Malam dalam Pelukan

8.1K 611 43
                                    

Shani POV

Hari-hari berjalan seperti biasa sediakala. Menyiapkan sarapan dan makan malam suami, menjadi pekerja di siang hingga sore hari, dan rindu Gracia di penghujung malam. Nyaris seminggu aku masih berusaha menghubunginya, berharap kesalahan kecilku bisa diperbaiki. Tapi dia seolah alergi denganku, menutup semua pintu. Dan aku sedikit banyak tahu, dia menginginkan aku merasakan apa yang dia rasakan.

Siang itu aku lelah dengan semua kerinduan ini, memilih mengunjungi kampus Gracia. Setelah berkeliling tanpa petunjuk, untungnya seorang gadis ramah memanggilku. Namanya Okta, dia salah satu teman dekat Gracia selain Anin dan Desy.

"Gre ke kampus nggak hari ini?" tanyaku padanya.

"Iya Kak, tadi sih Okta lihatnya mau ke perpus. Mau Okta tunjukin perpusnya Kak?" Okta berbaik hati menawarkan, aku mengangguk sepakat.

"Kak Shani cari Gracia sendiri ya, Okta mau makan udah ditungguin Ci Desy."

"Iya nggakpapa, makasih ya Okta udah dianterin." Dia pamit dan bergegas pergi.

Aku masuk dan menyusuri lorong rak buku, mencari keberadaan Gracia. Kakiku terhenti ketika mendapati di pojok sebelah rak buku mataku melihat Gracia dengan seorang pria. Tak berapa lama, jantungku dikejutkan dengan Gracia mencium bibir pria di hadapannya. Mereka berciuman cukup lama, hingga Gracia menyudahi memutus kontak diantara mereka. Aku serangan jantung di tempatku, menyeret kakiku untuk mendekat supaya mendengar pembicaraan mereka.

"Maaf ya Kak Nic, aku nggak ada maksud kurang ajar. Aku kangen kamu," lirihnya supaya tak terdengar. Seseorang di hadapannya tersenyum senang sambil mengusap pundak Gracia.

"Iya nggakpapa, aku cuma kaget aja. Ini ciuman pertama kamu? Tapi kayanya kamu udah jago ya, haha."

Wajah Gracia memerah malu. Nic dihadapannya makin mendekatkan wajahnya, bersiap untuk ciuman selanjutnya? Aku menutup mataku, enggan kembali menyaksikan pemandangan menyakitkan itu. Tapi suara Gracia menyadarkanku.

"Udah Kak, aku balik cari buku lagi ya." Gracia mendorong pelan tubuh Nic dan berusaha menjauh. Aku paham, tidak ada cinta dari caranya melakukan semua ini. Dia hanya sedang berupaya lepas dariku, pun membuatku merasa sakit. Kamu berhasil satu hal Gre, kamu berhasil membuatku sakit, namun tidak untuk lupa dan lepas. Aku percaya pada asumsiku.

"Shan, Gracia udah minta maaf belum sama kamu? Kayanya kemarin dia lagi dapat tamu bulanan makanya sensitif gitu."

"Udah kok, maklum mungkin lagi ada masalah di luar. Makan yuk." Aku mengajak Redha untuk makan, meski terbilang cukup sore untuk makan malam.

"Nanti Gracia katanya mau mampir sini sebentar, tadi chat aku."

"Serius? Gracia mau kesini?" Reaksiku tampak berlebihan.

Baru saja dibahas, Gracia datang tapi dengan seseorang disampingnya. Nic. Pemandangan itu saja cukup membuat raut wajahku bersusah payah menyembunyikan kesedihan.

"Wah bawa gandengan sekarang, Edricko?"

"Ish sok tahu banget sih, kenalin dong Kak Nicholas."

Ternyata namanya Nicholas, kalau tidak salah mantan Gracia seperti yang pernah diceritakannya padaku. Fix, dia sedang dalam mode balas dendam.

"Ayo ngobrol tipis-tipis dulu, bro. Tolong buatin kopi dua dong, sayang."

Redha dan Nicholas berbincang di balkon, aku menghampiri Gracia di ruang tamu usai menghidangkan kopi untuk keduanya. Gracia duduk di sofa dan seksama memandang layar ponselnya. Aku duduk di sebelahnya.

Step CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang