⬇⬇⬇
Sebuah rumah mension megah itu begitu mewah. Memberikan kesan artistik dan misterius bagi pemiliknya. Bagaimana tidak, rumah yang menghabiskan berhektar tanah itu menjadi simbol bertapa kaya rayanya keluarga bermarga Zordan.
Tapi, siapa sangka. Di balik kemewahannya itu, terselip segelintir rahasia yang begitu kelam. Jika orang biasa berfikir bahwa keluarga tersebut begitu harmonis, tentram, dan damai karna di setiap sudut selalu ada uang dan harta, jawabannya salah!
Jawaban yang seharusnya tepat adalah penderitaan. Sebuah derita karna keserakahan akan dunia. Dunia ini memanglah kejam.
Seorang ibu paruh baya itu sedang berada di taman. Sambil menyiram tanaman yang ada di sana, ia tersenyum simpul. Tetapi, senyumannya begitu sulit diartikan. Ia menatap tanaman yang berbunga tersebut. Entah apa jenis bunga itu, tapi ia menatapnya dalam sebelum sebuah serigaian horror tercetak di bibirnya. "Tumbuhlah yang subur bungaku." ucapnya agak sinis.
Setelah itu, ia masuk ke rumah meninggalkan taman. Sebut saja wanita itu Veera, ibu dari Alardo.
Ya, seperti biasa setiap pagi ibu Veera menyiram tanaman kesayangannya itu. Dengan rajin, Veera selalu merawatnya, menyirami, dan memberi pupuk. Warna bunganya begitu banyak, ada yang merah, putih, ungu dan masih banyak lagi. Tapi, jenis tanaman itu sama. Mungkin, dia hanya menyukai satu bunga. Makanya hanya satu jenis bunga yang ia tanam.
Veera masuk ke dalam sebuah ruangan. Sepertinya, itu ruangan pribadinya. Veera tersenyum simpul pada deretan pot pot bunga disana. Ternyata tanaman itu tidak hanya ada di taman tetapi juga ada di dalam ruangan ini.
Veera duduk sambil mengulir layarnya, lantas ia seperti ingin menghubungi seseorang. "Hallo,"
"Apa kabar nyonya, ada keperluan apa Anda menghubungi saya?" tanya seorang lelaki di sebrang sana.
Veera tersenyum, dan lagi lagi senyuman yang sulit diartikan. "Saya punya pekerjaan yang cukup rahasia untuk kamu?"
"Apa itu nyonya?" tanyanya dengan penasaran. Menunggu jawaban selanjutnya.
"Kamu tau kan, anaknya Siska?" ucap Veera menjelaskan. Ia menatap gelas cangkir yang ada diatas meja depannya. "Aku mau, kamu cari tau tentang keberadaan anaknya dia."
"Baik Bos."
"Tapi ingat, jangan sampai ada satu orang pun yang tau tentang ini." Veera menutup telephonya setelah selesai. Ia menghela nafas untuk sesaat. Mengambil sendok, mengaduk secangkir teh yang ada di meja itu.
Lantas ia berdiri, sambil membawa teh yang baru saja dia aduk. Veera berjalan ke sebuah ruangan lain. Berakhir menaiki tangga. Masuk ke sebuah ruangan lagi, dan ternyata ke sebuah kamar.
Begitu Veera masuk ke dalam kamar, ia memandang seseorang yang terbaring lesu di kasur. Veera tersenyum. "Pa, mama bawa obat buat papa."
Veera mendekati lelaki yang terbaring itu, tak lain adalah suaminya sendiri, Vanio. Veera pun membantu mendudukkan Vanio, setelah menaruh teh yang dibawanya ke nakas. "Pa, papa minum obatnya ya,.?"
"Papa kagen sama anak papa." ucap Vanio serak.
Veera duduk di samping Vanio. Ia menggelus bahunya lembut. "Papa kangen sama Alardo?."
"Papa kangen sama anak pertama papa." lirihnya. "Audrey."
'Apa Vanio tau dimana dia sekarang?' guman Veera pelan.
"Tapi, kan. Papa tau Siska itu orangnya gimana?" ucap Veera terlihat seperti menutupi sesuatu. "Dia bahkan mau mengambil harta papa dan seluruh aset yang papa miliki untuk dia sendiri. Untuk apa papa memikirkan anaknya itu." lanjut Veera, dengan suara lembut yang di buat buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Secret [ End & Completed ✅]
Teen Fiction(Segera dibaca sebelum dihapus) Hidup dalam limpahan harta tak membuat Alardo Ravaella merasa bahagia. Justru ia menganggap hal itu adalah sebuah kutukan. Seorang badboy yang suka balapan liar dan nongkrong di pub, Alardo juga tidak pernah mengakui...