Happy Reading....💕
⬇⬇⬇
"Gue benci sama lo, Alardo."
Ucapan tersebut masih tergiang dalam kepala Alardo. Terus berulang dan berulang. Membuat Alardo ingin meremas kepalanya. Atau membanting sesuatu dan berteriak sekeras-kerasnya agar suara itu lenyap tak tersisa.
Langkah Alardo sempoyongan melintasi koridor apartemen miliknya. Lorong ini begitu sepi dengan pintu-pintu bernomor disisi kanan-kirinya.
Kedua mata Alardo meredup. Tenaganya terkuras karna banyak mengeluarkan emosi. Ia ingin segera masuk dalam kamar dan merebahkan dirinya. Hari ini benar-benar membuatnya lelah.
Entah mengapa Alardo merasa bersalah atas kejadian di lapangan Indoor waktu Laura mendatanginya. Alardo merasakan tatapan luka terpancar dari manik Laura yang melihatnya bersama Krysral saat itu.
Sial.
Jika bisa Alardo ingin memaki-maki dirinya sendiri. Ketahuilah, itu hanya salah paham. Apa yang Laura lihat tidak seperti yang cewek itu pikiran. Alardo memiliki tujuan mengapa berbuat demikian. Dan, satu-satunya cara adalah menjelaskan semuanya pada Laura. Mengembalikan kepercayaan pada cewek itu.
Alardo mengeluarkan kartu aksesnya untuk membuka pintu saat ia telah sampai. Begitu dirinya masuk, tak sengaja mata Alardo menangkap satu objek yang spontan membuatnya terperanjat. Alardo membatu dalam diam. Alisnya terangkat, matanya menajam. Aliran darahnya tiba-tiba mengalir deras.
Di sebelah sana--tepatnya di dapur--seseorang sedang sibuk melakukan sesuatu. Sehingga yang terlihat hanya punggungnya yang membelakangi Alardo. Sepertinya orang tersebut tidak sadar akan kehadiran Alardo. Yang menjadi perhatian adalah, bagaimana bisa orang itu masuk dalam apartemennya? Sementara ia menggunakan kartu akses yang hanya ia miliki. Oh, Alardo tau. Apa sih yang tidak bisa Veera lakukan? Apapun bisa tercapai bahkan hanya satu jentikan.
Alardo mendekat dengan langkah lebar. Betepatan dengan itu Veera berbalik badan dengan tangan memegang piring berisikan makanan.
"Ngapain lo kesini," hardik Alardo menatap sengit Veera.
"Apalagi? Mama buatin kamu makan malam. Kamu belum makan, kan?" balasnya dengan suara selembut mungkin.
"Lo sengaja 'kan bikin gue terpancing emosi dengan kehadiran lo di sini?" ucap Alardo datar.
Veera terdiam sejenak. "Sayang,"
"Nggak usah manggil gue dengan sebutan sialan itu." potong Alardo cepat.
"Mama kesini untuk membuat makan malam untuk kamu."
Alardo bedecih kasar. "Nggak usah cari muka depan gue. Sejak dulu gue nggak pernahkan makan masakan lo."
Seperti dihantam palu godam, Veera lagi-lagi merasakan sesak dan nyeri didadanya mendengar itu. Semejak kehadiran Audrey di rumahnya, Alardo berubah drastis seratus delapan puluh derajat dari pada sebelumnya. Alardo jadi lebih mandiri. Bukan dalam artian baik, melainkan sebagai bentuk menjauhi Veera.
"Sayang, sekali aja kamu ngerasain masakan mama. Ini masakan yang mama buat dengan penuh cinta dan dan kasih sayang tulus dari mama untuk kamu."
"Omong kosong!!"
Sentakkan itu membuat Veera terperanjat. Kedua tangannya yang memegang sisi piring seperti tak memiliki daya. Bergetar dan kalut di waktu bersamaan.
"Sebelum gue ngelakuin hal yang nggak akan lo suka," Alardo mengambil jeda sambil menunjuk wajah Veera. "Lebih baik lo keluar sekarang dari tempat gue." dan Alardo menunjuk pintu keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Secret [ End & Completed ✅]
Teen Fiction(Segera dibaca sebelum dihapus) Hidup dalam limpahan harta tak membuat Alardo Ravaella merasa bahagia. Justru ia menganggap hal itu adalah sebuah kutukan. Seorang badboy yang suka balapan liar dan nongkrong di pub, Alardo juga tidak pernah mengakui...