Keheningan yang mencekam. Udara terasa dingin hingga menusuk tulang. Laura mengeratkan selimutnya. Wajahnya telah basah terkena tetesan demi tetesan air mata yang terus saja meleleh tanpa henti.
Mengingat perkataan wanita tadi membuatnya sakit hati luar biasa. Ia juga sadar diri jika dirinya tidak sekaya keluarga Alardo. Yang jadi masalah adalah perkataan wanita tak dikenalnya tadi seolah-seolah merendahkan keluarganya. Laura tidak terima.
Ia sudah menangis hampir dua jam di kamar. Kemudian tanpa sadar ia menutup kedua kelopak matanya hingga tertidur.
###
Waktu menunjukkan pukul enam. Laura terbangun dengan wajah malas di pagi hari. Menuju kamar mandi dan bersiap. Setelah sepuluh menit ia keluar hanya dengan memakai handuk model kimono.
Ponsel Laura berdering membuatnya mendekat ke nakas samping tempat tidur. Ternyata panggilan dari Nala.
"Hai, Nal."
"Wah santai banget lo ngomong kayak nggak punya salah." ucap Nala kesal.
Laura meringis mendengar ucapan Nala.
"Ke mana lo kemaren? Tiba-tiba ngilang nggak jelas."
"Gue minta maaf. Gue nggak bisa ke sekolah kemaren karna ada... Pertemuan." Laura menjawab asal. Ia tidak tahu harus menjawab apa.
"Pertemuan? Sama siapa? Lo jangan bohong, ya!"
"Gue ada janji sama Racell." detik selanjutnya ia membelalakkan matanya menyadari apa yang barusan ia ucapkan. Laura keceplosan.
"What!" Nala memekik. "Sejak kapan lo deket sama kakak kelas. Apalagi orang kayak Racell? Lo kesambet apaan?"
"Eh, gue dipanggil nyokap, by!" dan Laura segera menemutus sambungan telephonenya. Tidak ingin berdebat terlalu jauh.
Setelah itu Laura yang akan berjalan mengambil pakaian terhenti karna ponselnya berdering. Laura mendesah frustrasi. Ketika membukanya ada sebuah notif dari Nala.
Nala: Gue mau kerumah lo. Pokoknya lo harus cerita sama gue. Adara juga gue ajak.
Laura menepuk jidatnya berkali-kali sebelum ia membalas.
Laura: Lo gak sekolah? Ini siang bgt loh.
Nala: Pala lo pea! Hadi ini 'kan libur sampai Minggu depan. Lo kemaren gak di sekolah sih.
Setelah itu Laura ber'oh' dan segera membalas.
Laura: Hehe, ya udah ke sini aja. Gue tunggu.
Nala: Gue lebih menunggu jawaban lo.
Sahabatnya ini memang paling menyebalkan. Tapi Laura juga sedikit merasa bersalah. Dirinya juga terlalu banyak menyimpan rahasia pada temannya itu. Entah sampai kapan akan terus seperti ini.
Setelah berpakaian Laura mendekati sofa yang di sana terdapat kaos dan celana milik Alardo yang ia sampirkan disandaran sofa itu.
"Gue cuci deh. Setelah itu gue balikin pas sekolah udah masuk." guman Laura sambil tersenyum tipis. Laura menaruh pakaian itu di kamar mandinya terlebih dahulu.
Ia keluar menuruni tangga dan berjalan menuju dapur. Keadaan rumahnya sepi. Mungkin kedua orang tuanya sudah berangkat kerja. Namun ketika ia sampai di dapur ibunya sedang memasak di sana.
"Kenapa Mama yang masak? Bibi mana?"
Laura dapat menyadari ibunya kaget sekalipun posisinya membelakanginya.
Frida mengakhiri aktifitas menggoreng dan berbalik. "Sayang?" dan berhamburan memeluk Laura.
"Ma?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Secret [ End & Completed ✅]
Genç Kurgu(Segera dibaca sebelum dihapus) Hidup dalam limpahan harta tak membuat Alardo Ravaella merasa bahagia. Justru ia menganggap hal itu adalah sebuah kutukan. Seorang badboy yang suka balapan liar dan nongkrong di pub, Alardo juga tidak pernah mengakui...