Gracia POV
Shani berkali-kali membenarkan posisi tidurnya. Perutnya yang membesar menjadikan sulit sekali menemukan kenyamanan. Belum lagi keringat yang mengucur karena udara panas, aku menghela nafas sedih. Ini malam ketiga aku tidur dengannya, masih kesulitan untuk menutup mata. Melihat pengorbanan seorang ibu hamil, membuatku tidak tega.
"Kamu belum tidur Ge?" tanyanya sambil memunggungiku.
"Belum nih."
"Panas banget ya malam ini," keluhnya sambil mengambil kertas untuk mengganti peran kipas.
"Mau keluar sebentar? Sambil minum sesuatu yang hangat dan menikmati udara malam?" tawarku padanya.
Dia melihat jam di atas nakas menunjukkan pukul sebelas. "Balkon aja ya?"
Aku membantunya duduk, lalu bergegas ke dapur membuatkan susu hangat untuknya dan teh untukku. Kutemui dia di balkon, dengan tangannya mengelus-elus perutnya.
"Aku bingung deh, Darwis lagi jarang aktif akhir-akhir ini."
"Sering-sering dengarin lagu deh, kata dokter banyakin dipancing."
"Dia sukanya lagu apa ya?"
"Coba deh lagu ini.." Aku mendekatkan ponselku ke perutnya dengan volume rendah. Irama Close to You dari The Carpenters dengan tempo lambat sayup-sayup mengalun lembut. Aku menempatkan tanganku pada perutnya, merasakan tendangan kecil Darwis.
"Darwis nendang nih." Dia tersenyum senang. Aku ikut tersenyum melihatnya bahagia. Kuusap sesekali perutnya, senyumnya melebar.
"Diminum susunya, biar ibu dan anak makin sehat." Tangannya menyambut gelas berisi susu ibu hamil itu, lalu meneguknya hingga tersisa setengah.
"Kalau udah cukup ngademnya masuk yuk, udah malam."
"Nanti lima menit lagi deh Ge, masih seru lihat bulan."
"Ngomong-ngomong Darwis udah berapa bulan di perut kamu?"
"Jalan delapan nih, bentar lagi. Semoga sampai pada waktunya dengan selamat ya Ge, kamu dampingi aku terus kan?" Dia memandang tepat ke mataku.
"Aku pasti selalu ada buat kamu, janji." Aku mengulurkan kelingkingku, dia menyambut dengan tautan kelingkingnya.
Author POV
Seminggu berjalan, keluarga Henri sudah mulai beres-beres akan pulang ke Australia. Yori dan Christy berebut memasukkan baju mereka ke koper, bermaksud membantu Mama Rachel berkemas.
"Sini Yori Kiti sama tante Gracia."
Christy berhenti menaruh baju, lalu menghampiri Gracia, "Nanti Kiti kangen tante Gacia."
"Nanti tante main tempat Kiti ya, sama tante Shani dan adek Darwis juga."
"Asyik, kenalan sama adek bayi! Dawis adeknya Kiti ya bukan adiknya Yoli."
Dan memicu pertengkaran berikutnya, 'berebut adik Darwis'. Gracia tertawa melihat keributan itu, dirinya mengajak Christy ke halaman depan untuk menghindari pertengkaran yang lebih besar.
"Nanti sesuai rencana Gracia?" Kak Henri bertanya pada Gracia.
"Ya yang penting ketemu dulu sama kenalan Kak Henri, nanti kalau cocok ya mungkin diambil dan cari kost. Aku juga nggak enak numpang disini terus tanpa melakukan apa-apa."
"Terus Shani gimana? Udah diomongin sama dia?"
"Nanti dibahas lagi, makasih ya buat kontaknya."
"Iya Gracia, kalau aku berangkat nitip Shani ya."
Tak berapa lama, keluarga Henri meninggalkan kediaman Natio. Tidak tersisa keramaian celotehan dan keributan Christy Yori. Kini hanya orang tua Shani, dirinya dan Gracia. Hening menyelimuti semua penghuni rumah, membuat Gracia semakin kikuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Closer
FanfictionShani Indira jatuh cinta pada adik iparnya. -aku bermimpi memilikimu, Ci. (Gre) -memilikimu hanya mimpi, kenyataannya mendekatlah dan menjadi rekat satu sama lain. (Shani)