik, "Aku udah ada kok Ci, nggak pernah dikenalin aja sih."
"Wah parah nih, nggak pernah diceritain ke kita. Kamu punya hutang cerita pokoknya, Nin!"
"Beres deh Gre, besok kalau kita nginep bareng lagi aku cerita semua."
"Yuk segerakan!" Okta berseru semangat.
"Asyik nginep sama Okta.." timpal Ci Desy membuat Okta merengut sebal.
"Hahaha, udah dong jangan digodain terus Okta-nya Ci."
Aku memutuskan untuk mencari pacar, keputusan yang baik? Entahlah. Aku ingin sedikit membagi perasaanku, tentu saja meredakan debaran ambigu karena Ci Shani. Terkadang kaki kita perlu melangkah dulu dengan inisiatif yang tidak pernah kita tahu kemana ujungnya. Semoga, Edricko, siapapun namanya, menjadi permulaan yang bagus.
Lagipula akhir-akhir ini, aku sungguhan iri sama pasangan pengantin yang masih baru itu. Ci Shani hobi meriya kebersamaannya dengan Kak Redha, pun sebaliknya. Ingin ku-block saja mereka berdua, tapi penasaran juga bagaimana kabarnya Ci Shani sekarang, makanya tanganku masih gatal menekan instatorynya. Rasanya menyebalkan ketika otak dan tanganmu tidak berjalan sinkron.
shanitio's instastory
--
Shani POV
Usai pulang kerja, aku menyiapkan makan malam untuk Redha. Sembari menunggu Redha pulang, aku biasa menulis beberapa lirik lagu. Akhir-akhir ini memang hubunganku makin romantis saja, Redha sesekali menyempatkan waktu mengajariku gitar.
Aku berjalan tanpa rencana,
Mencoba mencari cahaya.
Di sudut matamu, di ujung bibirmu.
Aku hanyut dalam sendu.
Rasanya hari-hariku seminggu ini hanya berkutat dengan sajak yang sulit diaplikasikan menjadi lagu. Hanya sajak kosong penuh kehampaan. Baiklah, sejujurnya aku merindukan Gracia. Meskipun aku menempel tiap hari dengan kakaknya. Apa aku bahagia dengan Redha? Tentu saja kamu akan bahagia ketika seseorang memperlakukanmu dengan sangat baik, tapi sudut hatiku lainnya merasa kosong. Aku sering menatap wajah kelelahan Redha ketika tertidur, hatiku menyesalkan kenapa bukan Redha jawabannya.
Rindu akan canduku,
Secercah senyum kala pagimu.
Ketika aku menatap punggungmu,
Tanganku menjadi batu.
-untukmu, 14 Oktober 2019
Seseorang memeluk leherku tanpa kusadari, aku menemui wajah yang tiap harinya menjadi konsumsi sehari-hariku. Redha. Dia tersenyum membaca tulisan di kertas yang tengah kupegang.
"Kok istriku nulisnya galau begitu?"
"Hm, nggak tahu, aku nulisnya aja nggak pakai perasaan," sergahku berbohong.
"Mau dibikin lagu nggak?"
"Susah kayanya, nanti dibikin nadanya aja. Kamu mau mandi dulu apa makan? Mau aku siapin air hangat nggak?"
Dia tak dapat menyembunyikan kebahagiannya, "Istriku ini belajar darimana sih kiat menyenangkan suami dengan baik. Aku mandi aja dulu, kamu tunggu disini aja. Sini kasih hadiah." Dia mendekatkan bibirnya dan menyatukannya dengan milikku. Satu detik, dua detik, sepuluh detik, dia mengakhiri dengan senyum hangatnya.
"Aku sayang kamu," katanya untuk kesekian kalinya.
Aku tersenyum belum kunjung bisa membalas, "Sana mandi, kamu bau."
--
Author POV
Malam ini Gracia memoles riasan tipis terakhir pada wajahnya. Dia bersiap bertemu dengan Edricko, teman Desy. Menurutnya ini kencan buta pertamanya, dia sangat menantikan tantangan selanjutnya.
"Cantik lah, lumayan ini.." lirihnya pada dirinya di cermin.
Tiba-tiba ponselnya bergetar. Dia melihat nama Redha di layar ponselnya.
Kak Redha
Mampir sini, Shani masak banyak.
Mau kencan. Bye!
Wah, sombong banget anak kecil. Mana mungkin yeee
Ci Shani apa kabar Kak?
Nanyain juga u, sini aja makanya.
Bilangin mau kencan! Sampein aja salamnya buat Ci Shani. Bye, jangan ganggu aku.
--
"Kamu lagi chat sama siapa?" tanya Shani mendekati Redha yang tengah asyik dengan ponselnya.
"Gracia nih, sok banget dia lagi kencan katanya. Haha bisa banget kalau bohong."
Shani menghela nafasnya pelan, "Bisa aja beneran kan, dia juga udah waktunya pacaran."
"Iya sih, tapi mana ada sih yang mau sama perempuan begitu. Kalo Ve mah pas SMA pacaran aku percaya aja. Lah ini Gracia.."
Shani menahan ngilu hatinya, "Gracia cantik, susah orang nggak jatuh cinta sama dia."
Tawa Redha meledak, "Hahaha, boleh lah sekarang Gracia ada yang belain. Oh iya, ada salam nih dari Gracia. Katanya suruh chat dia, nggak tahu deh ngapain."
Shani hanya membalas dengan anggukan.
"Adikku nggak bikin kamu repot kan selama aku nggak ada? Aku agak khawatir nih."
"Nggak kok, dia nyenengin anaknya. Baik."
"Baguslah, aku nggak mau kamu punya hubungan kurang baik sama saudaraku."
Shani mengambil ponselnya, lalu mengetikkan pesan kepada seseorang.
Have fun ya, akhirnya punya cowok! Selamat!
"Nih, aku kakak yang baik nggak kaya kamu." Shani memamerkan pesan di layarnya untuk Gracia. Redha tersenyum senang, Shani tersenyum pedih.
-tbc?
Jangan lupa juga greshan ada di work lainnya, 'Imagine Love'. Vote comment demi kebaikan cerita ini ditunggu :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Closer
FanfictionShani Indira jatuh cinta pada adik iparnya. -aku bermimpi memilikimu, Ci. (Gre) -memilikimu hanya mimpi, kenyataannya mendekatlah dan menjadi rekat satu sama lain. (Shani)