Past and Future

6K 474 49
                                    

Gracia POV

Kakiku memasuki area perkopian tempat janji temu dengan Feni, atau siapapun itu namanya. Aku memilih kursi di agak ujung, menunggu kedatangan kenalan Nadse itu. Setelah memesan minum, aku memainkan ponselku. Berselancar di sosial media seperti instagram, melihat teman-temanku mengumbar kemesraan dengan kekasihnya. Kapan ya aku bisa seperti mereka? Ah, kami kan ipar in public but lover in private.

Setelah lima menit menunggu, Feni datang dengan sebuah pesan. Singkat saja, ada urusan mendadak. Katanya harus mengantar Ibunya ke dokter. Tapi sebagai gantinya temannya akan kesini, tunggu.. Namanya Ratu Viny. Apakah skenario ini sengaja ditulis? Viny yang itu atau ada Viny-Viny yang lain?

"Hai, udah lama nunggu?" Aku mengangkat kepalaku ke sumber suara.

"Viny."

"Gracia."

Kami saling menjabat tangan masing-masing. Lalu duduk berhadapan. Viny menatap langsung ke mataku, tepat di hari pertama pertemuan kami. Sejujurnya aku gugup sekaligus gemetaran, bagaimanapun dia mantan Shani. Tatapan matanya mengunciku, tajam mengintimidasi.

"Senang bertemu denganmu, Gracia." Dia memamerkan senyumnya. Aku membalas dengan senyum tipis juga, memberi kesan perkenalan yang baik.

"Langsung aja yuk, jadi gimana konsepnya? Mau fashion dengan tema apa?"

"Hmm, karena ini udah masuk musim hujan ya. Musim dingin. Jadi mau ngomongin, gimana sih tetap modis dengan pakaian musim dingin?"

"Kebetulan aku juga ada koleksi pakaian musim dingin, tapi nggak disini. Ada di store aku, kalau mau kesana aja sekalian ambil gambar."

"Boleh deh Kak, nanti aku minta alamatnya. Sore kakak disana nggak? Aku kesana jam empat-an sekaligus ambil gambarnya."

"Kenapa nggak sekarang aja? Bareng aku kesana, aku bawa mobil kok."

Aku mengambil waktu sebentar, minum sebagai jeda. "Aku ditunggu Ci Shani, Kak."

Viny agak terlihat terkejut mendengar nama mantannya akhirnya disebut. Mungkin sedikit menyangka namun tetap saja terlihat dari perubahan wajahnya.

"Oh gitu. Shani apa kabar?" Suaranya terdengar tercekat di tenggorokan.

"Baik," timpalku singkat.

"Dia nunggu di mobil sekarang? Ya udah balik sekarang juga nggakpapa Gracia, nanti sore aku disana kok. Nanti aku kirim alamatnya, minta kontak kamu dong."

Aku bertukar kontak dengannya. Kemudian semenit kemudian, menerima pesan lokasi dari miliknya. Tak pernah terbayang sebelumnya kalau akan bertemu langsung dengan sosok yang beberapa waktu silam membuatku cemburu buta.

"Ya udah kalau mau balik sekarang nggakpapa, aku masih mau disini." Dia mengambil ponselnya dan tampak mengetikkan sesuatu di layar.

"Kak.." panggilku padanya. Dia mengalihkan pandangannya dari ponsel pintar itu, memusatkan perhatian padaku.

"Kalau berkenan, cerita sedikit dong tentang hubungan Kak Vin sama Ci Shani," pintaku dengan sopan. Mungkin rasanya akan sakit mendengar cerita lama ini diperdengarkan padaku, namun aku ingin mengenalnya dari pihak yang berbeda.

"Kamu yakin, Gracia? Bukannya sekarang dia sama kamu? Aku akan merasa bersalah kalau ngerusak hubungan kalian."

"Nggakpapa Kak Vin, aku mau tahu."

Viny menarik nafasnya, lalu mengambil minuman miliknya baru dilanjut bercerita cukup panjang. Aku mempersiapkan hatiku, setidaknya untuk tidak hancur dengan romansa di waktu lampau itu.

Step CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang